Jumat, 02 Agustus 2019



AZAHRA



Sinopsis
         
“Ahhh!!!”
          Teriakan itu menggema di lorong rumah sakit yang begitu kecil malam itu. Seorang wanita muda yang begitu cantik tengah berjuang melahirkan bayi di dalam kandungannya.
          “Ayo Ibu sedikit lagi, tarik nafas lalu buang.” Intruksi dari Dokter dan segerdea di turuti oleh wanita itu.
          “Aaaahhhhhhhh!!!”
          Suara tangisan bayi pecah berbarengan dengan gema Adzan subuh. Ucapan syukur terucap dari perawat dan Dokter. Wanita yang baru saja melahirkan bayinya tampak terkulai lemah dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya. Nafasnya tampak terengah berat, setetes air mata luruh dari sudut matanya. Bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan sesuatu. Tetapi nafasnya kembali berat dan terengah, hingga ia menarik nafas panjang dan seketika matanya tertutup rapat.
          Suara nyaring dari kardiogram menyentakkan dokter juga perawat yang ada di sana. “Siapkan Defibrillator!”
          Seorang perawat memberikan alat itu ke arah Dokter. Beberapa kali Dokter memancing denyut jantung pasien tetapi tak ada perubahan hingga denyut itu menghilang.
          Innalillahi wa’inailahi rojiun.”
          Tangisan bayi masih menggema di sana seiring dengan hembusan nafas terakhir dari sang Ibu. Suasana di sana menjadi hening dan sedih apalagi tangisan bayi yang tak juga reda. Bayi itu bahkan belum menerima ASI dan nama dari sang Ibu.
***
          “Apa benar bayi itu putri anda?” tanya Dokter pada pria tinggi di hadapannya.
          “Iya, Zara adalah istri saya,” jawabnya dengan nada datar. Bahkan tatapan wajahnya tak menunjukkan raut wajah sedih sedikitpun.
          “Baiklah, anda bisa membawa bayi itu. Tetapi ada beberapa hal yang perlu anda ketahui.”
          “Ada apa?”
          “Kami baru mendiagnosis dan melakukan cek syaraf pada bayi Bapak. Putri Bapak mengalami gangguan DHH atau biasa di kenal dengan istilah Development Dysplasia Of The Hip. Ini jenis penyakit bawaan, ciri-cirinya kaki sebelah kiri lebih panjang dari kaki sebelah kanan.”
          Wajah pria yang awalnya menunjukkan wajah datar kini tampak kaget dan berubah jijik. “Apa anda tidak sedang menipu saya?” pekiknya.
          “Anda bisa memeriksanya, kakinya lebih panjang 1,5cm. Dan ini akan mempersulit proses kinerja kaki bayi saat belajar berjalan.”
***
















SATU...


Manhattan – Amerika Serikat

          SEORANG anak tengah berjalan dengan sebelah kakinya di seret, ia berjalan tergesa dengan membawakan beberapa tas milik Kakak-Kakaknya.
          “Zara, kau lama sekali!” teriak seorang anak perempuan yang memakai bando pink.
          “Maaf Mesya, aku sedikit kesusahan,” gumam gadis kecil itu.
          “Kakimu sudah cacat, lelet lagi!” ejek anak pria yang berdiri tak jauh darinya.
          “Ayo anak-anak cepat masuk ke mobil, nanti kalian terlambat ke sekolah.” Seorang wanita tua menengahi mereka membuat anak-anak itu berlari menaiki mobil SUV hitam yang terparkir di depan rumah.
          Ada 3 orang anak, 2 di antaranya laki-laki dan satu lagi perempuan. Ketiganya sudah naik ke dalam mobil hingga mobil itu berlalu pergi meninggalkan area rumah.
          Gadis cantik berjilbab bernama Zara hanya mampu menatap sedih ke arah Kakak dan adiknya yang berangkat ke sekolah.
          “Non Zara, ayo kita belajar,” seru wanita tua yang di kenal sebagai Masitoh, wanita asal Indonesia yang juga berjilbab.
          “Mbok, Zara juga pengen sekolah seperti Kak Alfa, Kak Rivaldo, dan Mesya.” Masitoh menatap sedih anak berusia 10 tahun di depannya ini. Sejak kecil Zara sudah di anggap seperti sampah di rumah orangtuanya sendiri. Bahkan dia tidak pernah di daftarkan ke sekolah manapun oleh Ayah kandungnya sendiri. Sekedar sapa pun mereka tak pernah melakukannya.
          “Ayo biar Mbok yang ajarkan kamu,” ucap Masitoh berusaha tersenyum walau matanya sudah berkaca-kaca.
          Masitoh adalah pembantu rumah tangga di keluarga Abraham Handoko, seorang pengusaha dari Indonesia yang merintis karir di Amerika Serikat dengan beberapa anak perusahaan. Abraham memang terkenal seorang pengusaha kaya raya yang memiliki wajah datar dan juga terkenal sombong, tetapi beliau juga di kenal sebagai pengusaha yang gemar menikah. Sudah 3 kali dia menikah, dan kini dia tinggal bersama istri ketiganya setelah menceraikan istri pertamanya dan istri keduanya yang meninggal dunia, tak lain adalah Ibu dari Azahra. Dan ketiga adalah seorang wanita cantik sosialita asal Amerika yang pernah merintis karir sebagai Modeling, ia adalah Ibu dari Meysa.
          Istri pertama Tuan Abraham adalah Nyonya Maura, Ibu kandung Alfando dan Rivaldo. Maura begitu baik dan penuh kasih sayang, dia juga menerima kedatangan Zara saat Abraham membawanya dulu. Mauralah yang merawat Zara, hingga akhirnya pertengkaran itu terjadi saat Zara berusia 5 tahun. Abraham ketahuan menikah siri dengan seorang Modeling yang saat itu singgah di Indonesia. Dan wanita itu memiliki anak perempuan berusia 3 tahun. Maura marah besar saat itu, ia tidak menerima kembali di madu. Dulu saat Abraham menikahi Zahra, Ibu kandung Azahra, Maura ikhlas karena ia tidak bisa melahirkan seorang anak perempuan. Tetapi kini, sudah ada Zara di antara mereka dan Maura sungguh tidak menerima alasan apapun dari Abraham walau pria itu berkata kalau Zara bukanlah anaknya. Abraham sama sekali tidak ingin mengakui Zara sebagai putrinya, karena keterbatasan fisik Zara. Bahkan Abraham enggan memberikan sebagian hartanya untuk Zara, dia malah meminta Zara bekerja sebagai pembantu di rumahnya dan akan di bayar dengan biaya makan sehari-hari anak itu.
          Maura yang tak bisa menerima Abraham menikah lagi hingga memiliki anak memilih cerai dan berharap hak asuh ketiga anaknya jatuh padanya. Tetapi kekuasaan Abraham lebih berkuasa, hingga Maura tak bisa mendapatkan hak asuh atas Alfa, dan Rival. Apalagi Zara yang bukan anaknya.
          Dan 3 tahun lalu, mereka semua pindah dari Indonesia ke Amerika Serikat karena pekerjaan Abraham.
          “Anak Cacat!” teriakan itu memekakan telinga Zara dan Masitoh yang tengah belajar mengaji dan beberapa pelajaran dasar lainnya.
          “Nyonya memanggilku, Mbok.” Zara berucap pelan, Masitoh hanya bisa mengangguk lemah dengan senyuman merekah, ia seakan memberikan kekuatan pada Zara. Ia tau kalau Nyonya Amanda memanggilnya pastilah dia akan di marahi.
          “Sebentar yah Mbok,” ucap Zara beranjak dari duduknya dengan susah payah. Masitoh segera membantunya untuk berdiri.
          Zara berjalan perlahan menuju kamar istri dari Ayahnya. “Nyonya memanggil saya?” tanya Zara saat sudah masuk ke dalam kamar.
          “Kau lihat kamar mandiku, kotor sekali! Apa saja kerjaanmu sih?” bentaknya.
          “Tetapi kemarin saya sudah membersihkannya.” Jawaban Zara membuat Amanda berang. Ia berdiri dari duduknya yang tengah bercermin. Ia berjalan mendekati Zara dan menarik lengannya membuat Zara mengaduh sakit dan kakinya merasa sakit saat di seret paksa.
          “Ah!” Zara mengaduh saat Amanda mendorongnya ke dalam kamar mandi.
          “Lihat noda hitam di bawah bathup!” pekiknya menoyor kepala Zara.
          “Tetapi kemarin sudah saya bersihkan,” jawabnya dengan bibir yang bergetar.
          “Kau bukan hanya pincang, tolol tetapi juga buta! Kau lihat noda itu masih ada. Sekarang bersihkan, atau kau tidak akan mendapatkan jatah makan malam!”
          Setelah mengomeli Zara, Amanda berlalu pergi meninggalkan Zara sendirian di dalam kamar mandi.
          Zara berangsur bangun dengan susah payah dan kembali ke dapur untuk mengambil peralatan membersihkan.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar