I WISH TO REMEMBER
PROLOG
“Apa kau mau menikah denganku?”
tanya seorang anak laki-laki berusia 15 tahun.
“Tidak mau!” seru gadis kecil
yang duduk selonjoran di pesisir pantai sambil memakan coklatnya.
“Kenapa?” tanya anak laki-laki
itu.
“Karena kau bukan seorang super
hero. Aku ingin menikah dengan seseorang yang jago berantem dan menjadi seorang
pahlawan biar bisa melindungiku dari orang-orang jahat,” ucapnya dengan lucu.
“Aku bisa melakukannya?” ucap
anak laki-laki itu dengan bangga.
“Tidak, kau tidak bisa. Kau
masih kecil dan saat kau di marahi Papamu saja yang galak itu langsung
menangis, kuat apanya.” Gadis kecil itu mengatakannya dengan sangat lucu.
“Baiklah aku akan berlatih terus
sampai aku bisa menjadi pahlawan untukmu. Kalau nanti kita sudah dewasa dan aku
sudah kuat seperti seorang hero, kamu mau menikah denganku?” tanya pria itu.
“Ya, aku mau.”
“Promise?”
“Promise.”
Keduanya saling menautkan jari
kelingking mereka berdua diiringi senyuman lebar.Janji dari seorang anak kecil.
I Wish To REMEMBER
1.
Boston
Boston adalah
ibukota negara bagian Massachusetts,
Amerika Serikat. Kota ini terletak di sebuah pelabuhan di mana Sungai
Charles mengalir ke Samudera Atlantik. Boston adalah salah satu kota tertua di
Amerika Serikat. Boston juga merupakan pusat pendidikan, budaya, pengobatan,
dan bisnis terkemuka di wilayah New England. Boston
adalah Kota yang terkenal dengan Tim Basketnya, Boston Celtics. Yang sudah 0,5
kali menjadi Juara NBA. Industri asuransi, keuangan, dan komputer adalah
pusat perekonomian Boston. Banyak rumah sakit dan universitas penting terletak
di kota ini. Di dekat Cambridge, ada Universitas Harvard yang masyhur. Harvard
adalah universitas tertua di Amerika Serikat. Industri penting lainnya di
Boston adalah pengolahan makanan, penerbitan, dan manufaktur elektronik. Boston
adalah salah satu kota pertama yang dihuni orang Eropa di wilayah yang sekarang
menjadi Amerika Serikat. Pemukim Inggris mendirikan kota kecil Boston pada
tahun 1630. Boston segera menjadi ibukota Massachusetts Bay Colony. Pelabuhan
alam Boston yang baik membuatnya menjadi kota yang penting. Boston tumbuh
sebagai pusat transportasi air serta pusat budaya dan pendidikan. Pada tahun
1684, Inggris menguasai koloni.
Saat ini di Kota Boston Amerika
Serikat sedang hujan salju yang selalu terjadi di awal tahun. Orang-orang
berlalu lalang di jalanan yang tampak penuh. Mereka seakan berlomba-lomba untuk
sampai ke tempat tujuan mereka dan segera menghindari salju yang sungguh
membekukan mereka semua. Tak hanya yang berlalu lalang untuk menjalani
aktivitas mereka sehar-hari, sebagian juga ada yang bersantai di sebuah cafe
menikmati hangatnya kopi yang seakan memahami situasi pagi ini. Tak banyak juga yang sudah bekerja tanpa
memperdulikan hujan salju yang semakin menebal. Seluruh atap bangunan sudah
tampak putih dan tebal karena hujan salju. Jalanan semakin sulit di tapaki
karena tebalnya salju yang memenuhi jalanan.
Seorang gadis cantik berada di
sela desakan orang-orang yang berjalan entah akan kemana. Dia tampak beberapa
kali mengusap kedua tangannya yang di tutupi oleh sarung tangan merah, sebuah
penutup kepala berwarna merah menutup rambut pirang indahnya hingga batas
telinga. Sebuah syal melingkar di lehernya dan menutupi seluruh kulit lehernya.
Mantel tebal berwarna coklat tampak menyelimuti tubuh kecilnya dan sepasang
sepatu boots yang melindungi kaki rapuhnya dari keras dan tebalnya salju. Dia
berjalan sendirian di tengah keramaian dan orang berlalu lalang.
Ia mengikuti orang-orang
menyebrang jalanan, dan berjalan cepat menuju ke sebuah bangunan cukup tua dan
tak terlalu tinggi. Itu adalah sebuah apartement murah yang berada di kota itu.
Ia berjalan memasuki lift barang dengan sekuat tenaga menarik besi sebagai
pembatas lift itu. Setelah menekan angka tempat tujuannya lift barang itu
bergerak dengan cukup lamban hingga akhirnya gerakannya terhenti di lantai
tujuan. Gadis itu menarik kembali besi yang menjadi penghalang pintu lalu
berjalan keluar dari lift. Ia berjalan cepat menuju sebuah pintu dan
mengeluarkan kunci dari saku mantelnya.
Suasana di
sana begitu sepi dan gelap, ia menekan sikring dan lampupun menyala terang
memperlihatkan seluruh isi dari kamar sederhana itu. Kamar itu hanya berisikan
ranjang tidur sederhana dengan lemari using, sofa yang tampak sudah tua dan
televisi. Sebuah dapur kecil yang berdampingan dengan kamar mandi dan meja bar dengan kursi di depannya. Tak ada yang menarik dari
kamar itu, kecuali satu. Kamar itu memiliki balkon kecil yang bisa
memperlihatkan suasana kota Boston yang begitu ramai.
Suara dering
ponsel menghentikan gerakan wanita yang baru saja melepaskan mantelnya. Ia
berjalan mengambil ponselnya dimana tertera panggilan masuk dari Gwen.
“Ya.”
“…..”
“Aku baru
saja sampai di apartementku.” Gadis itu mengambil duduk di depan meja bar yang
menghadap ke jendela yang memperlihatkan lampu-lampu indah dan gedung pencakar
langit, juga butiran salju yang turun dari langit.
“…..”
“Entahlah,
sungguh berada di kota ini sangatlah keras. Aku kembali menerima pemotongan
gaji hari ini.”
“….”
“AKu tidak
membuat masalah, hanya ada seorang pelanggan yang bersikap tidak sopan padaku.”
“….”
“Apalagi yang
bisa ku lakukan selain menamparnya.”
“…..”
“Berhentilah
menceramahiku, Gwen. Aku tidak bisa melakukan itu.”
“…..”
“Ah baiklah,
selamat malam.”
Gadis itu
menghela nafas panjang setelah mematikan sambungan telpon. Lalu ia berjalan ke
lemari pendingin dan mengambil minuman kaleng, Dengan gerakan santai ia membuka
penutup kaleng dan berjalan mendekati balkon kamarnya. Ia melihat kilauan lampu
di depannya yang begitu indah juga gedung-gedung tinggi.
Dulu hidupnya
tidak seperti ini, dia memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia. Bahkan ia
begitu di sayang oleh Ibu dan Ayahnya.
Isabell
sayang, Mom dan Dad sangat menyayangimu…
Dulu dia
selalu menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya, setiap saat ia tak pernah
merasakan kesepian bahkan kekurangan kasih sayang. Tetapi semua itu tak
bertahan lama. Memang benar Tak Pernah
Ada Yang Abadi.
Kebahagiaan,
Kenyamanan, Kasih sayang, bahkan kehidupan. Semua itu hanya sementara dan semua
itu akan berlalu dengan cepat dan berganti dengan sesuatu yang lain. Satu hal
yang wanita ini yakini dalam hidupnya.
Apapun yang
terjadi tetaplah nikmati hidupmu, karena waktu tak akan pernah kembali ke masa
yang sudah berlalu.’
Gadis ini
adalah Isabell Lustre, seorang gadis yang lahir di Manhattan Amerika Serikat.
Sejak usianya 18 tahun ia kehilangan kedua orangtuanya karena sebuah kecelakaan
dan dia merantau ke kota Boston untuk kelangsungan hidupnya. Seperti moto
hidupnya, ia tak akan pernah meratapi sesuatu yang telah terjadi. Karena hidup
tak akan pernah di ulang dan waktu tidak bisa di putar kembali. Ia sudah 5
tahun mengadu nasib di kota besar yang terletak di Negara Amerika Serikat ini,
hingga kini usianya 23 tahun.
Ia kini
bekerja di sebuah kedai kopi sebagai pelayan. Di tempat inilah dia cukup lama
bekerja hingga kini 3 bulan, sebelumnya ia tak pernah bisa bekerja lama di satu
tempat. Karena kenyamanan yang dia cari bukan uang.
ΩΩΩ
“Selamat Datang!” Isabell menyapa
beberapa pelanggan yang datang ke kedai kopinya. “Anda mau pesan apa?”
“Americano 2, dan 2 pancake.”
Pelanggan itu menyerahkan kartu pembayarannya dan Isabell segera melakukan
transaksi dan menyiapkan pesanan mereka.
“Terima kasih, dan selamat
menikmati!” seru Isabell seraya menyerahkan 2 cup kopi juga pancake beserta
kartu pembayarannya.
Begitulah pekerjaan Isabell
sehari-hari dan hanya menghabiskan waktu setengah hari karena setengah hari
laginya dia akan pergi ke sebuah yayasan khusus anak-anak yang mengidap
penyakit kanker dan penyakit jantung. Ia akan menghibur anak-anak di sana
dengan bernyanyi bersama, membantu mereka bermain dan belajar. Entah kenapa ia
begitu menyukainya.
“Bell.”
“Gwen? Kau tidak bekerja?” Tanya
Isabell saat melihat kedatangan sahabatnya itu.
“Tidak, aku akan ikut denganmu
ke yayasan Spiriti. Aku ingin bertemu dengan mereka.”
“Baiklah,” jawab Isabel diiringi
senyuman indahnya.
Selesai jam kerjanya, Isabell
pergi bersama Gwen menuju yayasan itu dengan sebuah taxi.
Sesampainya di sana mereka
berdua di sambut bahagia oleh anak-anak di yayasan itu.
“Hallo Isabell, Gwen.” Sapaan
itu membuat mereka menoleh dan tersenyum lebar.
“Hallo Dokter Marcel.”
Dokter Marcel adalah dokter
bedah anak di salah satu rumah sakit ternama di Boston. Dan dia juga pengurus
Yayasan ini.
“Aku senang kalian datang lagi,
ayo mari” Isabell dan Gwen berjalan mengikuti dokter Marcel menuju ke bagian
utama yayasan dimana banyak sekali ruang rawat anak-anak yang mengidap penyakit
kanker.
“Hallo Anna,” sapa Isabell pada
seorang perawat tua di sana.
“Hallo Isabell, Gwen.”
“Hallo semuanya!” Sapa Isabell
pada semua anak-anak.
“Mrs. Isabell!” mereka tampak
bahagia menyambut kedatangan Isabell dan Gwen.
ΩΩΩ
“Bukankah Dokter Marcel itu
sangat baik,” ucap Gwen saat mereka berjalan menembus hujan salju dan berjalan
di antara banyaknya orang yang berjalan-jalan malam.
“Ya, dia sangat baik.”
“Lalu kenapa tak menerimanya
saja? Lagian kalian berdua sama-sama menyukai program social seperti itu.”
“Kau pikir cinta hanya
berdasarkan itu, tidak Gwen.”
“Kita sudah berteman selama 5
tahun dari sejak kau datang ke kota ini, dan selama itu juga aku tak pernah
melihatmu bersama seorang pria. Ayolah Bell, kau ini memiliki wajah cantik dan
tubuh yang ideal di mata pria. Sekali saja berkencanlah dengan seorang pria,
sungguh aku tak bisa menikmati berkencan kalau kamu tetap seperti ini.”
“Ck, sudah ku katakan padamu
Gwen. Aku tidak ingin berkencan dengan beberapa pria. Cukup dengan satu orang
saja yang aku cintai dan aku mencintainya.”
“Ayolah Bell, di jaman sekarang
cinta sudah tak berlaku. Apalagi di kota ini, pria dan wanita bersama karena
mereka saling membutuhkan.” Gwen tetap bersikukuh.
“Aku yakin aku akan menemukan
orang yang mencintaiku juga aku cintai. Kalau tidak ketemupun tak masalah.
Hidup itu singkat Gwen, dan aku sangat ingin menikmati kehidupanku tanpa
menyia-nyiakannya dengan sesuatu yang tak pasti dan tak berguna.” Isabell
menjawab dengan tatapan yang menerawang ke depan.
“Terserah padamu, aku hanya
tidak ingin melihatmu kesepian.”
“AKu tidak kesepian. Bukankah
ada kamu bersamaku,” jawab Isabell diiringi senyumannya.
ΩΩΩ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar