Jumat, 02 Agustus 2019



I WISH TO REMEMBER



PROLOG
                “Apa kau mau menikah denganku?” tanya seorang anak laki-laki berusia 15 tahun.
                “Tidak mau!” seru gadis kecil yang duduk selonjoran di pesisir pantai sambil memakan coklatnya.
                “Kenapa?” tanya anak laki-laki itu.
                “Karena kau bukan seorang super hero. Aku ingin menikah dengan seseorang yang jago berantem dan menjadi seorang pahlawan biar bisa melindungiku dari orang-orang jahat,” ucapnya dengan lucu.
                “Aku bisa melakukannya?” ucap anak laki-laki itu dengan bangga.
                “Tidak, kau tidak bisa. Kau masih kecil dan saat kau di marahi Papamu saja yang galak itu langsung menangis, kuat apanya.” Gadis kecil itu mengatakannya dengan sangat lucu.
                “Baiklah aku akan berlatih terus sampai aku bisa menjadi pahlawan untukmu. Kalau nanti kita sudah dewasa dan aku sudah kuat seperti seorang hero, kamu mau menikah denganku?” tanya pria itu.
                “Ya, aku mau.”
                “Promise?”
                “Promise.”
                Keduanya saling menautkan jari kelingking mereka berdua diiringi senyuman lebar.Janji dari seorang anak kecil.


I Wish To REMEMBER















1.                      Boston
Boston adalah ibukota negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat. Kota ini terletak di sebuah pelabuhan di mana Sungai Charles mengalir ke Samudera Atlantik. Boston adalah salah satu kota tertua di Amerika Serikat. Boston juga merupakan pusat pendidikan, budaya, pengobatan, dan bisnis terkemuka di wilayah New England. Boston adalah Kota yang terkenal dengan Tim Basketnya, Boston Celtics. Yang sudah 0,5 kali menjadi Juara NBA. Industri asuransi, keuangan, dan komputer adalah pusat perekonomian Boston. Banyak rumah sakit dan universitas penting terletak di kota ini. Di dekat Cambridge, ada Universitas Harvard yang masyhur. Harvard adalah universitas tertua di Amerika Serikat. Industri penting lainnya di Boston adalah pengolahan makanan, penerbitan, dan manufaktur elektronik. Boston adalah salah satu kota pertama yang dihuni orang Eropa di wilayah yang sekarang menjadi Amerika Serikat. Pemukim Inggris mendirikan kota kecil Boston pada tahun 1630. Boston segera menjadi ibukota Massachusetts Bay Colony. Pelabuhan alam Boston yang baik membuatnya menjadi kota yang penting. Boston tumbuh sebagai pusat transportasi air serta pusat budaya dan pendidikan. Pada tahun 1684, Inggris menguasai koloni.
                Saat ini di Kota Boston Amerika Serikat sedang hujan salju yang selalu terjadi di awal tahun. Orang-orang berlalu lalang di jalanan yang tampak penuh. Mereka seakan berlomba-lomba untuk sampai ke tempat tujuan mereka dan segera menghindari salju yang sungguh membekukan mereka semua. Tak hanya yang berlalu lalang untuk menjalani aktivitas mereka sehar-hari, sebagian juga ada yang bersantai di sebuah cafe menikmati hangatnya kopi yang seakan memahami situasi pagi ini.  Tak banyak juga yang sudah bekerja tanpa memperdulikan hujan salju yang semakin menebal. Seluruh atap bangunan sudah tampak putih dan tebal karena hujan salju. Jalanan semakin sulit di tapaki karena tebalnya salju yang memenuhi jalanan.
                Seorang gadis cantik berada di sela desakan orang-orang yang berjalan entah akan kemana. Dia tampak beberapa kali mengusap kedua tangannya yang di tutupi oleh sarung tangan merah, sebuah penutup kepala berwarna merah menutup rambut pirang indahnya hingga batas telinga. Sebuah syal melingkar di lehernya dan menutupi seluruh kulit lehernya. Mantel tebal berwarna coklat tampak menyelimuti tubuh kecilnya dan sepasang sepatu boots yang melindungi kaki rapuhnya dari keras dan tebalnya salju. Dia berjalan sendirian di tengah keramaian dan orang berlalu lalang.
                Ia mengikuti orang-orang menyebrang jalanan, dan berjalan cepat menuju ke sebuah bangunan cukup tua dan tak terlalu tinggi. Itu adalah sebuah apartement murah yang berada di kota itu. Ia berjalan memasuki lift barang dengan sekuat tenaga menarik besi sebagai pembatas lift itu. Setelah menekan angka tempat tujuannya lift barang itu bergerak dengan cukup lamban hingga akhirnya gerakannya terhenti di lantai tujuan. Gadis itu menarik kembali besi yang menjadi penghalang pintu lalu berjalan keluar dari lift. Ia berjalan cepat menuju sebuah pintu dan mengeluarkan kunci dari saku mantelnya.
Suasana di sana begitu sepi dan gelap, ia menekan sikring dan lampupun menyala terang memperlihatkan seluruh isi dari kamar sederhana itu. Kamar itu hanya berisikan ranjang tidur sederhana dengan lemari using, sofa yang tampak sudah tua dan televisi. Sebuah dapur kecil yang berdampingan dengan kamar mandi dan meja bar dengan  kursi di depannya. Tak ada yang menarik dari kamar itu, kecuali satu. Kamar itu memiliki balkon kecil yang bisa memperlihatkan suasana kota Boston yang begitu ramai.
Suara dering ponsel menghentikan gerakan wanita yang baru saja melepaskan mantelnya. Ia berjalan mengambil ponselnya dimana tertera panggilan masuk dari Gwen.       
“Ya.”
“…..”
“Aku baru saja sampai di apartementku.” Gadis itu mengambil duduk di depan meja bar yang menghadap ke jendela yang memperlihatkan lampu-lampu indah dan gedung pencakar langit, juga butiran salju yang turun dari langit.
“…..”
“Entahlah, sungguh berada di kota ini sangatlah keras. Aku kembali menerima pemotongan gaji hari ini.”
“….”
“AKu tidak membuat masalah, hanya ada seorang pelanggan yang bersikap tidak sopan padaku.”
“….”
“Apalagi yang bisa ku lakukan selain menamparnya.”
“…..”
“Berhentilah menceramahiku, Gwen. Aku tidak bisa melakukan itu.”
“…..”
“Ah baiklah, selamat malam.”
Gadis itu menghela nafas panjang setelah mematikan sambungan telpon. Lalu ia berjalan ke lemari pendingin dan mengambil minuman kaleng, Dengan gerakan santai ia membuka penutup kaleng dan berjalan mendekati balkon kamarnya. Ia melihat kilauan lampu di depannya yang begitu indah juga gedung-gedung tinggi.
Dulu hidupnya tidak seperti ini, dia memiliki keluarga yang lengkap dan bahagia. Bahkan ia begitu di sayang oleh Ibu dan Ayahnya.
Isabell sayang, Mom dan Dad sangat menyayangimu…
Dulu dia selalu menghabiskan waktu bersama kedua orangtuanya, setiap saat ia tak pernah merasakan kesepian bahkan kekurangan kasih sayang. Tetapi semua itu tak bertahan lama. Memang benar Tak Pernah Ada Yang Abadi.
Kebahagiaan, Kenyamanan, Kasih sayang, bahkan kehidupan. Semua itu hanya sementara dan semua itu akan berlalu dengan cepat dan berganti dengan sesuatu yang lain. Satu hal yang wanita ini yakini dalam hidupnya.
Apapun yang terjadi tetaplah nikmati hidupmu, karena waktu tak akan pernah kembali ke masa yang sudah berlalu.’
Gadis ini adalah Isabell Lustre, seorang gadis yang lahir di Manhattan Amerika Serikat. Sejak usianya 18 tahun ia kehilangan kedua orangtuanya karena sebuah kecelakaan dan dia merantau ke kota Boston untuk kelangsungan hidupnya. Seperti moto hidupnya, ia tak akan pernah meratapi sesuatu yang telah terjadi. Karena hidup tak akan pernah di ulang dan waktu tidak bisa di putar kembali. Ia sudah 5 tahun mengadu nasib di kota besar yang terletak di Negara Amerika Serikat ini, hingga kini usianya 23 tahun.
Ia kini bekerja di sebuah kedai kopi sebagai pelayan. Di tempat inilah dia cukup lama bekerja hingga kini 3 bulan, sebelumnya ia tak pernah bisa bekerja lama di satu tempat. Karena kenyamanan yang dia cari bukan uang.
ΩΩΩ
                “Selamat Datang!” Isabell menyapa beberapa pelanggan yang datang ke kedai kopinya. “Anda mau pesan apa?”
                “Americano 2, dan 2 pancake.” Pelanggan itu menyerahkan kartu pembayarannya dan Isabell segera melakukan transaksi dan menyiapkan pesanan mereka.
                “Terima kasih, dan selamat menikmati!” seru Isabell seraya menyerahkan 2 cup kopi juga pancake beserta kartu pembayarannya.
                Begitulah pekerjaan Isabell sehari-hari dan hanya menghabiskan waktu setengah hari karena setengah hari laginya dia akan pergi ke sebuah yayasan khusus anak-anak yang mengidap penyakit kanker dan penyakit jantung. Ia akan menghibur anak-anak di sana dengan bernyanyi bersama, membantu mereka bermain dan belajar. Entah kenapa ia begitu menyukainya.
                “Bell.”
                “Gwen? Kau tidak bekerja?” Tanya Isabell saat melihat kedatangan sahabatnya itu.
                “Tidak, aku akan ikut denganmu ke yayasan Spiriti. Aku ingin bertemu dengan mereka.”
                “Baiklah,” jawab Isabel diiringi senyuman indahnya.
                Selesai jam kerjanya, Isabell pergi bersama Gwen menuju yayasan itu dengan sebuah taxi.
                Sesampainya di sana mereka berdua di sambut bahagia oleh anak-anak di yayasan itu.
                “Hallo Isabell, Gwen.” Sapaan itu membuat mereka menoleh dan tersenyum lebar.
                “Hallo Dokter Marcel.”
                Dokter Marcel adalah dokter bedah anak di salah satu rumah sakit ternama di Boston. Dan dia juga pengurus Yayasan ini.
                “Aku senang kalian datang lagi, ayo mari” Isabell dan Gwen berjalan mengikuti dokter Marcel menuju ke bagian utama yayasan dimana banyak sekali ruang rawat anak-anak yang mengidap penyakit kanker.
                “Hallo Anna,” sapa Isabell pada seorang perawat tua di sana.
                “Hallo Isabell, Gwen.”
                “Hallo semuanya!” Sapa Isabell pada semua anak-anak.
                “Mrs. Isabell!” mereka tampak bahagia menyambut kedatangan Isabell dan Gwen.
ΩΩΩ
                “Bukankah Dokter Marcel itu sangat baik,” ucap Gwen saat mereka berjalan menembus hujan salju dan berjalan di antara banyaknya orang yang berjalan-jalan malam.
                “Ya, dia sangat baik.”
                “Lalu kenapa tak menerimanya saja? Lagian kalian berdua sama-sama menyukai program social seperti itu.”
                “Kau pikir cinta hanya berdasarkan itu, tidak Gwen.”
                “Kita sudah berteman selama 5 tahun dari sejak kau datang ke kota ini, dan selama itu juga aku tak pernah melihatmu bersama seorang pria. Ayolah Bell, kau ini memiliki wajah cantik dan tubuh yang ideal di mata pria. Sekali saja berkencanlah dengan seorang pria, sungguh aku tak bisa menikmati berkencan kalau kamu tetap seperti ini.”
                “Ck, sudah ku katakan padamu Gwen. Aku tidak ingin berkencan dengan beberapa pria. Cukup dengan satu orang saja yang aku cintai dan aku mencintainya.”
                “Ayolah Bell, di jaman sekarang cinta sudah tak berlaku. Apalagi di kota ini, pria dan wanita bersama karena mereka saling membutuhkan.” Gwen tetap bersikukuh.
                “Aku yakin aku akan menemukan orang yang mencintaiku juga aku cintai. Kalau tidak ketemupun tak masalah. Hidup itu singkat Gwen, dan aku sangat ingin menikmati kehidupanku tanpa menyia-nyiakannya dengan sesuatu yang tak pasti dan tak berguna.” Isabell menjawab dengan tatapan yang menerawang ke depan.
                “Terserah padamu, aku hanya tidak ingin melihatmu kesepian.”
                “AKu tidak kesepian. Bukankah ada kamu bersamaku,” jawab Isabell diiringi senyumannya.
ΩΩΩ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar