Kamis, 01 Agustus 2019




STAY WITH ME PART 2



1
Flashback Dhika
Uncovered All
Sudah 2 minggu Dhika mengasingkan dirinya di Surabaya, kota kelahiran keluarga mommynya. Saat ini Dhika tinggal di rumah pakdhe dan budhenya di Surabaya. Dhika sengaja ke perkampungan ini hanya untuk menenangkan pikiran dan hatinya yang dilanda patah hati saat ini. Tidak ada yang tau dimana Dhika saat ini, bahkan mommy nya sendiripun tidak mengetahuinya. Hanya Okta yang mengetahui keberadaan Dhika saat ini. Dhika bahkan sengaja tidak membawa alat komunikasinya sendiri. Dhika benar-benar ingin mengasingkan diri dan menenangkan hatinya yang hingga saat ini masih terasa sangat sakit dan pedih. Disini terdapat laut yang masih belum terjamah oleh manusia bahkan wisatawan, disini masih terlihat asri dan indah. Tempat ini cukup jauh dari kota, harus beberapa kali menaiki bis antar daerah menuju ke daerah sini.
Saat ini Dhika tengah berjalan menuju tempat favoritnya yaitu di atas tebing yang mampu menatap hamparan lautan biru yang luas. Dan Dhika juga dapat melihat hutan yang belum terjamah sama sekali. Dibawah terik matahari, Dhika berjalan menyusuri jalanan setapak menuju tebing. Di kanan kirinya terdapat jurang yang sangat dalam. Tapi di atas sinilah Dhika mampu merasakan ketenangan, merasakan udara segar yang menerpanya. Hingga sekarang ini, dimana Dhika sudah berdiri di ujung tebing yang cukup tinggi dari atas lautan.  Suara ombak yang menabrak batu karang disana, suara burung dan berbagai binatang yang berkicauan memenuhi gendang telinga Dhika. Dhika menghirup udara sejuk disana, mampu menyegarkan pernapasan dan kepalanya. Dhika berdiri tepat di ujung tebing dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam saku celananya, pandangannya lurus kedepan ke hamparan lautan biru yang jernih. Suasana seperti ini mampu membuatnya tenang dan damai walau tidak dengan hatinya yang masih sangat sangat terluka.
Sesekali air mata jatuh dari pelupuk mata Dhika yang menatap kosong kedepan. Ini sudah dua minggu berlalu, tetapi tangisnya tak pernah mau berhenti. Bayangan Thalita seakan enggan untuk pergi dari benak Dhika. Takdirnya sangat sulit dia terima, kenyataan yang seakan menamparnya ini membuatnya sulit untuk melangkah tanpa Lita. Bayangan wajah Thalita dan saat mereka masih bersama berputar seperti film yang tengah diputar dikepala Dhika. Bagaimana mungkin dia bisa melupakan Lita, dalam keadaan seperti ini saja masih bayangan Lita yang muncul di benaknya. Bagaimana selanjutnya? Dan apa yang harus dia lakukan, Dhika sama sekali tidak tau.
‘aku hanya bisa berdiri disini dengan letih tanpa ada tenaga. Tertatih menahan perih di hati ini’ batin Dhika. ‘jiwa ini sudah terpaku padamu, Lita. bahkan tidak bisa hanya untuk bergerak atau berpaling sedikit saja. Kenapa kamu lakukan ini? Ini rasanya sungguh menyakitkan, sangat Lita. sangat menyakitkan lebih dari saat mendengar kabar perselingkuhanmu dengan Angga atau kepergianmu saat itu. Saat itu aku masih menahan rasa sakitnya dan bertahan dengan harapan kamu akan segera kembali padaku walau sulit, tetapi aku tetap bertahan untukmu. Dan sekarang kamu melakukan yang lebih menyakitkan, dan apa yang harus aku lakukan sekarang. Lita? aku sudah tidak mempunyai tujuan untuk hidup lagi, alasanku untuk bertahan hidup sudah tidak ada lagi. Cita cita masa depanku kini telah hancur, jalanku bahkan sudah hilang. Tolong alihkanlah pandanganmu padaku. Hatiku sudah hancur berkeping-keping, bahkan aku sendiri tidak tau bagaimana cara menyatukan lagi serpihan-serpihan hati yang sudah hancur lebur ini. Bahkan aku masih berharap takdirku bisa bersamamu  batin Dhika.
Matanya sudah sangat memerah menahan air mata yang sudah menggantung di pelupuk matanya. Padangan Dhika tertunduk menatap lautan di bawah sana yang ombaknya cukup besar. Apalagi di apit beberapa karang yang dengan kasarnya disambar ombak. Dhika tidak memahami dirinya, hatinya seakan sudah terpaku hanya pada Thalita. seorang gadis yang mampu mengambil hatinya yang sejak awal belum pernah merasakan cinta. Dhika memang mempunyai beberapa mantan saat duduk di bangku sekola, tetapi perasaannya pada mereka berbeda dengan Thalita. Dhika merasa cintanya ke Lita kekal di dalam hatinya, sesakit apapun yang Dhika rasakan tidak mampu merubah perasaannya ke Lita sedikitpun. Dhika berpikir ini mungkin karena Lita cinta pertamanya, membuatnya kesulitan untuk menghilangkan Lita di dalam hatinya.
Tetapi Ucapan Lita yang terakhir mampu membuat Dhika mati bersama mimpi dan harapannya. Setiap kata itu menggema di telinganya, bahkan bayangan saat melihat Thalita bercengkraman bersama suami dan anaknya terbayang di benak Dhika. Dhika seakan ingin mengakhiri segalanya agar rasa sakit ini berkurang. Setidaknya Dhika tidak akan merasakan sakit yang teramat lagi. Kata-kata itu kembali menggema di telinganya, seperti sebuah tamparan bagi Dhika dan entah dorongan dari mana, Dhika melangkahkan kakinya berjalan ke bibir tebing. Dhika memejamkan matanya dan mengalirlah kembali air mata yang menggantung di pelupuk matanya itu membasahi pipi yang sudah dipenuhi jambang disekitar rahangnya yang tegas dan kokoh. Setiap mengingat Lita, Dhika merasa dirinya lemah dan cengeng. Tetapi Dhika juga tidak mampu menahan gejolak di dalam hatinya. Thalita memang kelemahannya. Tubuh Dhika seperti daun kering  yang diterpa angin akan langsung terbang. Tubuh Dhika langsung terjun dari atas tebing itu.
Byurrrrrr
Suara tubuh Dhika yang membentur air laut dengan ombak yang cukup besar. Dhika merasakan tubuhnya ditarik kedalam lautan. Sebenarnya Dhika bisa saja berenang mencapai permukaan untuk menyelamatkan dirinya, tetapi kerja syaraf otak dan tubuh Dhika seakan lambat dan tidak berfungsi membuat Dhika tidak bisa berkutik dan membiarkan tubuhnya ditarik oleh air laut itu menuju ke dasar lautan. Bayangan Thalita kembali muncul di hadapan Dhika. Thalita saat usianya masih 19 tahun tengah tertawa dan seperti mengajak Dhika bercanda membuat Dhika tersenyum dan perlahan menutup matanya.
Di tempat Thalita, Hujan di malam ini semakin deras dengan suara petir yang menyambar langit malam ini. Hujan lebat itu menemani malam gelapnya Thalita. Thalita tengah berdiri menatap setiap rintik hujan yang turun diluar jendela, petir menyambar kedalam rumah dengan penerangan minim. Tetapi Thalita tidak gentar ataupun takut. Dia masih berdiri di dekat jendela menatap setiap rintik hujan yang mengalir membasahi jendela. Sudah dua minggu dari kepergian Dhika, hidupnya kembali hampa bahkan lebih hampa dari sejak dirinya memutuskan untuk meninggalkan semuanya.
Tangannya di silangkan di dada dengan pandangan lurus keluar jendela menatap setiap rintik air hujan. Setetes dua tetes air mata mengalir dari pelupuk matanya, membuatnya sesekali menghapusnya. Bayangan wajah Dhika saat menangis dihadapan Lita, terus terbayang  seakan enggan untuk pergi.  Bahkan Okta mengatakan kalau Dhika sangat hancur saat itu, mampu mengiris hati Thalita. Tetapi Thalita seakan tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa pasrah pada keadaan yang ada. ‘maafkan aku, aku telah menancapkan duri yang sangat tajam di hatimu, pertama kalinya aku melihatmu menangis bahkan sangat terluka. Dan kalau boleh jujur, aku juga merasakan sakitnya. Sakit yang sangat teramat sakit, jangan kamu pikir aku disini bahagia, jangan pernah berpikir aku disini menikmati hidupku tanpa kamu. tapi ini takdir kita, takdir cinta kita yang sangat menyakitkan. Mungkin kita memang tidak di takdirkan untuk bersama’ batin Thalita menengok ke belakangnya, dimana seorang anak laki-laki tengah terlelap. ‘ada dia yang saat ini lebih membutuhkanku, lupakan aku Dhika. Lupakan kisah kita. Walau aku tau itu akan sangat sulit’ batin Thalita kembali menghapus air matanya.
“aku akan slalu berdoa pada tuhan untuk kebahagiaanmu. Aku ingin melihatmu bahagia bersama siapapun itu” gumam Lita.
Keesokan harinya, Thalita mengajak Vino bermain ke sebuah tempat permainan anak. Kebetulan hari ini weekend dan Thalita ingin menghabiskan waktunya bersama putra kesayangannya itu. Thalita ingin mencoba menghilangkan bayangan Dhika dari pikirannya. Vino baru saja ingin memasuki sebuah arena permainan mandi bola. Tiba-tiba saja seorang anak laki-laki sebawahan Vino, mungkin umurnya berkisar 5 tahun menghampiri Lita dan Vino sambil menangis. Thalita melihat anak laki-laki itu menangis dan terlihat kebingungan. Membuat Lita tak tega melihatnya. “lho dek, ada apa?” Tanya Thalita menghampiri anak itu.
“ndha mana yah, tante lihat ndhanya Verrel?” Tanya anak sambil menangis.
“Tadi ndha kamu dimana, sayang?” Tanya Lita dengan lembut.
“Verrel gak tau, tadi ndha bilang mau angkat telpon ayah. Tapi sekarang ilang” ujar anak laki-laki yang mengaku bernama Verrel itu.
“cup cup cup sayang,, tante bantu cariin ndha kamu yah” ujar Lita ikut celingak celinguk mencari ibu-ibu yang tak Thalita ketahui.
            “hikzz…..ndhaaaa manaaaa” isak anak laki-laki itu semakin menjadi.
“Verrel sayang !!!” seorang wanita dengan rambut hitam pekatnya dan sedikit bergelombang menghampiri anak yang tengah menangis itu.
“Ndhaaaaaaa” anak laki-laki itu langsung menghamburkan pelukannya ke wanita berkulit kuning langsat itu.
“kamu ini, ndha suruh tunggu dulu malah langsung pergi” ujar wanita itu membuat Lita mengernyitkan dahinya. Suaranya sangat tak asing buat Lita.
“maaf ndhaa,, abis Verrel pengen masuk sana” tunjuk Verrel ke wahana mandi bola.
“iya,, iya,, kan ndha tunggu ayah dulu sayang. Ya sudah yuk kita bayar dulu biar kamu bisa masuk kewahana itu” ujar Wanita itu dan beranjak sambil menuntun anak laki-laki itu menjauhi Lita yang masih mematung.
“serli”
Panggilan Lita mampu menghentikan langkah wanita yang baru melangkah tiga langkah itu. Merasa ada yang memanggilnya,  wanita itu berbalik dan matanya langsung membelalak lebar melihat Thalita berada di hadapannya.
“li-lita” gumam Serli menatap syok ke arah Thalita. Thalita sudah berkaca-kaca seraya tersenyum menatap Serli sang sahabat sejatinya. Serli berjalan mendekati Lita. Serli menyentuh kedua pipi Lita, lengan dan tubuh Lita. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Serli dan mulai merembes membasahi pipinya. “lita” gumam Serli menyentuh dan memandang Lita dari atas hingga bawah dengan perasaan yang bahagia dan juga syok. Tak jauh berbeda dengan Thalita yang sudah berkaca-kaca memandang Serli yang terkekeh bahagia ditengah tangisannya.
“ini beneran loe,, loe masih hidup. Ya tuhan !!!” pekik Serli langsung memeluk Thalita dengan isakannya membuat beberapa orang yang melewatinya menatap heran dan bingung ke arah mereka. Thalita juga menangis di pelukan Serli, hatinya sangatlah bahagia bisa bertemu kembali dengan sahabat yang sangat dia rindukan setelah 10 tahun lamanya mereka berpisah. Vino maupun Verrel hanya terdiam bingung melihat ke arah bunda mereka.
“hikzzz,,,,,hikzzz,,,, gue seneng bisa ketemu loe” isak Serli
“gue juga,,, ser” Thalita membalas pelukan Serli dengan sangat erat. Rasa rindu dan haru keduanya sangat besar bahkan mampu membuat mereka lupa akan anak-anak mereka. Setelah lama mereka berpelukan dan melepaskan rasa rindu mereka, Thalita melepas pelukan Serli dan keduanya sama-sama terkekeh dan menghapus air mata mereka.
“gue gak nyangka kita bisa bertemu disini” ujar Serli masih tidak percaya
“iya, gue juga gak nyangka bisa ketemu loe disini. Dan ini,, ini anak loe?” Tanya Lita menatap Verrel yang tengah memegang kain celana Serli.
“iya, ini anak gue dan Daniel” ujar Serli senang. Lalu pandangan Serli jatuh ke arah Vino yang berdiri disamping Thalita. Dengan mengernyitkan dahinya Serli menatap Lita seakan menanyakan ‘siapa dia’. Thalita yang paham langsung menjawab.
“ini anak gue, Vino sayang ayo beri salam ke tante Serli. Dia sahabat bunda” ujar Lita membuat Vino melangkah menyentuh dan mencium tangan Serli.
“aku Vino, tante” ujar Vino tetapi Serli masih menatapnya syok dan bergilir antara menatap Thalita dan Vino bergantian dengan tatapan tak percaya.
‘lalu bagaimana dengan kak Dhika?’ batin Serli.
“ndhaa,,, ayoo Verrel mau masuk kesana” tarikan dari Verrel menyadarkan Serli yang masih menatap Lita dan Vino dengan syok.
“i-iya sayang” ujar Serli akhirnya.
Setelah membayar dan memasukan Vino dan Verrel ke wahana bermain itu, kini Serli dan Lita duduk berhadapan di meja tunggu seraya memesan minuman untuk mereka. Serli terus menatap Thalita tak percaya, sahabat yang dia anggap sudah meninggal, kini duduk dihadapannya dalam keadaan sehat wal’afiat. “kenapa?” Tanya Lita menatap Serli dengan heran.
“coba loe cubit pipi gue” perintah Serli membuat Lita mengernyitkan dahinya dan mencubit pipi Serli. “awwww” Serli meringis.
“sakit?” Tanya Lita melihat Serli yang mengusap pipinya.
“iya, jadi loe beneran masih hidup dan ada dihadapan gue?” ujar Serli dengan pandangan yang masih tak percaya membuat Lita terkekeh melihat ekspresi Serli yang menurutnya sangat lucu.
“jangan pikir kalau gue ini hantu, gue sahabat loe Thalita putri yang kalem” kekeh Lita membuat Serli ikut terkekeh ditengah tangisnya.
“gue tidak menyangka saja, Gue masih ingat saat kobaran api itu tengah menyala melahap rumah sakit dan ruangan loe. Bahkan kak Dhika yang saat itu mencoba menerobos api, sampai terluka” ujar Serli dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Dhika? menerobos api?” Thalita mengernyitkan dahinya bingung dan tak percaya.
“iya Lita, apa yang terjadi? Dan kemana saja loe selama ini? Gue dan yang lainnya sudah sangat putus asa nyariin loe, kami pikir loe sudah meninggal” ujar Serli memborong pertanyaan dengan air mata yang tak bisa berhenti menangis, bahkan tangan Serli tak lepas memegang tangan Lita seakan ini adalah mimpi.
“ceritanya sangat panjang, yang jelas gue selamat dari kebakaran itu berkat seseorang” ujar Lita membalas memegang tangan Serli.
“gue bahagia Lita, gue seneng lihat loe baik-baik saja” ujar Serli ditengah tangisnya kembali membelai pipi Lita membuat Lita terkekeh.
“diantara yang lain, ekspresi loe yang paling lebay” ujar Lita membuat Serli mengernyitkan dahinya.
“yang lain?” serli bingung
“gue sudah bertemu sama Chacha dan Ratu” ujar Lita.
“Chacha? Ratu? Tapi kenapa Ratu tidak cerita yah. Dan Chacha, dimana loe ketemu dia? Sudah lama sekali gue tidak pernah dengar kabarnya” Tanya Serli dan Thalita menceritakannya semuanya.
“jadi Chacha sekarang jadi dokter kebidanan di AMI hospital. Ya minggu lalu Ratu dan kak Angga sempat kesini, gue belum ketemu mereka lagi” ujar Serli
“loe bukannya tinggal di bandung?” Tanya Lita
“iya, kebetulan sudah tiga hari gue nemenin Daniel disini. Kebetulan client yang harus Daniel tangani kasusnya, tinggal di Jakarta. Jadi gue nemenin dia kesini dan gue bahagia bisa ketemu sama loe” ujar Serli membuat Lita mengangguk paham dan tersenyum. “loe gimana kabarnya, Lita? gue penasaran banget sama cerita loe dan kak Dhika, apa loe sudah ketemu dengannya?” Tanya Serli sedikit tidak enak apalagi saat melihat perubahan ekspresi Thalita.
“iya, gue sudah ketemu dengannya. Saat gue kembali menginjakkan kaki di Indonesia lagi, gue langsung bertemu dengannya” ujar Lita mengingat waktu Dhika yang mengejarnya saat Lita pertama kali datang ke rumah sakit untuk mengurusi perpindahan prakteknya. Serli hendak mengajukan kembali pertanyaan ke Thalita tetapi di urungkannya saat Daniel datang menghampiri.
“hai bunda, aku cariin kemana-mana. Untung tadi Verrel kasih tau pas aku lihat dia sedang bermain di dalam” ujar Daniel mencium kening Serli dan belum menyadari keberadaan Thalita. Thalita tersenyum melihat perlakuan manis Daniel yang sama sekali tidak pernah berubah dari dulu ke Serli. “Bunda, kamu nangis?” Tanya Daniel kaget melihat Serli dengan mata sembabnya.
“aku-“
“apa kabar kak Daniel?” Thalita memotong ucapan Serli. Daniel yang baru menyadari ada orang lain di antara mereka, langsung berbalik dan melotot sempurna saat mendapati Thalita tengah duduk disana dengan senyuman manis di bibirnya. Seketika tubuh Daniel menegang dan sempat limbung kalau tidak memegang kepala kursi yang diduduki Serli.  Daniel masih mematung menatap Thalita tak percaya di hadapannya. Daniel menatap Thalita dari atas hingga bawah dan kembali menatap wajah Thalita untuk memastikannya. “kenapa semuanya menatapku seperti itu? Seperti melihat hantu saja” sindir Lita menyadarkan Daniel.
“so-sory Lita, aku sedikit kaget” ujar Daniel mengubah raut wajahnya dengan segera. “apa kabar Lita” Tanya Daniel masih menatap Lita tak percaya. Selama ini Daniel hanya mendengar sekilas dari Okta soal Thalita.
“aku baik kak, sepertinya kalian berdua sangat jauh lebih baik” ujar Lita tersenyum melihat Serli dan Daniel bergantian. Hatinya senang dan ada sedikit rasa iri melihat hubungan mereka yang awet dan langgeng. Daniel duduk di samping Serli dan tak lama pesanan Thalita dan Serli datang. Danielpun memesan minuman untuknya. Thalita menyedot minumannya dan rasa manis dan dingin menerpa tenggorokannya yang terasa sangat kering.
“jadi bener, kalau Dhika kembali mengasingkan diri?” Tanya Daniel seketika membuat Lita tersedak. Daniel baru beberapa hari yang lalu mengetahuinya dari Okta. Awalnya Daniel tidak mempercayainya tetapi saat melihat Thalita, Daniel yakin dan percaya dengan ucapan sepupunya itu.
“kak Dhika? tapi kenapa sayang?” Tanya Serli mengernyitkan dahinya dan kaget mendengar penuturan Daniel .
“sepertinya Thalita mengetahuinya” sindir Daniel membuat Serli kembali menatap Thalita yang terlihat terdiam.
“aku tidak melakukan apapun, kak. Jangan suudzon” kilah Lita tersenyum masam,  pesanan Danielpun datang, membuat Daniel menyeduh minumannya itu.
“apa alasannya karena anak itu?” Tanya Serli yang mampu membuat Lita terdiam
“Anak? Anak siapa?” Tanya Daniel bingung
“Lita, apa benar dia anak loe? kalau begitu siapa suami loe dan dimana dia?” Tanya Serli berbondong-bondong membuat Daniel bingung. “Lita tatap gue” Serli menarik tangan Lita membuat Lita menatap Serli dengan berkaca-kaca. “loe gak bisa bohong, kak Dhika salah paham lagi kan? Dan anak itu bukan anak loe kan?” Tanya Serli menatap mata Lita dengan seksama. Serli yang sama sekali tidak dapat Thalita bohongi.
“kak Dhika salah paham lagi, kan?” Tanya Serli lagi membuat Lita mengangguk lemah dan air matanya kembali mengalir membasahi pipi. Thallita tidak bisa membohongi serli juga.
“tapi bagaimana? Kenapa Dhika bisa salah paham lagi?” Tanya Daniel bingung.  Thalitapun menceritakan apa yang terjadi di antara keduanya saat terakhir sehingga membuat Dhika kembali mengasingkan dirinya.
“APAAA???” pekik Daniel sangat kaget sehingga suaranya sedikit meninggi tetapi dengan segera menstabilkan kembali suaranya. “Lita, Dhika tulus mencintai kamu” ujar Daniel.
“tapi rasa sakit itu masih ada, kak. Aku tidak bisa kembali lagi kepada Dhika, kejadian 10 tahun itu masih membekas di hatiku. Apa yang Dhika lakukan sudah keterlaluan. Di tambah aku tak bisa meninggalkan laki-laki yang sekarang bersamaku” ujar Thalita.
“tapi kamu salah paham mengenai Dhika, kejadian 10 tahun lalu tidak seperti yang kamu pikirkan” ujar Daniel.
“salah paham apa kak? Sudah jelas Dhika tidak mau mempercayaiku dan lebih mempercayai orang lain, dia juga berselingkuh dengan kakakku sendiri. dia terus menghinaku saat aku ingin mencoba menjelaskannya, dia bahkan hampir memperkosaku dan menghinaku habis-habisan. Dia menolakku berkali-kali dan memilih kak Natasya dan  bahkan dia memasukkanku ke rumah sakit jiwa setelah menikah dengan kak Natasya !!!! apanya yang salah paham?” Tanya Lita mulai berapi-api mengingat kejadian yang menimpanya 10 tahun yang lalu. “dia bahkan tidak ada disaat aku di bully habis-habisan oleh teman kampus dan malah sibuk mendekati kak Natasya. Apa ini yang namanya cinta yang tulus? Kenapa dia baru menyadarinya sekarang, setelah dia bercerai dengan kak Natasya?” Tanya Lita sudah menangis.
“kamu salah mengenai Dhika, semua yang kamu katakan itu tidak benar” ujar Daniel membuat Lita mengernyitkan dahinya.
“Daniel bener Lita, loe yang sebenarnya salah paham” tambah Serli membuat Lita semakin mengernyitkan dahinya bingung.
***
            Daniel dan serli mulai membuka suara untuk menceritakan apa yang terjadi pada Dhika di masalalu.  “kamu tau Lita, Dhika yang saat itu tengah bahagia bisa bertemu denganmu setelah berpisah selama 3 bulan harus mendapatkan kabar tak enak dari Chacha tentangmu dan Angga sahabat kami sendiri. Saat itu Chacha memberitahukannya tepat di hadapanku, Okta dan Dewi. Dan kamu tau apa yang Dhika lakuin? Dia membentak Chacha habis-habisan sampai Chacha menangis dan mengancam Dhika. aku dan yang lainnyapun tidak ada yang percaya dengan ucapan Chacha. Kami percaya padamu dan juga Angga. Tetapi kami salah, Dhika yang awalnya hanya menganggap angin ucapan Chacha kembali menimbang-nimbang saat kamu beberapa kali ketahuan berbohong dan menghindari Dhika. Pernah saat itu hujan deras sekali, dan Dhika masih bersikeras menunggumu di taman dekat rumahmu. Setiap malam kamu keluar rumah dan berbohong pada Dhika, sebenarnya itu yang membuat Dhika sangat kecewa, kalau kamu memang bekerja atau ada hal lain. Dhika berharap kamu mengatakan jujur dan terbuka padanya. Bukan hanya mendengar kabar dari yang lain. Apalagi kabar itu sudah menyebar di area kampus tentang kedekatanmu dan Angga.” tambah Daniel membuat Lita menyimaknya dengan serius.
“Dhika bahkan mengerahkan anak-anak brotherhood untuk melaporkan orang-orang yang menggosipkanmu itu, Dhika masih menyangkalnya hingga kejadian itu terjadi. Baru saja kami menginjakkan kaki kami di kampus dan semua foto kamu dan Angga terpajang di semua madding di kampus. Semua Lita, bahkan di dinding yang bukan madding juga ada” Jelas Daniel.
“loe tau apa yang kak Dhika lakukan saat itu? Kak Dhika ngamuk dan mengobrak-abrik semua madding di kampus melepaskan semua foto-foto itu, dia marah besar dan bersumpah akan memukul orang yang dengan senonoh memajang foto loe disana” ujar Serli
“bukan di madding saja, tetapi ruang senat penuh dengan foto itu. Anak brotherhood sangat marah dan bahkan ikut memarahi dan menegur Dhika, tetapi Dhika masih bersikeras membelamu dan Angga. Dia sangat percaya pada kalian berdua” ujar Daniel mengingat saat itu. “dan yang membuat anak brotherhood membencimu adalah saat itu Dhika mengalami kecelakaan. Dhika jatuh dari motor karena tidak fokus” jelas Daniel membuat Lita menutup mulutnya tak percaya. “kamu ingat saat itu Dhika menghilang bak di telan bumi. Sebenarnya dia dirawat dirumah sakit. Tulang kakinya patah” jelas Daniel. “itu yang membuatku membencimu saat itu, kamu bahkan tidak datang saat Dhika membutuhkanmu. Saat dia harus duduk di kursi roda dan meratapi sakitnya. Kamu maupun Angga tidak ada yang menampakan diri sama sekali, bahkan untuk sekedar menengok saja tidak ada. Itu alasan kami membencimu Lita” ujar Daniel
“tapi kak Daniel, tidak ada yang memberitahuku tentang Dhika dan setiap aku bertanya ke anak brotherhood yang lain, semuanya hanya terdiam tak menjawab” ujar Lita masih syok mendengar ucapan dari Daniel, dan Lita sadar saat di cafĂ© tangan Dhika yang memakai perban itu karena kecelakaan.
“kak Elza yang harusnya memberitahu loe, dia sengaja diam karena kesal ngeliat loe yang seakan ingin merusak persahabatan Dhika dan Angga. Kak Elza tidak memberitahumu atau Angga mengenai kondisi Dhika karena tidak ingin membuat loe kembali ke Dhika dan Angga yang akhirnya terluka” ujar Serli dengan kesal. “Dan loe tau Lita, selama di rumah sakit yang merawat dan membantu kak Dhika berjalan lagi adalah kakak loe. kak Natasya” ujar Serli membuat Thalita semakin terpekik kaget.
“Dhika awalnya menolak kehadiran Natasya dan dia hanya menanyakan kamu, aku yang memang sudah kesal sekali membawa Dhika ke rumahmu karena saat itu kamu masih di skor, dan saat itu Dhika melihat Angga menjemputmu keluar Rumah” ujar Daniel membuat Lita semakin syok. “disana kami mulai mempengaruhi Dhika tentang kamu dan Angga dan Angga  juga mengakui kalau dia dan kamu sudah lama berhubungan dan kalian sering melakukannya. Dhika mengamuk bahkan dalam keadaannya yang tidak sehat, dia memukuli Angga bertubi-tubi yang bahkan hanya diam saja. Angga memohon agar Dhika melepaskanmu untuknya. Permintaan yang tidak pernah Angga lontarkan sama sekali ke Dhika selama mereka bersahabat dan itu permintaan pertama dan terakhir dari Angga” jelas Daniel. Thalita diam membisu, dia pikir Dhika memang tidak mencintainya lagi dan tidak ingin mempercayainya sama sekali.
“Angga memohon sambil menangis dihadapan kami semua, Angga meminta agar Dhika melepaskanmu karena kalian saling mencintai. Kamu bayangkan saja Lita, saat itu berada diposisi Dhika akan bagaimana? dia harus memilih antara sahabat dan kekasihnya. Dhika tidak menjawab pernyataan Angga saat itu, dia memilih menunggu kamu mengatakan kejujurannya hingga akhirnya kamu tidak mengatakan yang sebenarnya. Itu alasan utama Dhika merelakan kamu dengan Angga. Dia sangat mencintai kamu, tetapi dia juga tidak ingin membuat Angga terluka kalau memang kalian saling mencintai. Dhika memilih untuk mundur” ujar Daniel semakin menyayat hati Lita. “Dhika masih diam-diam menolongmu, kamu ingat saat kamu dihukum karena tugas makalahmu hilang. Tiba-tiba saja dosen membatalkan hukumanmu, karena Dhika dengan susah payah mengerjakan tugas itu untukmu. Dan kamu ingat gelang yang pernah Dhika kasih ke kamu, Amel melemparnya ke kolam di taman kampus bukan, dan besoknya kamu menemukan itu di meja kamu. Semalaman suntuk Dhika mencarinya di kolam itu tanpa memikirkan kondisinya yang masih sakit karena kecelakaan. Ketulusan yang Dhika berikan ke kamu, itu yang membuat semua anak brotherhood semakin membencimu dan memakimu habis-habisan, walau akhirnya Dhika akan tetap membelamu. Kami kesal karena kamu begitu menyakiti Dhika.” jelas Daniel.
“tapi,, kenapa Dhika melakukannya secara sembunyi-bunyi? Padahal saat itu aku sangat mengharapkan Dhika kembali” ujar Lita
“karena Angga. Dhika tidak ingin menyakiti dan menjadi penghalang buat kalian berdua, makanya Dhika hanya memperhatikanmu dari jauh dan mencoba menolongmu semampunya. Karena dia pikir ucapan Angga benar adanya, kalau kalian memang saling mencintai. Dan masalah Natasya, kami semua anak brotherhood yang memaksa Dhika untuk menerima Natasya yang saat itu mengungkapkan perasaannya ke Dhika di hadapan kami semua. Kami semua harus bekerja keras membujuk Dhika agar mau menerima Natasya” ujar Daniel dan Thalita paham sekarang kenapa Dhika begitu mudahnya berpaling ke kak Natasya. “selama itu Dhika menahan perasaannya padamu, walau dia terlihat selalu melamun dan menyesali perbuatannya yang sudah menerima Natasya. Bahkan saat tau kamu bekerja di club malam dan alasan kamu setiap malam selalu keluar sudah terjawab, dia tetap tidak bisa membencimu sama sekali. Walau yang keluar dari mulutnya lain dengan apa yang dia rasakan. Dia hanya mengeluarkan kekecewaannya. Karena dia tidak bisa berbuat apa-apa, Dhika sudah merelakan kamu bersama Angga sampai isu mengenai kamu hamil dan bersamaan dengan ancaman mama Salma yang meminta Dhika segera menikahi Natasya. Dia terlihat sangat terpukul saat itu, apa yang harus dia lakukan. Di satu sisi wanita yang dia sangat cintai adalah kamu, dan disisi lain dia sudah terlanjur merelakan kamu dengan Angga dan melihat kondisimu yang tengah mengandung anaknya Angga. Dhika semakin sulit untuk melangkah mendapatkanmu” jelas Daniel membuat Lita masih mematung mendengar penjelasan dari Daniel yang tidak dia sangka-sangka. “Malam itu, aku sudah melarangnya membawamu pergi. Tapi mungkin karena dia begitu merindukanmu dan tak mampu menahan lagi perasaannya. Dia tidak mendengarkanku, Dhika berniat untuk memperkosamu dan merebutmu lagi dari Angga dengan cara yang sama dengan yang Angga lakukan. Makanya malam itu dia hampir memperkosamu, Lita. Malamnya dia datang padaku sebelum mama Salma menghubungi Dhika. Dhika datang dan mengatakan kalau dia tidak mampu menodai wanita yang paling dia cintai, dia tidak bisa melukaimu, Lita. Walau kenyataannya kamu memang sudah melakukannya dengan orang lain. Tetapi Dhika tetap tidak ingin menodai wanitanya dengan nafsu binatangnya” ucapan Daniel yang ini mampu membuat Lita mematung dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipi.
Bayangannya melayang ke kenangan saat malam itu, malam dimana Dhika menyentuh tubuhnya untuk pertama kalinya. Dan malam itu juga Thalita telah merelakan kehormatannya untuk Dhika agar Dhika bisa mempercayainya lagi. Tetapi ternyata Lita salah, Dhika masih menghargainya sebagai seorang wanita. Sebegitu tulusnya cinta Dhika ke Thalita? Tapi kenapa Thalita harus mengetahui kebenarannya setelah dia menyakiti Dhika. Bayangan wajah Dhika yang menangis saat Thalita mengatakan dirinya sudah menikah kembali terbayang. Terlihat jelas tatapan sangat amat terluka milik Dhika menusuk relung hati Thalita.  “aku tidak percaya ini,,,hikzzzz” Lita menangis menutup mulutnya membuat Serli menggeser kursinya lebih dekat dengan Lita dan merangkulnya dan mengelus lengan Lita. Daniel hanya melihat ke arah Thalita dengan iba. Tetapi Daniel tidak menyesali penjelasannya. Thalita memang harusnya mengetahui semua kebenarannya.
“bahkan saat kamu meminta kembali padanya berkali-kali, Dhika mengamuk pada dirinya sendiri. Karena dia begitu tak berdaya, dia mencintaimu dan ingin sekali dia mengatakan iya dan menuruti keinginanmu. Tetapi Natasya, Dhika sudah menyimpan janji untuk Natasya, Dhika hanya ingin memenuhi janjinya untuk menikahi Natasya, walau dia mengorbankan kamu. Itu kesalahan terburuk dan terbodohnya, karena mau melepaskanmu begitu saja, demi memenuhi janjinya pada Natasya. Kamu juga sangat mengenal Dhika, bukan. Dia bukan tipe laki-laki yang suka mengingkari janji.” Jelas Daniel membuat Thalita semakin menangis terisak. Daniel memang tidak akan ikut campur dengan urusan mereka, tetapi Daniel juga tidak bisa diam saja melihat sahabatnya kembali terluka. Padahal Dhika sudah lama menanggung kesakitan yang sangat amat ini.
Flashback On
Semua anak brotherhood berkumpul di ruang senat sibuk dengan pikiran masing-masing. “gue kepikiran Lita terus, kasian juga yah dia  sampe harus diperlakukan kayak kemarin” ujar Okta yang tengah duduk bersandar di sofa ruang senat.
“tapi dia memang pantas mendapatkannya kan, gue bingung dengan jalan pikirannya itu” ujar Elza
“mungkin memang dia kekurangan uang, makanya dia nyuri” ujar Irene
“mungkin aja sih, tapi tetap saja tidak menyangka. Padahal wajahnya terlihat sangat polos” ujar Seno
“bukankah wajah itu bisa menipu” ujar Elza. Dhika hanya diam saja mendengarkannya, pikirannya melayang mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Dhika melihat Lita yang hampir bunuh diri. Bahkan Thalita memintanya untuk tetap tinggal bersamanya selama satu bulan, dengan terpaksa Dhika harus menolaknya lagi. Bukan Dhika menolak karena tak cinta, tetapi karena keadaan yang menyeret Dhka pergi dari sisi Thalita. Dhika sudah berjanji pada Natasya, Salma dan Pram untuk menikah dengan Natasya, Dhika tidak bisa begitu saja lari dari tanggung jawabnya walau hatinya kini sangat terluka.
“dia juga di usir dari rumahnya” ujar Daniel yang kini tengah duduk disamping Serli yang hanyaterdiam
“mungkin sifat pencuri dari ayahnya menurun ke Lita” ujar Elza dengan ketus
“maksud kak Elza apa? jaga dong ucapannya” ujar Serli mulai tidak nyaman sahabatnya dikatakan yang tidak-tidak.
“tapi ayahnya kan memang pencuri, pemerkosa juga” timpal Dewi
“tapi tidak dengan Thalita” ujar Serli dengan sengit
“loe kenapa belain dia terus sih, ser?” Tanya Irene sebal
“karena gue gak yakin dia salah” jawab Serli
“tapi kan buktinya sudah jelas” ujar Daniel membuat serli kesal
“heh Dhika, kenapa loe diem aja? Biasanya kalau membahas Lita, loe yang akan protes” ujar Okta membuat Dhika menengok ke arah Okta.
“loe baik-baik saja kan, Dhik?” Tanya Daniel
“ya” jawab Dhika dengan singkat dan memijit pangkal hidungnya. Sikap Lita sungguh membuatnya bingung dan merasa janggal. Kalau Lita masih mencintainya, kenapa dia mengkhianati Dhika dan berhubungan dengan Angga apalagi sampai hamil. Apa Dhika salah karena menolaknya?
“sudahlah jangan loe pikirkan lagi, dia bukan wanita yang tepat buat loe pikirkan Dhik” ujar Elza.
“mamake benar, mending loe fokus saja ke pernikahan loe sama Natasya” ujar Okta.
“pernikahan?” Serli tersentak kaget mendengarnya
“kamu belum tau yah sayang, seminggu lagi Dhika akan menikah dengan Natasya” ujar Daniel
“tapi kenapa? Kak Dhika, lalu bagaimana dengan Lita?” Tanya Serli yang merasa ada kejanggalan antara hubungan Lita dan Angga. Dhika menatap Serli sekilas, dan hanya bisa menghela nafasnya panjang.
“loe kenapa mikirin dia terus sih? Dia sudah bahagia kali sama Angga, apalagi dia lagi hamil anaknya” cibir Irene.
“tapi itu belum tentu benar, Lita tidak mungkin mengandung anak kak Angga” ujar Serli ngotot
            “heh metromini, loe sudah tau sendiri kebenarannya kan. Jadi kenapa masih ngotot sih” keluh Okta.
“tapi ini tidak mungkin, aku akan menemui Lita” Serli hendak beranjak tetapi pergelangan tangannya ditahan oleh Daniel
“kamu mau kemana? Kamu tidak akan kemana-mana dan menemui siapapun” ujar Daniel tegas tak ingin dibantah. Tetapi bukan Serli namanya kalau harus terus menurut
“siapa kamu larang-larang aku? Suami aku juga bukan kan” ujar Serli yang sudah kesal seraya menghempaskan tangan Daniel dan menyambar tasnya.
“kamu keluar dari ruang senat, kita putus” ancam Daniel membuat Serli terdiam dan mengernyitkan dahinya. “aku kan sudah bilang, aku tidak suka kamu deket-deket sama orang yang sudah nyakitin sahabat aku” ujar Daniel
“loe jangan ngotot deh ser, ngapain juga loe samperin jalang itu” ujar Elza dengan sinis membuat Serli menatap Elza dengan tatapan benci.
“dia bukan jalang, dia punya nama. Dan maafkan aku kak Daniel yang terhormat, tetapi aku perlu mencari sahabatku dan mungkin lebih baik kita putus” ujar Serli dengan sengit dan keluar ruangan senat. Daniel langsung mengikutinya. Daniel mencengkram tangan Serli kembali saat Serli melangkah lebih cepat menyusuri lorong kampus.
“Serli tunggu !! kamu kenapa jadi kayak gini sih? Aku tidak mau kita putus, ayo sekarang aku antar kamu pulang” Daniel menarik tangan Serli tetapi Serli menghempaskan pegangan Daniel hingga terlepas membuat Daniel mengernyitkan dahinya.
“aku tidak mau nerusin hubungan ini lagi, aku memilih sahabatku. Jadi mulai sekarang kita putus” ujar Serli sengit.
“kamu akan menyesal telah mengatakan ini” ancam Daniel dengan kesal.
“I don’t care !!!”ujar Serli dan berlalu pergi meninggalkan Daniel yang masih mematung sendiri. 
Serli langsung menuju rumah tante ratih yang terlihat gelap dan kosong. Serli berjalan mendekati pintu dan menekan knop pintu berkali-kali tetapi di kunci. “mungkin Thalita tidak ada disini” gumam Serli hendak beranjak meninggalkan rumah itu, tetapi baru 3 langkah Serli terhenti saat mendengar seseorang batuk dan suara benda jatuh dari dalam rumah tante Ratih membuat Serli segera mengetuk pintu dengan kencang. “Lita….gue tau loe di dalam !!! buka pintunya,,,,, bukaaaa” Serli terus mengetuk pintu itu dengan keras dan suara batuk itu semakin jelas terdengar. Serli segera mencari sesuatu untuk membuka pintu. Sungguh keberuntungan, tak jauh di pojok kanan rumah tante Ratih terlihat linggis tergeletak dan Serli segera mengambilnya dan mencoba mendobrak pintu menggunakan linggis itu hingga pintu berhasil terbuka dan Serli segera berlari masuk ke dalam rumah.
“litaaaa !!!!” pekik Serli saat melihat Thalita tengah memuntahkan darah dari mulutnya. Serli membantu Thalita memberinya obat dan minum, Serli berjalan ke arah dapur dan semakin terpekik kaget saat tak ada nasi sedikitpun. Hanya bungkus mie instan bertebaran di dapur Thalita. ‘sebenarnya apa yang terjadi dengan loe, Lita’ gumam Serli.
***
Serli menceritakan semuanya ke Dewi, karena hanya Dewi yang masih bersikap baik padanya dan Lita. Sepulangnya dari kampus, Serli mengajak Dewi menuju ke rumah tante Ratih dan diperjalanan Serli menceritakan semua yang Lita ceritakan ke Serli kalau Thallita di fitnah selama ini. Dewi yang awalnya tidak percaya, langsung menangis histeris saat melihat kondisi Thalita yang sangat jauh dari kata baik-baik saja. “kakak lihatkan kondisinya?” ujar Serli setelah menutup pintu kamar Lita dan mengajak Dewi duduk di ruang tamu.
“tapi kenapa Angga tega melakukannya? Kenapa Lita tidak mau mengatakan yang sebenarnya,,hikzzz” isak Dewi
“Thalita hanya tidak mau dirinya merepotkan siapapun, dan mungkin dia diam karena tidak ingin menyakiti kakaknya” ujar Serli membuat Dewi terdiam.      
“tapi -” ucapan Dewi tertahan membuat Serli bertanya-tanya. “hari ini Dhika dan Natasya akan melaksanakan pernikahan mereka” ujar Dewi membuat Serli dan Dewi saling bertatapan dengan pandangan syok.
“ha-hari ini, kak?” ulang Serli memastikan
“iya Serli, sore ini lebih tepatnya” ujar Dewi. “mereka akan melaksanakan ijab kabul saja tanpa resepsi” ucap Dewi.
“lalu bagaimana? Ini bahkan sudah adzan ashar” ujar Serli resah.
“pergilah,, pergilah Serli. Bawa Dhika kembali, Thalita butuh Dhika saat ini juga” ujar Dewi akhirnya
“tapi bagaimana kak?” Serli bingung
“pergilah sekarang kerumah Natasya dan hentikan pernikahan mereka. Aku akan disini menunggu Thalita” ujar Dewi membuat Serli mengangguk.
“aku pergi” Serli menyambar tasnya dan berlari keluar rumah meninggalkan Dewi sendiri. Serli menyetop sebuah taxi dan segera memasukinya menuju kediaman Natasya. ‘tuhan, semoga aku tidak terlambat’ batin Serli
Taxi yang di tumpangi tiba-tiba saja berhenti di depan komplek karena sedang ada perbaikan jalan. Tetapi serli malah turun dari dalam taxi. Serli berlari menerobos perbaikan jalan dan ada galian di pinggir jalan. Serli berlari melewati lumpur itu. Bahkan sempat terjatuh berkali-kali karena licin membuat lutut dan kedua telapak tangannya kotor karena lumpur dari galian itu. Serli tidak memikirkan dirinya yang sudah kotor, bahkan beberapa mengotori pipinya karena Serli tidak sengaja mengusap wajahnya tadi. Serli terus berlari menuju kediaman Natasya yang terlihat sudah banyak mobil terparkir dan banyak sekali orang. Serli masuk ke dalam rumah dan terdengar Dhika tengah mengucapkan ijab kabul.
“saya terima nikahnya Natasya Casandra binti Pramudya Casandra dengan mas-“
“TUNGGU !!!!” teriak Serli di depan pintu menghentikan ucapan Dhika. Semua mata menatap ke arah Serli yang berdiri ngos-ngosan di depan pintu. Daniel beranjak dari duduknya dan menghampiri Serli, yang kaget dan bingung dengan kondisi Serli saat ini.
“serli ada apa? kamu kenapa?” Tanya Daniel khawatir dan bingung dengan penampilan Serli yang terlihat acak-acakan.
“tunggu,  pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan” ujar Serli masih ngos-ngosan.
“kenapa? Ada apa?” Tanya Salma sudah kesal.
“aku ingin menjelaskan sesuatu kepada kak Dhika, setelah itu terserah kakak mau melanjutkannya atau tidak. Tapi ku mohon kak, beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya” ujar Serli membuat semua orang mengernyitkan dahinya bingung. “ini soal Thalita” tambah Serli membuat Dhika spontan langsung berdiri duduknya membuat Natasya menatap ke arah Dhika.
“katakanlah” ujar Dhika dengan tenang.
“kak Angga,, mau kamu atau aku yang mengatakan semuanya” ujar Serli menatap benci ke arah Angga. Angga yang duduk di dekat Elza menatap Serli dengan tatapan bingungnya. “jangan pasang tampang seperti itu, kakak tau jelas apa yang aku maksud” ujar Serli dengan sinis.
“apa yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?” Tanya Dhika sudah kesal.
“baiklah, biar aku yang katakan. Dengar semuanya, sebenarnya antara Lita dan kak Angga itu tidak pernah terjadi hubungan apa-apa. Thalita di jebak oleh laki-laki yang mengaku sahabatmu kak Dhika” pekik Serli, dengan  emosinya yang sudah sampai ke ubun-ubun.
“di jebak apanya, Ser?” Tanya Dhika berjalan mendekati Serli. Serli mengungkapkan kebusukan Angga dihadapan semuanya.  Dhika masih berdiri terdiam dengan kedua tangan yang sudah mengepal kuat. Serli masih menceritakan semuanya ke semua yang ada disana.  Rahang Dhika semakin mengeras mendengar penjelasan Serli yang menyakitkan, giginya terdengar bergemelutuk. Matanya tajam menyala menatap ke arah Angga yang masih terdiam. Mata Dhika memancarkan kemarahan yang bahkan dari radius 10 km akan terkena ledakannya.  Aura gelap yang menyeramkan keluar dari diri Dhika. Hingga…..
Bugh bugh bugh
Dhika menerjang Angga yang terdiam disana, beberapa orang menjerit kaget melihat Dhika yang tiba-tiba menyerang Angga. Di cekalnya kedua kerah kemeja Angga.
“jawab kalau itu bohong !!!!!” bentak Dhika emosinya. Angga hanya terdiam.
“maafin gue, Dhik” ujar Angga lirih.
“a****g loe !!! bangsat loe Angga !!!” Dhika kembali menonjok wajah Angga membuat Angga terjungkal ke lantai dan kesempatan itu tidak Dhika sia-siakan, Dhika langsung menindih Angga dengan memukuli Angga bertubi-tubi. Angga hanya terdiam saja dan pasrah menerima pukulan dari Dhika.
“loe brengsek Angga, loe pernah berpikir gimana perasaan gue dan Lita? karena loe, gue jadi menghina Lita, gue nyakitin dia !!” Dhika benar-benar mengamuk. Daniel, Okta, surya dan Pram turun tangan memisahkan Angga dan Dhika. Dhika masih berontak mencoba melepaskan pegangan dari mereka semua. Sedangkan Arseno membantu Angga berdiri. Wajah Angga sudah tidak berbentuk lagi, darah segar mengalir dari sudut bibir, hidung dan pipinya. Dhika masih berontak melepaskan cengkraman dari semuanya.
“lepasin gue,,, gue akan bunuh keparat itu !!!” Amuk Dhika, matanya sudah merah menyala.
“maafin gue Dhik, tapi gue sangat mencintai Lita” ujar Angga lirih.
“cinta???  Loe merebut wanita yang paling gue cintai dan loe memfitnahnya. Loe menghancurkan harga diri dan kehormatannya. Ini yang loe bilang cinta, brengsek???!!!” Dhika berteriak penuh emosi.
“Dhika cukup !!!” bentak Surya menenangkan Dhika.
“tapi gara-gara keparat itu aku kehilangan Lita, pap !! wanita yang sangat aku cintai” ujar Dhika dengan mata yang sudah merah. Natasya masih berdiri mematung disana, hatinya sakit mendengar ucapan Serli sekaligus ungkapan Dhika. selama ini Natasya seakan dijadikan pelampiasan. Dan di bohongi,,
“tenang Dhik, ini tidak akan menyelesaikan segalanya” ujar Daniel melihat ke arah Serli yang masih berdiri disana.
“Lita sangat membutuhkan kak Dhika saat ini” isak Serli, membuat Dhika terdiam mematung. Dhika kembali dilemma, harus bagaimana.
“kamu tunggu apa lagi Dhik” ucapan Natasya membuat Dhika menatapnya. “ayo kita pergi, kita temui Lita. dia membutuhkan kamu sekarang” ucapan Natasya membuat Dhika mengernyitkan dahinya. “aku tidak mungkin merebut kebahagiaan adik aku sendiri, ayo pergi Dhika dan temui cinta sejati kamu” ucapan Natasya membuat Dhika tersenyum bahagia.
“antarkan aku ke Thalita, Ser” ujar Dhika dengan wajah yang cerah membuat Serli mengangguk senang. Dhika pergi bersama dengan Natasya, pram, anak brotherhood minus Angga dan juga orangtua Dhika.
Sesampainya di rumah tante Ratih, Serli mempersilahkan masuk dan langsung disambut oleh Dewi yang tengah duduk di ruang tamu.Dewi langsung meminta Dhika untuk menemui Dhika di dalam kamarnya. Dhika yang masih memakai pakaian pengantin berwarna putih tanpa memakai pecinya memasuki kamar Thalita yang ditutup rapat.
Dhika mematung melihat Thalita yang tengah duduk memeluk kedua kakinya dengan pandangan kosong keluar jendela. Tubuhnya sangat kecil dan kurus sekali. Air mata Dhika mengantung di pelupuk matanya melihat kondisi Thalita.  Ingin sekali rasanya Dhika menghampiri Thalita dan memeluknya. Dhika ingin meminta maaf atas semua sikapnya yang sudah keterlaluan. Dhika mengusap matanya yang terasa basah dan berjalan menghampiri Thalita. Dhika menyentuh pundak Lita membuat Lita mendongakkan kepalanya dengan mata merah dan wajah pucatnya langsung menatap manik mata coklat milik Dhika.  Ditatapnya Dhika dengan seksama hingga Thalita mengernyitkan dahinya menatap pakaian yang Dhika pakai, dan saat itu juga Dhika terpekik kaget melihat Thalita yang tiba-tiba saja mengamuk dan memukuli tubuhnya bahkan melemparinya dengan barang-barang yang ada di sekitar Thalita. Mendengar keributan itu, Natasya masuk kedalam kamar dan itu kembali membuat Lita semakin mengamuk. Apalagi Natasya masih memakai kebaya putihnya.
“pergi kalian !!!! pergi” jerit Thalita melempari barang yang ada disekitarnya ke arah Dhika dan Natasya. Dhika merasa dirinya perlu melindungi Natasya dari serangan itu dan itu membuat Thalita semakin membabi buta. Hingga akhirnya Dhika keluar dari kamar Lita dan menutup pintu kamar Lita.
“apa yang sebenarnya terjadi, Ser? Kenapa Lita jadi seperti ini?” Tanya Dhika heran dan bingung.
“Thalita mengalami stress Dhik, Lita terpukul mendengar kabar pernikahan kalian” jawab Dewi membuat Dhika mematung tak percaya. ‘ini semua karena penolakanku saat itu’ batin Dhika sangat menyesali perbuatannya.
“mommy sudah pernah bilangkan sama kamu, dengarkan kata hati kamu sendiri. Mommy yakin Lita tidak akan melakukan hal seburuk itu” sewot Elga kesal
“mom jangan mengompori Dhika” ujar Surya.
“anak itu harus nyadar pap, kalau sikap keras kepalanya itu akan membuatnya rugi” ujar Elga masih kesal. “kasian Lita kan, di usianya yang masih muda harus mengalami hal seburuk ini” tambah Elga yang menangis. Dhika hanya bisa terdiam seraya menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kamar Lita, ucapan mommynya benar, Dhika salah karena tidak mendengarkan nasihat mommy nya waktu itu. ‘Kenapa penyesalan selalu datang belakangan?!’ Pikir dhika kesal
Keesokan harinya, Dhika baru saja sampai di rumah Thalita dan terlihat ramai sekali. Dhika melihat mobil berwarna putih terparkir disana dengan tullisan  ‘layanan kejiwaan AMI Hospital’. Dhika berlari memasuki rumah dan terlihat semua keluarganya ada, terlihat Pram tengah berbicara dengan seseorang yang memakai pakaian serba putih. “ada apa ini?” Tanya Dhika terheran-heran.
“Lita akan dibawa ke rumah sakit jiwa” ujar Dewi yang sudah menangis
“apa???” pekik Dhika kaget mendengarnya, Dhika segera berjalan menghampiri Pram yang tengah berbincang dengan petugas rumah sakit. “om, apa-apaan ini? Lita tidak periu di bawa kesana” ujar Dhika.
“tidak bisa Dhika, keadaan Lita semakin parah” ujar Pram
“tetapi dengan membawa Lita kesana, itu akan membuatnya semakin drop” protes Dhika. Yang lain hanya terdiam dan duduk di ruang tamu sibuk dengan pikiran masing-masing. Dewi, Natasya, Serli, Ratu dan Irene menangis dalam diam tanpa bisa berkata apa-apa. Hanya Dhika yang terus berbicara memprotes agar Lita tidak sampai di bawa ke rumah sakit jiwa. “Lita bisa dirawat di rumah saja om” protes Dhika.
“saya sudah berkonsultasi dengan dokter ahli kejiwaan Dhika, dan dia meminta Lita di rawat disana” ujar Pram.
“tapi itu akan semakin mengguncang jiwa Lita, om !!!” ucap Dhika
“ini yang terbaik untuk Lita, Dhik” Pram menepuk bahu Dhika ringan dan berlalu pergi mengajak 3 orang perawat itu memasuki kamar Lita. Dhika berjalan keluar mengikuti dokter yang memang ikut datang dan menunggu di luar.
“dokter, Lita tidak bisa di bawa kesana. Keadaan psikolognya akan semakin parah” protes Dhika membuat dokter itu menatap Dhika yang terlihat emosi
“ini yang terbaik untuknya, kalau dibiarkan disini. Dia bisa melukai orang lain” jelas dokter
“tapi dokter-“ ucapan Dhika terhenti saat mendengar teriakan Lita.
“lepaskan,, aku tidak gila. Tolong… tolong aku,, aku tidak gila !!” teriak Lita memberontak membuat Dhika menengok ke belakang dan menatap Lita dengan sendu.
“kamu tenang saja, dia akan baik-baik saja disana” dokter menepuk bahu Dhika dan berlalu memasuki mobil rumah sakit. Mobil yang mirip ambulance itu berlalu pergi dan Dhika hanya bisa menatapnya dengan tatapan sendu. Hatinya sungguh tidak rela dan ikhlas membiarkan Lita di bawa kesana.
Flashback off
“jadi bukan Dhika yang memasukanku ke rumah sakit jiwa saat itu?” Tanya Lita kaget.
“bukan Lita, Dhikalah orang yang menolak kamu untuk dibawa kesana” ujar Daniel
“jadi aku salah paham?” gumam Lita tak menyangka kalau selama ini pemikirannya tentang Dhika salah besar.
“loe tau Lita, selama loe di rawat di RSJ. Dhika juga tidak pernah kembali pulang, dia tinggal di rumah sakit jiwa siang dan malam” ujar Serli membuat Lita menatap Serli tak percaya.
“iya Serli benar, Dhika menunggu kamu di taman dekat ruanganmu dan sesekali Dhika duduk di balik pintu ruangan kamu hanya untuk menemanimu, agar kamu tidak ketakutan dan kesepian. Dhika bahkan tidak perduli beberapa kali di ganggu orang gila yang berkeliaran di luar ruangan, dia tetap berdiri di luar ruanganmu walau kondisinya sedang tidak fit saat itu” jelas Daniel membuat Lita semakin merasa sangat berdosa ke Dhika.
Flashback on
Dhika tengah berdiri di luar pintu ruangan Lita, ini sudah 3 hari Dhika berada di RSJ tanpa beranjak atau pulang sekalipun. Dhika selalu mendengar di balik pintu isakan Thalita. Thalita yang berteriak karena ketakutan dan Thalita yang berbicara sendiri. Dhika mampu mendengar semuanya, hatinya sangat sakit mendengar ungkapan Thalita. Ingin rasanya Dhika memasuki ruangan dan memeluk Lita, memberinya kehangatan dan kenyamanan. Tetapi apa boleh buat, dokter melarangnya untuk masuk. Dhika hanya bisa mengintip dari balik jendela kecil yang berada di ruangan itu. Hingga hari ini, Dhika merasa heran karena diruangan Thalita sangat hening tak terdengar umpatan atau makian dari Thalita lagi. Karena khawatir, Dhika meminta dan memaksa perawat untuk membukakan pintu ruangan Lita. Dan akhirnya permintaan Dhikapun di turuti walau harus berdebat dulu.
Dhika memasuki ruangan Lita dan terlihat Thalita tengah duduk di pojok ruangannya dengan rambut yang berantakan. Thalita duduk sambil memeluk kedua lututnya. Pandangannya kosong kedepan membuat Dhika syok. Dhika mendekati Lita dan memeluknya. Dhika memeluk tubuh Lita dengan sangat erat dan memberikan ke hangatan ke Thalita. “aku disini sayang, kamu jangan takut lagi. Maafkan aku” bisik Dhika dan mengelus punggung Lita dengan lembut. “aku berjanji tidak akan meninggalkanmu sendirian lagi, aku akan memenuhi keinginanmu untuk selalu di sisimu, bukan hanya untuk satu bulan tetapi untuk selamanya” Tambah Dhika semakin mempererat pelukannya ke Lita. Dan Tiba-tiba tubuh Lita ambruk di pelukan Dhika membuat Dhika terpekik kaget dan melepas pelukannya. Ditatapnya Thalita yang sudah tidak sadarkan diri. Dhika yang memang sudah pernah melakukan praktek sebagai dokter segera memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Lita dan terasa denyutnya melemah membuat Dhika khawatir setengah mati.
Dhika mengangkat tubuh Lita dengan gaya bridal, Dhika beranjak keluar ruangan sambil sedikit berlari menuju rumah sakit umum AMI yang kebetulan berada bersebelahan dengan RSJ AMI. Beberapa perawat bertanya ke Dhika dan menahan Dhika karena membawa pasien begitu saja. Tetapi Dhika tidak memperdulikannya dan tetap berjalan cepat dengan menggendong Thalita yang pingsan menuju AMI hospital. “apa kalian buta !!! dia pingsan dan denyut nadinya lemah, dia butuh dokter umum bukan dokter kejiwaan !!!” bentak Dhika saat beberapa perawat menghalanginya. “MINGGIR !!!!” bentak Dhika lagi membuat beberapa perawat takut melihat mata Dhika yang menyala tajam dan seram seperti elang. Merekapun membiarkan Dhika membawa Thalita pergi, karena takut amukan Dhika. Apalagi mereka tau siapa Dhika dan mereka masih sangat sayang pada pekerjaan mereka. Dhika berjalan lebih cepat menuju AMI Hospital, hatinya sungguh khawatir melihat Thalita yang pingsan di gendongannya.
“tolong…….. tolong panggilkan dokter” teriak Dhika saat sampai di lobby AMI hospital. “bertahanlah sayang, aku akan membawamu ke dokter” gumam Dhika dengan sangat khawatir menatap Thalita yang terlihat sangat pucat. Beberapa perawat menghampiri Dhika sambil mendorong brangkar. Thalita di baringkan di atas brangkar dan Dhika ikut mendorong brangkar menuju UGD. “ku mohon Lita buka lah matamu” gumam Dhika yang berada tepat di sisi kanan kepala Thalita.
“ku mohon bertahanlah, jangan membuatku takut Lita” tambah Dhika membelai kepala Lita dengan sayang. Lita di bawa masuk ke UGD dan Dhika menunggunya diluar ruangan. Tak lama seorang dokter datang dan masuk ke ruang UGD. Dhika terus mondar mandir sambil melirik pintu UGD yang tak kunjung di buka. Hatinya tak karuan, rasa khawatir dan takut memenuhinya. Tak lama Serli datang bersama Ratu dan menanyakan perihal Thalita.
“dokter masih memeriksanya” jawab Dhika mengusap wajahnya dengan gusar sambil terus melirik pintu UGD yang tak kunjung di buka. Cukup lama mereka menunggu, hingga anak brotherhood minus Angga datang kesana.
“apa yang terjadi dengan Lita, Dhik?” Tanya Dewi khawatir.
“gue tidak tau, Lita tiba-tiba saja pingsan” jawab Dhika seraya menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu UGD. Semuanya terdiam menunggu dokter. Tak lama pintu terbuka dan dokterpun  keluar dari sana membuat semuanya beranjak mendekati dokter.
“bagaimana keadaannya?” Tanya Dhika.
“keadaannya sangat kritis, penyakitnya semakin parah” jelas dokter.
“penyakit? Penyakit apa?” Tanya Dhika sangat pensaran dan khawatir.
“kalian siapanya pasien?” Tanya dokter
“aku tunangannya. Katakan apa yang terjadi dengannya?!” bentak Dhika.
“Dhik tenang Dhik” seno menenangkan Dhika.
“saya harus berbicara ke orangtua pasien” ujar dokter  “kalau sudah ada orangtua pasien, tolong suruh datang ke ruangan saya” ujar dokter berlalu pergi. Dhika menengok ke arah Serli yang tertunduk menangis. Dhika menghampiri Serli dan mencengkram kedua pundak Serli dengan sangat erat.
“katakan Serli, apa yang terjadi dengan Lita?!” bentak Dhika membuat Serli menatap Dhika dengan meringis. “KATAKAN !!!!!” bentak Dhika membuat Serli semakin ketakutan. Daniel langsung menghampiri dan menengahi, Daniel melepas cengkraman Dhika di bahu Serli dan berdiri di antara mereka untuk melindungi Serli.
“jangan kasar ke wanita” ujar Daniel membuat Dhika mendengus kesal menatap Daniel dan kembali menatap Serli yang tertunduk di belakang Daniel.
“katakan Serli, apa yang terjadi dengan Lita? penyakit apa yang dia derita?” Tanya Dhika sudah merendahkan suaranya. Akhir-akhir ini emosi Dhika pasang surut, sungguh emosinya menjadi meledak-ledak. Apalagi melihat kondisi Lita yang seperti ini. “cepat katakan Serlli !!” Dhika kembali membentak membuat Serli tersentak kaget dan ketakutan di belakang Daniel. Daniel berbalik menghadap Serli dan membelai kepala Serli dengan sayang.
“katakan semuanya ser” ujar Daniel membuat Serli menatap Daniel dengan air mata yang sudah luruh  membasahi pipinya. Daniel dengan lembut menghapus air mata Serli dengan kedua tangannya. “katakanlah, semuanya pasti akan baik-baik saja” ujar Daniel
“lita,, lita,,,” gumam Serli ditengah isakannya membuat Dhika tak sabar mendengarkannya. “lita mengidap penyakit gagal ginjal”
Deg
Dhika bagai tersambar petir di siang bolong mendengarnya. Dhika menatap Serli dengan tatapan tak percayanya. Bukan hanya Dhika yang syok tetapi juga semua anak brotherhood yang kaget setengah mati mendengarnya. Mereka tidak menyangka Thalita tengah sakit selama ini. ‘Tidak mungkin, tidak mungkin dia sakit parah !!’ batin Dhika berteriak
Dhika kembali menarik lengan Serli dan mencengkram kuat kedua bahu Serli membuat Serli meringis. “jangan bohong Serli, Lita tidak mungkin mengidap penyakit seperti itu !!!” bentak Dhika. Daniel kembali merangkul Serli dan melepas cengkraman tangan Dhika di bahu Serli.
“santai Dhik” bentak Daniel dengan kesal
“yang aku katakan benar kak, Thalita sudah lama mengidap penyakit itu” cicit Serli membuat Dhika mematung tak percaya. Serli menceritakan semuanya tentang penyakit Thalita dan alasan Lita menjauhi Dhika juga. Dhika sangat tercengang mendengar penuturan Serli, jadi selama ini Lita kesakitan dan menanggung beban seberat ini sendiri tanpa mengatakannya ke Dhika. Alasan Thalita bekerja di club malam dan alasan Thalita sering muntah dan lemas. Jadi ini alasannya, bukan karena Thalita hamil?
Dhika sungguh sangat terpukul, apalagi selama ini Dhika sudah suudzon ke Thalita dan bahkan menghina Thalita habis-habisan. Dhika terduduk di bangku dengan pandangan yang masih syok. Bukan hanya Dhika, semua anak brotherhood juga tercengang mendengarnya. Selama ini mereka sudah menghina dan memfitnah Lita habis-habisan. ‘kenapa kamu tidak mengatakannya padaku lita, kenapa kamu memilih menanggungnya sendiri? kenapa kamu tidak begitu mempercayaiku sampai kamu menyembunyikan ini semua dan malah membuat semuanya menjadi salah paham. Kenapa kamu begitu egois Lita?’ batin Dhika. Dhika mengusap wajahnya dengan gusar, pikirannya sungguh tidak karuan. Dhika takut sekali sesuatu yang buruk terjadi pada Thalita, Dhika tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau terjadi sesuatu kepada Litanya.
***
Dhika mendapat kabar kalau keadaan Thalita semakin memburuk, dokterpun belum mendapatkan donor ginjal yang tepat. Dengan keyakinan sepenuh hati, Dhika memeriksakan ginjalnya dan ternyata cocok dengan Thalita. Dhika sangat bersyukur untuk itu, Dhika menunggu dokter keluar dari UGD. Dhika bersama anak brotherhood, Natasya dan Pram menunggu dokter keluar ruangan. Hingga dokterpun keluar
“bagaimana anak saya?” Tanya Pram
“keadaannya semakin memburuk, dia harus segera melakukan operasi pencangkokan ginjalnya segera” jelas dokter
“lalu tunggu apa lagi? Lakukan operasinya sekarang juga” ujar Dhika
“Dhika, kondisi tubuh kamu tidak sedang baik-baik saja. Akan sangat berbahaya padamu kalau melakukan operasi saat tubuhmu tidak stabil” jelas dokter. Selalu itu yang dokter katakan hanya karena Dhika dalam kondisi kurang sehat karena kurang beristirahat.
“aku bilang aku tidak perduli, yang penting Lita selamat” ujar Dhika penuh penekanan.
“tapi kami tidak bisa melakukan operasi pa-“ ucapan dokter terhenti karena Dhika mencengkram kerah jas dokternya.
“aku bilang aku tidak perduli !!! lakukan operasinya sekarang juga” bentak Dhika mengeluarkan aura menyeramkannya membuat dokter itu tak berkutik.
“tenang Dhik” Okta mencoba melepaskan cengkraman Dhika di kerah jas dokter tetapi Dhika mendorong Okta membuatnya terjengkang ke kursi tunggu
“anda tau siapa saya kan dokter, kalau anda masih ingin menjadi seorang dokter disini lakukan operasinya sekarang juga !!! sekarang juga !!!” bentak Dhika membuat dokter itu berkeringat dingin dengan ancaman Dhika. Semua dokter di AMI hospital sudah mengetahui Dhika adalah pewaris tunggal keluarga Adinata pemilik rumah sakit ini.
“LAKUKAN SEKARANG !!!” bentak Dhika.
“ba-baiklah” ujarnya gugup membuat Dhika melepas cengkramannya dan dokterpun langsung berlalu pergi. Dhika menjadi seorang yang arrogant saat ini, bukan kepribadian  Dhika sekali. Tetapi kalau sudah bersangkutan dengan thalita, dhika tidak bisa tenang dan mengatur emosinya.
“harusnya loe jangan bersikap arrogant” ujar Elza
“diamlah !!!” bentak Dhika membuat semuanya tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya sedikitpun.
Setelah menunggu 30 menit, akhirnya operasi dilaksanakan. Saat ini Dhika tengah berbaring di samping Thalita yang terlelap dengan selang pernafasan di hidungnya. Dhika tersenyum menatap ke arah Thalita. “aku berharap salah satu organ tubuhku ini akan bermanfaat buatmu, aku ingin melihatmu bahagia dan sehat kembali” gumam Dhika. “ku mohon bertahanlah, dan kembalilah padaku. Sayang” tambah Dhika tersenyum sebelum akhirnya Dhikapun menutup matanya.
2 jam sudah dilakukan operasi pencangkokan ginjal Dhika ke Thalita. Kini Thalita sudah di pindahkan ke ruang ICU begitu juga dengan Dhika. Dhika mengerjapkan matanya berkali-kali. Aroma menyengat khas rumah sakit memenuhi indra penciuman Dhika. Perlahan Dhika membuka matanya dan menatap langit-langit ruangan rumah sakit. Pandangannya mulai menyisir kesemua ruangan, di sofa yang ada diruangan itu. Terlihat Daniel, Okta dan Seno tengah tertidur dengan posisi duduk. Dhika berusaha bangun walau perutnya terasa sangat sakit. Dhika hendak melepas infusan di tangannya tetapi ditahan oleh Okta. “mau ngapain loe?” Tanya Okta yang ntah sejak kapan sudah di sisi brangkar Dhika.
“gue mau liat Thalita” ujar Dhika datar.
“ck, loe belum pulih Dhika. loe gak bisa kemana-mana” ujar Okta
“biarin gue pergi, gator” ujar Dhika membuat Okta kesal. Akhirnya setelah berdebat panjang, Okta menuruti keinginan Dhika dan membawanya menuju ruang ICU. Dhika memasuki ruang ICU dengan menggunakan baju steril dari rumah sakit. Dhika masih duduk diatas kursi roda karena tubuhnya yang masih terasa lemah. Dhika memegang tangan Thalita dan menciumnya.
“pagi sayang, bagaimana kabar kamu hari ini? Apa perutmu masih sakit? Aku berharap sakitnya sudah hilang” ujar Dhika membelai kepala Lita. “cepatlah bangun, aku ingin sekali melihat mata indahmu. Aku ingin menceritakan banyak hal padamu, dan pastinya aku ingin meminta maaf dan mengatakan kalau aku sangat mencintaimu. Buka lah matamu, Lita” ujar Dhika menatap Thallita yang tidak meresponnya sama sekali. “ku mohon jangan seperti ini, aku rela melakukan apapun asal kamu bisa membuka mata. Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi. Aku janji akan selalu di sampingmu dan percaya padamu, ku mohon bukalah matamu Lita sayang” ujar Dhika mencium tangan Lita.
Sudah satu minggu berlalu, Dhika sudah tidak dirawat lagi di rumah sakit dan Thalita masih belum sadarkan diri.  Setiap hari Dhika tidak pernah beranjak meninggalkan Thalita sendiri. Dhika bahkan sudah jarang sekali ke kampus. Kesehariannya dia habiskan untuk menemani Lita di rumah sakit. Walau belum ada kemajuan dalam kondisi Lita, tetapi Dhika tidak menyerah dan terus mengajak Thalita untuk berbicara. Beberapa teman brotherhood sudah sering membujuk Dhika untuk pulang dan beristirahat bahkan Pram dan Natasyapun menyuruhnya untuk beristirahat. Tetapi Dhika tidak mau, Dhika tidak ingin meninggalkan Lita sedetikpun. 
Hingga hari ini, Dhika terpaksa harus pergi ke kampus karena ada tugas yang penting yang tidak bisa dia wakilkan mengumpulkannya. Dhika sudah menghubungi Serli untuk datang ke rumah sakit. Tak lama Serli datang memasuki ruangan Lita dengan memakai kemeja berwarna biru tosca dan celana jeans hitamnya di padu dengan sepatu kets birunya. Tas selendang menggantung di tubuh Serli. “aku hanya pergi sebentar untuk mengumpulkan tugas” ujar Dhika saat Serli datang.
“iya kak, kakak tenang saja. Aku sudah selesai kuliah kok, jadi aku bisa seharian menemani Lita disini” ujar Serli duduk di sofa sedangkan Dhika masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya.
“kalau ada apa-apa langsung hubungi aku yah ser” ujar Dhika
“iya kak” jawab Serli
“oh iya Daniel tidak bersamamu?” Tanya Dhika
“tidak kak, kita kan sudah putus. Jadi buat apa masih bersama” ujar Serli santai membuat Dhika mengangguk paham.
“baiklah ser, aku pergi yah. Inget kalau ada apa-apa langsung menghubungiku” ujar Dhika membuat Serli mengangguk. Dhika sebenarnya merasa berat hati meninggalkan Lita, ntah kenapa dirinya merasakan firasat buruk. “ada apa kak?” Tanya Serli heran karena melihat Dhika masih mematung di tempatnya.
“tidak apa-apa, aku pergi” Dhikapun berlalu pergi meninggalkan ruangan Lita dan tinggal Serli sendiri. Serli berjalan mendekati brangkar dan duduk di kursi yang tadi dhika tempati. Suasana disana sangat hening dan hanya suara mesin pendeteksi detak jantung yang berisik disana. Serli keluar ruangan menuju cafetaria untuk membeli makanan yang berada di lantai dasar. Serli memesan nasi rames disana untuk dia makan. Saat masih menunggu pesanannya, tiba-tiba saja suara nyaring dan bising menggema di rumah sakit itu. Beberapa orang diluar cafetaria terlihat berlarian resah. ‘ada apa yah’ batin Serli dan menatap sekeliling yang terlihat orang-orang berlarian keluar.
“kebakaran,, kebakaran,,,,”
Teriakan beberapa orang membuat Serli terpekik kaget dan tanpa pikir panjang berlari menuju lobby dan terlihat orang berhamburan keluar rumah sakit. “thalita” gumam Serli dan berlari menuju lift. Berkali-kali Serli menekan lift tetapi tidak terbuka. karena resah, Serli berlari menuju tangga darurat. Dan berlari menaiki tangga menuju ruangan Lita yang berada di lantai 8. “semoga Lita baik-baik saja” gumam serli terus berlari. Serli bertabrakan berkali-kali dengan orang-orang yang berlarian menuruni tangga sambil berteriak. Hanya Serli yang arahnya menaiki tangga membuatnya berkali-kali ditabrak orang hingga terjatuh. Hingga tak terasa Serli sudah sampai di lantai 6 dan sudah sepi tidak ada orang disana. Serli melihat asap mengepul keluar dari pintu di lantai 7. “lita,, gue harap loe baik-baik saja” gumam Serli kembali berlari. Hingga sampai di lantai 7, Serli tidak memperdulikan kakinya yang terasa pegal dan badannya yang penuh keringat. Disana sudah ada api berkobar membuat Serli menghentikan langkahnya. Tinggal satu lantai lagi menuju ruangan Lita dan Serli kebingungan bagaimana melewati api itu. Api berkobar besar bersamaan dengan beberapa benda jatuh ke sekitar Serli membuat Serli mundur dan terjatuh dari tangga.
“awwww” Serli meringis karena terjatuh melewati  lima anak tangga. Serli kembali berdiri dan hpnya terus berdering. Hingga seseorang keluar dari pintu darurat lantai 6 dan melihat ke arah Serli.
“kamu sedang apa? ayo keluar” laki-laki itu menarik tangan Serli dan membawanya ke bawah.
“lepasin,, aku harus menolong sahabatku” teriak Serli mencoba melepaskan genggaman laki-laki itu.
“diatas sudah dilahap api, kamu tidak bisa naik. Bahaya” ujar laki-laki itu tetapi Serli tidak perduli dan terus berontak. Karena kesal, lelaki itu langsung memangku serli ke atas pundaknya.
“turunin gue begooooo,,,, gue harus selametin temen gue” teriak Serli memukul punggung lelaki itu tetapi lelaki itu tidak meresponnya dan terus berlari menuruni tangga hingga mereka sampai diluar rumah sakit. Lelaki itu menurunkan Serli disana, Serli sudah kelelahan karena sepanjang perjalanan terus berontak.
bugh
satu tonjokan mendarat di wajah lelaki itu. Lelaki itu menatap geram ke arah Serli karena menonjoknya. “gue bilang gue tidak butuh pertolongan loe!!! gue harus nyelametin sahabat gue, idiot !!!” bentak Serli kesal setengah mati.
“dasar cewek sinting !!! ditolongin bukannya terima kasih” bentak lelaki itu seraya memegang hidungnya yang berdarah. Setelah mengucapkan itu, lelaki itu langsung pergi meninggalkan Serli sendiri.
“serli,,, lita mana?” Serli berbalik dan mendapati Dhika disana.
“kak tolong, Lita masih di dalam” ucap Serli yang sudah menangis resah. Tanpa menjawab Serli, Dhika langsung berlari  memasuki rumah sakit.
“Serli” Serli menengok dan mendapati Daniel disana.
“Daniel,,Lita.. Lita masih di dalam” isak Serli
“lalu Dhika? dimana dia?” Tanya Daniel
“kak Dhika barusan masuk ke dalam” ujar Serli
“kamu tunggu disini dan jangan kemana-mana” ucap Daniel membuat Serli mengangguk. Daniel berlari memasuki rumah sakit.
Dhika berlari menyusuri tangga darurat walau sudah terbakar sebagian, Dhika tetap melewati api-api itu. “ku mohon Lita sadarlah dan selamatkan dirimu” gumam Dhika terus berlari. Bayangan-bayangan negative memenuhi pikiran Dhika membuatnya kalut dan terus berlari menaiki tangga yang sudah terbakar walau sesekali dirinya terjatuh tetapi Dhika tidak memperdulikannya. Hingga sampai di lantai 5, api di hadapan Dhika berkobar sangat besar membuat Dhika kebingungan untuk melewatinya. Dhika mencoba menerobos di bagian yang apinya tidak terlalu berkobar tetapi tangannya berhasil terluka.
“Aaarrggghhhh !!!” Dhika meringis saat tangannya terluka cukup parah. Dhika melepas jaketnya yang tangannya sudah terbakar sebagian.
“Dhika !!!” panggilan seseorang menghentikan aksi Dhika yang ingin menerobos api di hadapannya itu.
“Daniel” Dhika menengok dan mendapati Daniel disana. “Daniel bantu gue melewati api ini” ujar Dhika.
“mustahil Dhika, loe lihat apinya berkobar besar. Loe akan terbakar kalau memaksakan diri untuk melewatinya” ujar Daniel sudah terbatuk-batuk karena api dan asap yang besar
“tapi Lita masih disana, gue gak bisa diam saja !!” bentak Dhika dengan masih berusaha mencari celah untuk menerobos api.
“aarrghhhh !!!” Dhika meringis saat tangannya kembali terbakar. Daniel langsung menarik Dhika untuk mundur.
“jangan gila Dhika, ini tidak akan berhasil. Loe akan terbakar sebelum sampai di ruangan Lita” ujar Daniel tetapi Dhika masih tetap ngotot dan mendorong tubuh Daniel untuk menjauh. Dhika hendak menerobos api itu dengan keyakinan penuh.
Bugh
Dhika tersungkur jatuh saat Daniel memukul tepat di tengkuknya membuat Dhika tak sadarkan diri. “sorry, gue harus lakuin ini buat menghentikan loe” ujar Daniel memapah Dhika dan membawanya turun. Serli menunggu dengan resah diluar rumah sakit, hingga tak lama muncullah Daniel yang tengah memapah Dhika yang sudah tak sadarkan diri. Beberapa perawat membawa tandu menghampiri Daniel dan membaringkan Dhika disana. Serli berlari menghampiri Daniel. “kak Dhika kenapa? Dan dimana Lita?” Tanya Serli membuat Daniel bingung harus menjawab apa.
“kami tidak bisa mencapai ruangan Lita, api sudah berkobar besar disana” ujar Daniel pasrah membuat Serli menutup mulutnya tak percaya.
“lalu bagaimana Lita? bagaimana Lita, Daniel,, hikz” Serli memukuli dada Daniel sambil menangis. Daniel hanya diam mematung dan melihat Dhika yang sudah dibawa memasuki ambulance. Daniel memegang kedua tangan Serli untuk menghentikannya memukul dada Daniel. “bagaimana dengan Lita, hah? Dia diatas sana dalam keadaan koma” jerit Serli menangis histeris Daniel menengok dan menatap ke lantai 8 yang sudah terlahap kobaran api.
“pak, masih ada pasien di ruang ICU” ujar Daniel ke salah seorang petugas pemadam kebakaran.
“maaf pak, tetapi semua yang disana tidak akan selamat. Api pertama kali berkobar dari sana” jelas seorang pemadam kebakaran itu.
Duarrrrr
Ledakan besar terjadi di lantai 8, yang merupakan ruangan Thalita. Api berkobar keluar memecahkan jendela.
“LITAAAAAAAAA !!!!!” teriak Serli hendak berlari memasuki rumah sakit tetapi Daniel menahannya sekuat tenaga. Serli terus berontak di pelukan Daniel. “litaaaaaaaaa…..” isak Serli sejadi-jadinya.
“tenang ser, tenang” ucap Daniel masih menahan tubuh Serli yang terus berontak, bahkan Daniel sampai mengangkat tubuh Serli. Daniel tidak berniat untuk membiarkan Lita terbakar disana. Daniel ingin menyelamatkan Lita demi Serli dan Dhika tetapi keadaannya tidak memungkinkan. Kobaran api yang sangat besar itu tidak mungkin bisa dilewati. Sebelum mencapai Lita, Daniel atau Dhika akan terbakar di tangga darurat.
“Litaaa,,, jangan tinggalin gue…hikzzzz” Serli sudah lelah berontak dan sekarang menangis histeris dipelukan Daniel.
“maafkan aku, maafkan aku tidak bisa menyelamatkannya” gumam Daniel mencium puncak kepala Serli yang menangis meraung-raung.
Dhika mengerjapkan matanya berkali-kali. Kepalanya terasa sangat berat sekali. Dhika mengingat kalau dirinya tengah memasuki rumah sakit untuk menolong Thalita.
Thalita…?!
Dhika langsung membuka matanya dengan sempurna saat mengingat kejadian sebelumnya. Dhika menatap sekeliling dan tau kalau dirinya tengah berada di ruang rumah sakit. Dhika meringis saat menggerakkan tangan kirinya. Dilihatnya tangannya terluka cukup parah. Dhika bangun dari tidurnya dan melepas infusan di tangannya. Bersamaan dengan itu Daniel dan Serli masuk kedalam ruangan dengan Serli yang terlihat sendu. “Dhika, loe sudah sadar” ujar Daniel mendekati Dhika yang sudah menuruni brangkar.
“dimana Lita? kenapa gue ada disini?” Tanya Dhika memborong
“Lita” Daniel terdiam dan bingung harus menjawab apa.
“Thalita tidak bisa diselamatkan” cicit Serli dengan tangisannya.
“APA???!!!” bagai disambar petir disiang bolong, Dhika melotot sempurna mendengar penuturan Serli.
“kenapa gue bisa ada disini” Tanya Dhika dan kembali mengingat apa yang terjadi sambil memijit kepalanya. Bayangan kejadian sebelumnya kembali terbayang di benak Dhika.
“sialan loe Daniel !!!!!”
Bugh bugh
Dhika langsung meninju wajah Daniel sampai Daniel tersungkur dilantai. “kenapa loe lakuin ini?” Dhika mengamuk dan memukul Daniel bertubi-tubi.
“gue ngelakuin ini buat nyelametin loe !!” bentak Daniel membalas memukul Dhika hingga Dhika terdorong menabrak brangkar di belakangnya.
“gue gak butuh pertolongan loe !!! Lita yang butuh pertolongan bukan gue, brengsek !!!” bentak Dhika.
“loe bisa hangus kalau tetap menerobos api itu !!!” bentak Daniel yang juga emosi.
“gue gak perduli !!!!” bentak Dhika. Keduanya berkelahi dengan emosi yang memuncak. Serli kelabakan memisahkan mereka berdua.
“cukup !!!!” jerit Serli akhirnya sambil menangis. Dhika dan Daniel berhenti berkelahi dan saling memancarkan tatapan tajam. Wajah keduanya sudah terlihat lebam-lebam dan berdarah. Daniel berdarah di hidung dan sudut bibirnya, pipi sebelah kirinya terlihat lebam. Sedangkan Dhika hanya lebam dan sobek di ujung bibir sebelah kirinya. Dhika beranjak pergi keluar ruangan dan berlari menuju AMI Hospital. Serli membantu mengobati luka Daniel sambil menangis.
Sesampainya di tempat kejadian, terlihat sudah sepi. Api disanapun sudah padam, garis kuning dari polisi mengelillingi rumah sakit yang masih kokoh berdiri walau sudah terlihat hangus terbakar. Dhika beranjak memasuki rumah sakit, seorang polisi datang menahan Dhika dan melarang Dhika masuk. Tetapi Dhika ngotot dan memaksa masuk hingga akhirnya polisipun membiarkan Dhika masuk kedalam. Dhika berlari menyusuri tangga darurat hingga sampai di lantai 8, Dhika berlari menuju ruangan Lita. keadaan di lantai ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Hampir semuanya hangus terbakar dan masih ada asap bekas kebakaran. Dhika semakin khawatir dan berlari menuju ruangan Lita hingga sampai di sana. Terlihat brangkarnya hancur dan berserakan dimana-mana seperti telah terjadi ledakan. Tubuh Dhika merosot ke lantai menatap ruangan Lita.
“lita…” gumam Dhika, matanya merah menahan air mata yang sudah menggantung.  “tidak mungkin,,, TIDAK MUNGKIN !!!!!!” teriak Dhika mengusap wajahnya dan menangis dalam diam.  Dhika kembali berdiri dan berjalan mendekati brangkar yang hancur. Ditatapnya setiap sesuatu yang gosong dan terbakar. Dhika berharap tidak menemukan jasad Lita disini.
“kamu tidak bisa meninggalkanku, Lita. Kamu tidak bisa pergi dariku” gumam Dhika, air matanya sudah luruh membasahi pipi sambil menyingkirkan setiap barang-barang yang terlihat menumpuk.  “kumohon jangan lakukan ini tuhan,, jangan ambil dia dariku” gumam Dhika beranjak keluar ruangan Lita dan mencari tanda-tanda Thalita. Dhika berhenti berjalan saat melihat sesuatu yang bersinar disudut lantai. Dhika berjalan mendekati benda itu dan duduk rengkuh mengambil benda yang bersinar itu. Ternyata sebuah gelang berlian yang cantik dengan sudut gantungannya berbentuk bulan sabit dan bintang.
“ini punya Lita” gumam Dhika dan pandangannya menatap kesebuah ventilasi yang terbuka tutupnya. Dhika menatap ventilasi dan gelang milik Lita bergantian. Dhika terkekeh ditengah tangisnya. “aku tau kamu tidak akan pernah meninggalkanku seperti ini, Lita” gumam Dhika dengan senang. Karena penasaran, Dhika memasuki ventilasi itu dengan posisi tiarap hingga dirinya terjun ke bawah dan berguling di tanah tepat di  belakang rumah sakit. Dhika menatap sekelilingnya dan tersenyum senang.
“aku tau kamu baik-baik saja” gumam Dhika dan beranjak menyusuri tempat disana mencari Thalita tetapi hasilnya nihil tidak ada jejak Thalita sama sekali. Dhika beranjak pergi menuju rumah tante Ratih berharap Lita ada disana. Dan sesampainya disana hanya kosong tidak ada siapa-siapa. Dhika memasuki kamar Thalita dan mencari Thalita disetiap sudut ruangan tetapi tidak menemukannya.  “kamu dimana sih, Lita” gumam Dhika mengusap wajahnya dan terduduk di sisi ranjang milik Thalita. Pandangan Dhika terpaku pada handycam yang berada di laci nakas dekat ranjang. Diambilnya handycam itu.
“ini milik Lita” gumam Dhika dan menyalakan handycam itu. Beberapa video yang diambil Thalita ada disana, saat Lita bersama Dhika dan sahabat-sahabatnya. Hingga Dhika menemukan file dengan tanggal beberapa hari yang lalu. Dhika menekan file itu dan muncullah wajah Thalita yang terlihat sangat pucat tengah tersenyum menatap layar.
“hai semua,, siapapun yang menonton ini. Mungkin aku sudah tidak ada saat kalian menonton video ini” Thalita tersenyum tetapi setetes air matanya mengalir membasahi pipi. “aku tau kalian sudah sangat membenciku, bahkan muak denganku. Aku sadar diri kok” ujar Thalita menghirup udara sebanyak-banyaknya. “aku tidak tau harus berkata apa dan dari mana, tetapi satu hal yang ingin aku sampaikan pada kalian. Aku sangat menyanyangi kalian semua” ujar Lita bergetar sambil menangis.  “Dan tolong sampaikan pesanku untuk Dhika kalau aku sangat mencintainya, sangat !!!” thalita menangis menundukkan kepalanya. Dhika ikut menangis melihat video itu. “Ingin sekali rasanya aku mendatangi Dhika dan mengatakan kalau aku di fitnah. Aku tidak pernah berselingkuh dengan kak Angga. Aku tidak pernah mengkhianatimu,  Dhika. Aku sangat mencintaimu dan aku tidak mungkin mengkhianati cintanya” isak Thalita.
“maafkan aku karena aku tidak mempercayaimu” gumam Dhika.
“aku begitu mencintainya sampai sekarangpun aku tidak bisa merelakan Dhika dengan kak Natasya. Walau sudah berkali-kali Dhika menolakku, tapi perasaanku tak pernah berubah sedikitpun. Aku tetap mengharapkan dan mencintainya. Aku akan selalu menyimpan perasaan ini di dalam hatiku.Tolong beritahu aku, apa aku berhak egois dan merebut Dhika lagi dari kakakku? Apa aku berhak egois saat ini? Aku kesepian….hikzzz !!! aku takut,,, aku takut dengan semua ini, aku takut dengan penyakit ini, aku takut menghadapi hidup ini… tolong aku, tolong sampaikan ke Dhika kalau aku membutuhkannya sekarang, aku ingin memeluknya saat ini juga…hikzzzzz.” isak Thalita membuat hati Dhika semakin teriris, penyesalan dan rasa bersalah menyeruak di hati Dhika.
“tolong aku, Dhika… aku takut !!! aku takut….hikzzzzzz” Thalita semakin terisak sambil memeluk kedua lututnya sambil menyembunyikan wajahnya di sela-sela lututnya.
Video berdurasi 3 menit itu selesai dan padam. Dhika menangis memeluk handycam itu. “aku juga sangat mencintaimu, Lita. maafkan aku,, maafkan kebodohanku” gumam Dhika menangis dalam diam.
Flashback off
“sejak kejadian itu, Dhika mengasingkan dirinya dan sibuk mencarimu sendirian Lita. Bahkan dia tidak pernah mau mengangkat telpon dari anak-anak brotherhood terutama aku dan Angga. Dia memusuhi kami” jelas Daniel.
 Thalita menatap kosong ke arah Daniel dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi. Lita sungguh tidak menyangka dengan apa yang terjadi. “kak Dhika menghukum dirinya sendiri, karena dia pikir semua ini karena kebodohannya. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain selama 10 tahun ini. Dia hanya menunggu dan menunggu loe, Lita. kami semua menganggap loe sudah meninggal karena loe begitu saja menghilang bak di telan bumi. Hanya kak Dhika yang yakin loe masih hidup dan akan kembali” ujar Serli
Tangan Thalita terulur menyentuh perut disisi kanannya. Air matanya terus luruh membasahi pipi. ‘ginjal ini milik dhika’ batin Thalita.
Daniel dan serli terdiam menatap Thalita yang masih syok. Serli dan daniel paham dengan apa yang Thalita alami. “kenapa Dhika melakukan itu” gumam Lita.
“Dhika sangat mencintai kamu, Lita. Dia rela melakukan apapun buat kamu, dia bahkan rela mengorbankan nyawanya sendiri untuk keselamatan kamu” ujar Daniel
Aku rela mati untukmu, sayang.
Ucapan Dhika yang saat itu Thalita anggap hanya candaan, ternyata benar buktinya. Dhika mengorbarkan dirinya hanya untuk keselamatan Thalita. Dan Thalita malah semakin menambah luka di hati Dhika.
“loe salah menilai kak Dhika, gue juga awalnya marah dan kesal ke kak Dhika tapi setelah Daniel menceritakan semuanya, gue merasa iba padanya. Kak Dhika tidak bersalah, dia hanya dibohongi dan di tipu sahabatnya sendiri. loe salah menilai kak Dhika” ujar Serli membuat Lita mengusap wajahnya frustasi. “kemana loe selama ini, Lita? kenapa loe baru kembali setelah 10 tahun lamanya” Tanya Serli memegang tangan Lita.
“gue,,” Thalita terdiam sesaat, karena bingung harus menjawab apa.
Serli dan Daniel saling tatap melihat ekspresi Lita. “gue di tolong oleh seseorang, gue bahkan di bantu untuk masuk ke salah universitas di Austria. Ibunya Vino yang telah menolongku. Tetapi 2 tahun yang lalu dia sudah meninggal dan memintaku untuk menikahi suaminya” Jelas Lita menerawang ke arah lain.
“dan loe menikah dengan suaminya itu?” Tanya Serli dan Lita menggelengkan kepalanya.
“kami sepakat untuk mengurus Vino bersama-sama, tetapi masalah pernikahan kami akan menundanya terlebih dahulu. Aku setuju saja dengan apa yang mas Farel katakan karena aku juga masih memikirkan Dhika walau harapan itu hampa” jelas Lita.
“kalau begitu, kenapa kamu kemarin mengatakan itu ke Dhika?” Tanya Daniel masih tidak paham.
“karena setengah tahun yang lalu, mas Farel mengatakan akan menikahiku. Karena lambat laun Vino akan menyadari kalau aku dan mas Farel bukan sepasang suami istri. Vino hanya mengetahui akulah ibunya dan dia sering bertanya kenapa aku dan mas Farel terlihat cuek dan tidak tidur bersama seperti pasangan ibu dan ayah lainnya. Karena hal itu, mas Farel mengajakku menikah demi Vino dan kami akan berusaha sama-sama membuka hati kami masing-masing” ujar Lita.
“dan loe bisa membuka hati loe buat dia?” Tanya Serli
“loe tau jawabannya, Ser. Gue merasa bodoh karena perasaan cinta gue ke Dhika tidak pernah hilang. Tetapi di sisi lain, rasa sakit itu masih ada, kebencianku pada Dhika sama besarnya dengan  rasa cintaku padanya” ujar Lita terkekeh ditengah tangisnya. ‘maaf gue membohongi loe apa yang sebenarnya terjadi pada gue 10 tahun ini’ batin Thalita
“kalau begitu kenapa kamu kembali, Lita? apa alasan kamu kembali kesini dan menemui Dhika, sedangkan kamu akan menikah dengan laki-laki lain” Tanya Daniel.
“aku tida tau kak, aku terus menunda pernikahan ini sebelum aku kembali ke Indonesia. Aku tidak tau apa yang aku inginkan, aku merasa sangat bahagia bisa bertemu Dhika lagi walau disisi lain rasa sakit itu ikut muncul” ujar Lita menghela nafasnya. “tapi sekarang aku sadar, aku tidak bisa memberikan harapan palsu lagi ke Dhika yang hanya akan menimbulkan rasa sakit yang teramat” tambah Lita.
“tapi loe masih punya kesempatan buat kembali lagi dengan kak Dhika” ujar Serli.
“tidak ser, bulan depan gue akan melangsungkan pernikahan. Dan gue tidak bisa membuat Vino atau mas Farel kecewa. Mereka sudah sangat banyak membantu gue selama ini” ujar Lita. “mungkin gue dan Dhika tidak di takdirkan untuk bersama” ujar Thalita lirih. Jauh dilubuk hatinya tidak menyetujui kesimpulannya itu. Daniel dan Serli saling pandang dengan tatapan iba dan bingung.
“bundaaaaa” Vino datang menghampiri Thalita bersama Verrel. Dengan segera Lita menghapus air matanya.
“hai sayang, sudah selesai mainnya?” Tanya Lita membelai wajah blasteran Vino.
“sudah bunda, Vino laper” ujar Vino.
“Verrel juga laper, ndha” Verrel sudah duduk dipangkuan Daniel.
“kita makan yah,” ujar Lita membelai kepala Vino. “Ser, kayaknya gue harus pergi sekarang” ujar Lita memaksakan tersenyum
“kita harus ketemu lagi, Tha” ujar Serli
“ini kartu nama gue, hubungi gue yah. Dan kak Daniel terima kasih untuk semua penjelasannya, setidaknya rasa sakit ini berkurang” Thalita tersenyum ke arah Daniel.
“ya Lita, aku lega bisa menjelaskan kesalahpahaman ini. Dan senang bisa melihatmu lagi dalam keadaan baik-baik saja” ujar Daniel tersenyum. Lita hendak beranjak tetapi Serli menahan tangan Lita membuat Lita menatap ke arah Serli.
“gue mohon Lita, pertimbangin lagi tentang kak Dhika. pikirkan lagi hubungan kalian, gue tau loe masih sangat mencintainya” ujar Serli membuat Lita terdiam.
“bunda ayooo” Vino menyadarkan lamunan Thalita dan Lita hanya tersenyum kecil kepada Serli. Mereka akhirnya berpisah dengan tujuan masing-masing. Serli dan Daniel menatap kepergian Thalita dengan ekspresi iba.
“aku berharap, Lita mau kembali menerima kak Dhika” gumam Serli
“iya bunda, ayah juga berharap seperti itu. Ayah ingin melihat Dhika bahagia” ujar Daniel.

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar