STAY WITH ME PART 2
1
Flashback
Dhika
Uncovered
All
Sudah 2 minggu Dhika
mengasingkan dirinya di Surabaya, kota kelahiran keluarga mommynya. Saat ini
Dhika tinggal di rumah pakdhe dan budhenya di Surabaya. Dhika sengaja ke
perkampungan ini hanya untuk menenangkan pikiran dan hatinya yang dilanda patah
hati saat ini. Tidak ada yang tau dimana Dhika saat ini, bahkan mommy nya
sendiripun tidak mengetahuinya. Hanya Okta yang mengetahui keberadaan Dhika
saat ini. Dhika bahkan sengaja tidak membawa alat komunikasinya sendiri. Dhika
benar-benar ingin mengasingkan diri dan menenangkan hatinya yang hingga saat
ini masih terasa sangat sakit dan pedih. Disini terdapat laut yang masih belum
terjamah oleh manusia bahkan wisatawan, disini masih terlihat asri dan indah.
Tempat ini cukup jauh dari kota, harus beberapa kali menaiki bis antar daerah menuju
ke daerah sini.
Saat ini Dhika tengah berjalan menuju tempat
favoritnya yaitu di atas tebing yang mampu menatap hamparan lautan biru yang
luas. Dan Dhika juga dapat melihat hutan yang belum terjamah sama sekali.
Dibawah terik matahari, Dhika berjalan menyusuri jalanan setapak menuju tebing.
Di kanan kirinya terdapat jurang yang sangat dalam. Tapi di atas sinilah Dhika
mampu merasakan ketenangan, merasakan udara segar yang menerpanya. Hingga
sekarang ini, dimana Dhika sudah berdiri di ujung tebing yang cukup tinggi dari
atas lautan. Suara ombak yang menabrak
batu karang disana, suara burung dan berbagai binatang yang berkicauan memenuhi
gendang telinga Dhika. Dhika menghirup udara sejuk disana, mampu menyegarkan pernapasan
dan kepalanya. Dhika berdiri tepat di ujung tebing dengan kedua tangan yang
dimasukan kedalam saku celananya, pandangannya lurus kedepan ke hamparan lautan
biru yang jernih. Suasana seperti ini mampu membuatnya tenang dan damai walau
tidak dengan hatinya yang masih sangat sangat terluka.
Sesekali air mata jatuh dari pelupuk mata Dhika yang
menatap kosong kedepan. Ini sudah dua minggu berlalu, tetapi tangisnya tak
pernah mau berhenti. Bayangan Thalita seakan enggan untuk pergi dari benak
Dhika. Takdirnya sangat sulit dia terima, kenyataan yang seakan menamparnya ini
membuatnya sulit untuk melangkah tanpa Lita. Bayangan wajah Thalita dan saat
mereka masih bersama berputar seperti film yang tengah diputar dikepala Dhika.
Bagaimana mungkin dia bisa melupakan Lita, dalam keadaan seperti ini saja masih
bayangan Lita yang muncul di benaknya. Bagaimana selanjutnya? Dan apa yang
harus dia lakukan, Dhika sama sekali tidak tau.
‘aku
hanya bisa berdiri disini dengan letih tanpa ada tenaga. Tertatih menahan perih
di hati ini’ batin Dhika. ‘jiwa ini sudah terpaku padamu, Lita. bahkan tidak
bisa hanya untuk bergerak atau berpaling sedikit saja. Kenapa kamu lakukan ini?
Ini rasanya sungguh menyakitkan, sangat Lita. sangat menyakitkan lebih dari
saat mendengar kabar perselingkuhanmu dengan Angga atau kepergianmu saat itu.
Saat itu aku masih menahan rasa sakitnya dan bertahan dengan harapan kamu akan
segera kembali padaku walau sulit, tetapi aku tetap bertahan untukmu.
Dan sekarang kamu melakukan yang lebih
menyakitkan, dan apa yang harus aku lakukan sekarang. Lita? aku sudah tidak
mempunyai tujuan untuk hidup lagi, alasanku untuk bertahan hidup sudah tidak
ada lagi. Cita cita masa depanku kini telah hancur, jalanku bahkan sudah
hilang. Tolong alihkanlah pandanganmu padaku. Hatiku sudah hancur berkeping-keping,
bahkan aku sendiri tidak tau bagaimana cara menyatukan lagi serpihan-serpihan
hati yang sudah hancur lebur ini. Bahkan aku masih berharap takdirku bisa
bersamamu’ batin Dhika.
Matanya sudah sangat memerah menahan air mata yang
sudah menggantung di pelupuk matanya. Padangan Dhika tertunduk menatap lautan
di bawah sana yang ombaknya cukup besar. Apalagi di apit beberapa karang yang
dengan kasarnya disambar ombak. Dhika tidak memahami dirinya, hatinya seakan
sudah terpaku hanya pada Thalita. seorang gadis yang mampu mengambil hatinya
yang sejak awal belum pernah merasakan cinta. Dhika memang mempunyai beberapa
mantan saat duduk di bangku sekola, tetapi perasaannya pada mereka berbeda
dengan Thalita. Dhika merasa cintanya ke Lita kekal di dalam hatinya, sesakit
apapun yang Dhika rasakan tidak mampu merubah perasaannya ke Lita sedikitpun.
Dhika berpikir ini mungkin karena Lita cinta pertamanya, membuatnya kesulitan
untuk menghilangkan Lita di dalam hatinya.
Tetapi Ucapan Lita yang terakhir mampu membuat Dhika
mati bersama mimpi dan harapannya. Setiap kata itu menggema di telinganya,
bahkan bayangan saat melihat Thalita bercengkraman bersama suami dan anaknya
terbayang di benak Dhika. Dhika seakan ingin mengakhiri segalanya agar rasa
sakit ini berkurang. Setidaknya Dhika tidak akan merasakan sakit yang teramat
lagi. Kata-kata itu kembali menggema di telinganya, seperti sebuah tamparan
bagi Dhika dan entah dorongan dari mana, Dhika melangkahkan kakinya berjalan ke
bibir tebing. Dhika memejamkan matanya dan mengalirlah kembali air mata yang
menggantung di pelupuk matanya itu membasahi pipi yang sudah dipenuhi jambang
disekitar rahangnya yang tegas dan kokoh. Setiap mengingat Lita, Dhika merasa
dirinya lemah dan cengeng. Tetapi Dhika juga tidak mampu menahan gejolak di
dalam hatinya. Thalita memang kelemahannya. Tubuh Dhika seperti daun
kering yang diterpa angin akan langsung
terbang. Tubuh Dhika langsung terjun dari atas tebing itu.
Byurrrrrr
Suara tubuh Dhika yang membentur air laut dengan
ombak yang cukup besar. Dhika merasakan tubuhnya ditarik kedalam lautan.
Sebenarnya Dhika bisa saja berenang mencapai permukaan untuk menyelamatkan
dirinya, tetapi kerja syaraf otak dan tubuh Dhika seakan lambat dan tidak
berfungsi membuat Dhika tidak bisa berkutik dan membiarkan tubuhnya ditarik
oleh air laut itu menuju ke dasar lautan. Bayangan Thalita kembali muncul di
hadapan Dhika. Thalita saat usianya masih 19 tahun tengah tertawa dan seperti
mengajak Dhika bercanda membuat Dhika tersenyum dan perlahan menutup matanya.
Di tempat Thalita,
Hujan di malam ini semakin deras dengan suara petir yang menyambar langit malam
ini. Hujan lebat itu menemani malam gelapnya Thalita. Thalita tengah berdiri
menatap setiap rintik hujan yang turun diluar jendela, petir menyambar kedalam
rumah dengan penerangan minim. Tetapi Thalita tidak gentar ataupun takut. Dia
masih berdiri di dekat jendela menatap setiap rintik hujan yang mengalir
membasahi jendela. Sudah dua minggu dari kepergian Dhika, hidupnya kembali
hampa bahkan lebih hampa dari sejak dirinya memutuskan untuk meninggalkan
semuanya.
Tangannya di silangkan di dada dengan pandangan
lurus keluar jendela menatap setiap rintik air hujan. Setetes dua tetes air
mata mengalir dari pelupuk matanya, membuatnya sesekali menghapusnya. Bayangan
wajah Dhika saat menangis dihadapan Lita, terus terbayang seakan enggan untuk pergi. Bahkan Okta mengatakan kalau Dhika sangat
hancur saat itu, mampu mengiris hati Thalita. Tetapi Thalita seakan tidak bisa
berbuat apa-apa dan hanya bisa pasrah pada keadaan yang ada. ‘maafkan aku, aku telah menancapkan duri
yang sangat tajam di hatimu, pertama kalinya aku melihatmu menangis bahkan
sangat terluka. Dan kalau boleh jujur, aku juga merasakan sakitnya. Sakit yang
sangat teramat sakit, jangan kamu pikir aku disini bahagia, jangan pernah
berpikir aku disini menikmati hidupku tanpa kamu. tapi ini takdir kita, takdir
cinta kita yang sangat menyakitkan. Mungkin kita memang tidak di takdirkan
untuk bersama’ batin Thalita menengok ke belakangnya, dimana seorang anak laki-laki
tengah terlelap. ‘ada dia yang saat ini
lebih membutuhkanku, lupakan aku Dhika. Lupakan kisah kita. Walau aku tau itu
akan sangat sulit’ batin Thalita kembali menghapus air matanya.
“aku akan slalu berdoa
pada tuhan untuk kebahagiaanmu. Aku ingin melihatmu bahagia bersama siapapun
itu” gumam Lita.
Keesokan harinya,
Thalita mengajak Vino bermain ke sebuah tempat permainan anak. Kebetulan hari
ini weekend dan Thalita ingin menghabiskan waktunya bersama putra kesayangannya
itu. Thalita ingin mencoba menghilangkan bayangan Dhika dari pikirannya. Vino
baru saja ingin memasuki sebuah arena permainan mandi bola. Tiba-tiba saja
seorang anak laki-laki sebawahan Vino, mungkin umurnya berkisar 5 tahun
menghampiri Lita dan Vino sambil menangis. Thalita melihat anak laki-laki itu
menangis dan terlihat kebingungan. Membuat Lita tak tega melihatnya. “lho dek,
ada apa?” Tanya Thalita menghampiri anak itu.
“ndha mana yah, tante
lihat ndhanya Verrel?” Tanya anak sambil menangis.
“Tadi ndha kamu dimana,
sayang?” Tanya Lita dengan lembut.
“Verrel gak tau, tadi
ndha bilang mau angkat telpon ayah. Tapi sekarang ilang” ujar anak laki-laki
yang mengaku bernama Verrel itu.
“cup cup cup sayang,,
tante bantu cariin ndha kamu yah” ujar Lita ikut celingak celinguk mencari
ibu-ibu yang tak Thalita ketahui.
“hikzz…..ndhaaaa manaaaa” isak anak
laki-laki itu semakin menjadi.
“Verrel sayang !!!”
seorang wanita dengan rambut hitam pekatnya dan sedikit bergelombang
menghampiri anak yang tengah menangis itu.
“Ndhaaaaaaa” anak
laki-laki itu langsung menghamburkan pelukannya ke wanita berkulit kuning
langsat itu.
“kamu ini, ndha suruh
tunggu dulu malah langsung pergi” ujar wanita itu membuat Lita mengernyitkan
dahinya. Suaranya sangat tak asing buat Lita.
“maaf ndhaa,, abis
Verrel pengen masuk sana” tunjuk Verrel ke wahana mandi bola.
“iya,, iya,, kan ndha
tunggu ayah dulu sayang. Ya sudah yuk kita bayar dulu biar kamu bisa masuk
kewahana itu” ujar Wanita itu dan beranjak sambil menuntun anak laki-laki itu
menjauhi Lita yang masih mematung.
“serli”
Panggilan Lita mampu menghentikan langkah wanita
yang baru melangkah tiga langkah itu. Merasa ada yang memanggilnya, wanita itu berbalik dan matanya langsung
membelalak lebar melihat Thalita berada di hadapannya.
“li-lita” gumam Serli
menatap syok ke arah Thalita. Thalita sudah berkaca-kaca seraya tersenyum
menatap Serli sang sahabat sejatinya. Serli berjalan mendekati Lita. Serli
menyentuh kedua pipi Lita, lengan dan tubuh Lita. Air mata sudah menggenang di
pelupuk mata Serli dan mulai merembes membasahi pipinya. “lita” gumam Serli
menyentuh dan memandang Lita dari atas hingga bawah dengan perasaan yang
bahagia dan juga syok. Tak jauh berbeda dengan Thalita yang sudah berkaca-kaca
memandang Serli yang terkekeh bahagia ditengah tangisannya.
“ini beneran loe,, loe
masih hidup. Ya tuhan !!!” pekik Serli langsung memeluk Thalita dengan
isakannya membuat beberapa orang yang melewatinya menatap heran dan bingung ke
arah mereka. Thalita juga menangis di pelukan Serli, hatinya sangatlah bahagia
bisa bertemu kembali dengan sahabat yang sangat dia rindukan setelah 10 tahun
lamanya mereka berpisah. Vino maupun Verrel hanya terdiam bingung melihat ke
arah bunda mereka.
“hikzzz,,,,,hikzzz,,,,
gue seneng bisa ketemu loe” isak Serli
“gue juga,,, ser”
Thalita membalas pelukan Serli dengan sangat erat. Rasa rindu dan haru keduanya
sangat besar bahkan mampu membuat mereka lupa akan anak-anak mereka. Setelah
lama mereka berpelukan dan melepaskan rasa rindu mereka, Thalita melepas
pelukan Serli dan keduanya sama-sama terkekeh dan menghapus air mata mereka.
“gue gak nyangka kita
bisa bertemu disini” ujar Serli masih tidak percaya
“iya, gue juga gak
nyangka bisa ketemu loe disini. Dan ini,, ini anak loe?” Tanya Lita menatap
Verrel yang tengah memegang kain celana Serli.
“iya, ini anak gue dan
Daniel” ujar Serli senang. Lalu pandangan Serli jatuh ke arah Vino yang berdiri
disamping Thalita. Dengan mengernyitkan dahinya Serli menatap Lita seakan
menanyakan ‘siapa dia’. Thalita yang paham langsung menjawab.
“ini anak gue, Vino
sayang ayo beri salam ke tante Serli. Dia sahabat bunda” ujar Lita membuat Vino
melangkah menyentuh dan mencium tangan Serli.
“aku Vino, tante” ujar
Vino tetapi Serli masih menatapnya syok dan bergilir antara menatap Thalita dan
Vino bergantian dengan tatapan tak percaya.
‘lalu
bagaimana dengan kak Dhika?’ batin Serli.
“ndhaa,,, ayoo Verrel
mau masuk kesana” tarikan dari Verrel menyadarkan Serli yang masih menatap Lita
dan Vino dengan syok.
“i-iya sayang” ujar
Serli akhirnya.
Setelah membayar dan memasukan Vino dan Verrel ke
wahana bermain itu, kini Serli dan Lita duduk berhadapan di meja tunggu seraya
memesan minuman untuk mereka. Serli terus menatap Thalita tak percaya, sahabat
yang dia anggap sudah meninggal, kini duduk dihadapannya dalam keadaan sehat
wal’afiat. “kenapa?” Tanya Lita menatap Serli dengan heran.
“coba loe cubit pipi
gue” perintah Serli membuat Lita mengernyitkan dahinya dan mencubit pipi Serli.
“awwww” Serli meringis.
“sakit?” Tanya Lita
melihat Serli yang mengusap pipinya.
“iya, jadi loe beneran
masih hidup dan ada dihadapan gue?” ujar Serli dengan pandangan yang masih tak
percaya membuat Lita terkekeh melihat ekspresi Serli yang menurutnya sangat
lucu.
“jangan pikir kalau gue
ini hantu, gue sahabat loe Thalita putri yang kalem” kekeh Lita membuat Serli
ikut terkekeh ditengah tangisnya.
“gue tidak menyangka
saja, Gue masih ingat saat kobaran api itu tengah menyala melahap rumah sakit
dan ruangan loe. Bahkan kak Dhika yang saat itu mencoba menerobos api, sampai
terluka” ujar Serli dengan mata yang masih berkaca-kaca.
“Dhika? menerobos api?”
Thalita mengernyitkan dahinya bingung dan tak percaya.
“iya Lita, apa yang
terjadi? Dan kemana saja loe selama ini? Gue dan yang lainnya sudah sangat
putus asa nyariin loe, kami pikir loe sudah meninggal” ujar Serli memborong
pertanyaan dengan air mata yang tak bisa berhenti menangis, bahkan tangan Serli
tak lepas memegang tangan Lita seakan ini adalah mimpi.
“ceritanya sangat
panjang, yang jelas gue selamat dari kebakaran itu berkat seseorang” ujar Lita
membalas memegang tangan Serli.
“gue bahagia Lita, gue
seneng lihat loe baik-baik saja” ujar Serli ditengah tangisnya kembali membelai
pipi Lita membuat Lita terkekeh.
“diantara yang lain,
ekspresi loe yang paling lebay” ujar Lita membuat Serli mengernyitkan dahinya.
“yang lain?” serli
bingung
“gue sudah bertemu sama
Chacha dan Ratu” ujar Lita.
“Chacha? Ratu? Tapi
kenapa Ratu tidak cerita yah. Dan Chacha, dimana loe ketemu dia? Sudah lama
sekali gue tidak pernah dengar kabarnya” Tanya Serli dan Thalita menceritakannya
semuanya.
“jadi Chacha sekarang
jadi dokter kebidanan di AMI hospital. Ya minggu lalu Ratu dan kak Angga sempat
kesini, gue belum ketemu mereka lagi” ujar Serli
“loe bukannya tinggal
di bandung?” Tanya Lita
“iya, kebetulan sudah
tiga hari gue nemenin Daniel disini. Kebetulan client yang harus Daniel tangani
kasusnya, tinggal di Jakarta. Jadi gue nemenin dia kesini dan gue bahagia bisa
ketemu sama loe” ujar Serli membuat Lita mengangguk paham dan tersenyum. “loe
gimana kabarnya, Lita? gue penasaran banget sama cerita loe dan kak Dhika, apa
loe sudah ketemu dengannya?” Tanya Serli sedikit tidak enak apalagi saat
melihat perubahan ekspresi Thalita.
“iya, gue sudah ketemu
dengannya. Saat gue kembali menginjakkan kaki di Indonesia lagi, gue langsung
bertemu dengannya” ujar Lita mengingat waktu Dhika yang mengejarnya saat Lita
pertama kali datang ke rumah sakit untuk mengurusi perpindahan prakteknya.
Serli hendak mengajukan kembali pertanyaan ke Thalita tetapi di urungkannya
saat Daniel datang menghampiri.
“hai bunda, aku cariin
kemana-mana. Untung tadi Verrel kasih tau pas aku lihat dia sedang bermain di
dalam” ujar Daniel mencium kening Serli dan belum menyadari keberadaan Thalita.
Thalita tersenyum melihat perlakuan manis Daniel yang sama sekali tidak pernah
berubah dari dulu ke Serli. “Bunda, kamu nangis?” Tanya Daniel kaget melihat
Serli dengan mata sembabnya.
“aku-“
“apa kabar kak Daniel?”
Thalita memotong ucapan Serli. Daniel yang baru menyadari ada orang lain di
antara mereka, langsung berbalik dan melotot sempurna saat mendapati Thalita
tengah duduk disana dengan senyuman manis di bibirnya. Seketika tubuh Daniel
menegang dan sempat limbung kalau tidak memegang kepala kursi yang diduduki
Serli. Daniel masih mematung menatap
Thalita tak percaya di hadapannya. Daniel menatap Thalita dari atas hingga
bawah dan kembali menatap wajah Thalita untuk memastikannya. “kenapa semuanya
menatapku seperti itu? Seperti melihat hantu saja” sindir Lita menyadarkan
Daniel.
“so-sory Lita, aku
sedikit kaget” ujar Daniel mengubah raut wajahnya dengan segera. “apa kabar
Lita” Tanya Daniel masih menatap Lita tak percaya. Selama ini Daniel hanya
mendengar sekilas dari Okta soal Thalita.
“aku baik kak,
sepertinya kalian berdua sangat jauh lebih baik” ujar Lita tersenyum melihat
Serli dan Daniel bergantian. Hatinya senang dan ada sedikit rasa iri melihat
hubungan mereka yang awet dan langgeng. Daniel duduk di samping Serli dan tak
lama pesanan Thalita dan Serli datang. Danielpun memesan minuman untuknya.
Thalita menyedot minumannya dan rasa manis dan dingin menerpa tenggorokannya
yang terasa sangat kering.
“jadi bener, kalau
Dhika kembali mengasingkan diri?” Tanya Daniel seketika membuat Lita tersedak.
Daniel baru beberapa hari yang lalu mengetahuinya dari Okta. Awalnya Daniel
tidak mempercayainya tetapi saat melihat Thalita, Daniel yakin dan percaya
dengan ucapan sepupunya itu.
“kak Dhika? tapi kenapa
sayang?” Tanya Serli mengernyitkan dahinya dan kaget mendengar penuturan Daniel
.
“sepertinya Thalita
mengetahuinya” sindir Daniel membuat Serli kembali menatap Thalita yang
terlihat terdiam.
“aku tidak melakukan
apapun, kak. Jangan suudzon” kilah Lita tersenyum masam, pesanan Danielpun datang, membuat Daniel
menyeduh minumannya itu.
“apa alasannya karena
anak itu?” Tanya Serli yang mampu membuat Lita terdiam
“Anak? Anak siapa?”
Tanya Daniel bingung
“Lita, apa benar dia
anak loe? kalau begitu siapa suami loe dan dimana dia?” Tanya Serli
berbondong-bondong membuat Daniel bingung. “Lita tatap gue” Serli menarik
tangan Lita membuat Lita menatap Serli dengan berkaca-kaca. “loe gak bisa
bohong, kak Dhika salah paham lagi kan? Dan anak itu bukan anak loe kan?” Tanya
Serli menatap mata Lita dengan seksama. Serli yang sama sekali tidak dapat
Thalita bohongi.
“kak Dhika salah paham
lagi, kan?” Tanya Serli lagi membuat Lita mengangguk lemah dan air matanya
kembali mengalir membasahi pipi. Thallita tidak bisa membohongi serli juga.
“tapi bagaimana? Kenapa
Dhika bisa salah paham lagi?” Tanya Daniel bingung. Thalitapun menceritakan apa yang terjadi di
antara keduanya saat terakhir sehingga membuat Dhika kembali mengasingkan
dirinya.
“APAAA???” pekik Daniel
sangat kaget sehingga suaranya sedikit meninggi tetapi dengan segera
menstabilkan kembali suaranya. “Lita, Dhika tulus mencintai kamu” ujar Daniel.
“tapi rasa sakit itu
masih ada, kak. Aku tidak bisa kembali lagi kepada Dhika, kejadian 10 tahun itu
masih membekas di hatiku. Apa yang Dhika lakukan sudah keterlaluan. Di tambah
aku tak bisa meninggalkan laki-laki yang sekarang bersamaku” ujar Thalita.
“tapi kamu salah paham
mengenai Dhika, kejadian 10 tahun lalu tidak seperti yang kamu pikirkan” ujar
Daniel.
“salah paham apa kak?
Sudah jelas Dhika tidak mau mempercayaiku dan lebih mempercayai orang lain, dia
juga berselingkuh dengan kakakku sendiri. dia terus menghinaku saat aku ingin
mencoba menjelaskannya, dia bahkan hampir memperkosaku dan menghinaku
habis-habisan. Dia menolakku berkali-kali dan memilih kak Natasya dan bahkan dia memasukkanku ke rumah sakit jiwa
setelah menikah dengan kak Natasya !!!! apanya yang salah paham?” Tanya Lita
mulai berapi-api mengingat kejadian yang menimpanya 10 tahun yang lalu. “dia
bahkan tidak ada disaat aku di bully habis-habisan oleh teman kampus dan malah
sibuk mendekati kak Natasya. Apa ini yang namanya cinta yang tulus? Kenapa dia
baru menyadarinya sekarang, setelah dia bercerai dengan kak Natasya?” Tanya
Lita sudah menangis.
“kamu salah mengenai
Dhika, semua yang kamu katakan itu tidak benar” ujar Daniel membuat Lita
mengernyitkan dahinya.
“Daniel bener Lita, loe
yang sebenarnya salah paham” tambah Serli membuat Lita semakin mengernyitkan
dahinya bingung.
***
Daniel
dan serli mulai membuka suara untuk menceritakan apa yang terjadi pada Dhika di
masalalu. “kamu tau Lita, Dhika yang
saat itu tengah bahagia bisa bertemu denganmu setelah berpisah selama 3 bulan
harus mendapatkan kabar tak enak dari Chacha tentangmu dan Angga sahabat kami
sendiri. Saat itu Chacha memberitahukannya tepat di hadapanku, Okta dan Dewi.
Dan kamu tau apa yang Dhika lakuin? Dia membentak Chacha habis-habisan sampai
Chacha menangis dan mengancam Dhika. aku dan yang lainnyapun tidak ada yang
percaya dengan ucapan Chacha. Kami percaya padamu dan juga Angga. Tetapi kami
salah, Dhika yang awalnya hanya menganggap angin ucapan Chacha kembali
menimbang-nimbang saat kamu beberapa kali ketahuan berbohong dan menghindari
Dhika. Pernah saat itu hujan deras sekali, dan Dhika masih bersikeras
menunggumu di taman dekat rumahmu. Setiap malam kamu keluar rumah dan berbohong
pada Dhika, sebenarnya itu yang membuat Dhika sangat kecewa, kalau kamu memang
bekerja atau ada hal lain. Dhika berharap kamu mengatakan jujur dan terbuka
padanya. Bukan hanya mendengar kabar dari yang lain. Apalagi kabar itu sudah
menyebar di area kampus tentang kedekatanmu dan Angga.” tambah Daniel membuat
Lita menyimaknya dengan serius.
“Dhika bahkan
mengerahkan anak-anak brotherhood untuk melaporkan orang-orang yang
menggosipkanmu itu, Dhika masih menyangkalnya hingga kejadian itu terjadi. Baru
saja kami menginjakkan kaki kami di kampus dan semua foto kamu dan Angga
terpajang di semua madding di kampus. Semua Lita, bahkan di dinding yang bukan
madding juga ada” Jelas Daniel.
“loe tau apa yang kak
Dhika lakukan saat itu? Kak Dhika ngamuk dan mengobrak-abrik semua madding di
kampus melepaskan semua foto-foto itu, dia marah besar dan bersumpah akan
memukul orang yang dengan senonoh memajang foto loe disana” ujar Serli
“bukan di madding saja,
tetapi ruang senat penuh dengan foto itu. Anak brotherhood sangat marah dan
bahkan ikut memarahi dan menegur Dhika, tetapi Dhika masih bersikeras membelamu
dan Angga. Dia sangat percaya pada kalian berdua” ujar Daniel mengingat saat
itu. “dan yang membuat anak brotherhood membencimu adalah saat itu Dhika
mengalami kecelakaan. Dhika jatuh dari motor karena tidak fokus” jelas Daniel
membuat Lita menutup mulutnya tak percaya. “kamu ingat saat itu Dhika
menghilang bak di telan bumi. Sebenarnya dia dirawat dirumah sakit. Tulang
kakinya patah” jelas Daniel. “itu yang membuatku membencimu saat itu, kamu bahkan
tidak datang saat Dhika membutuhkanmu. Saat dia harus duduk di kursi roda dan
meratapi sakitnya. Kamu maupun Angga tidak ada yang menampakan diri sama
sekali, bahkan untuk sekedar menengok saja tidak ada. Itu alasan kami
membencimu Lita” ujar Daniel
“tapi kak Daniel, tidak
ada yang memberitahuku tentang Dhika dan setiap aku bertanya ke anak
brotherhood yang lain, semuanya hanya terdiam tak menjawab” ujar Lita masih
syok mendengar ucapan dari Daniel, dan Lita sadar saat di café tangan Dhika
yang memakai perban itu karena kecelakaan.
“kak Elza yang harusnya
memberitahu loe, dia sengaja diam karena kesal ngeliat loe yang seakan ingin
merusak persahabatan Dhika dan Angga. Kak Elza tidak memberitahumu atau Angga
mengenai kondisi Dhika karena tidak ingin membuat loe kembali ke Dhika dan
Angga yang akhirnya terluka” ujar Serli dengan kesal. “Dan loe tau Lita, selama
di rumah sakit yang merawat dan membantu kak Dhika berjalan lagi adalah kakak
loe. kak Natasya” ujar Serli membuat Thalita semakin terpekik kaget.
“Dhika awalnya menolak
kehadiran Natasya dan dia hanya menanyakan kamu, aku yang memang sudah kesal
sekali membawa Dhika ke rumahmu karena saat itu kamu masih di skor, dan saat
itu Dhika melihat Angga menjemputmu keluar Rumah” ujar Daniel membuat Lita semakin
syok. “disana kami mulai mempengaruhi Dhika tentang kamu dan Angga dan
Angga juga mengakui kalau dia dan kamu
sudah lama berhubungan dan kalian sering melakukannya. Dhika mengamuk bahkan
dalam keadaannya yang tidak sehat, dia memukuli Angga bertubi-tubi yang bahkan
hanya diam saja. Angga memohon agar Dhika melepaskanmu untuknya. Permintaan
yang tidak pernah Angga lontarkan sama sekali ke Dhika selama mereka bersahabat
dan itu permintaan pertama dan terakhir dari Angga” jelas Daniel. Thalita diam
membisu, dia pikir Dhika memang tidak mencintainya lagi dan tidak ingin
mempercayainya sama sekali.
“Angga memohon sambil
menangis dihadapan kami semua, Angga meminta agar Dhika melepaskanmu karena
kalian saling mencintai. Kamu bayangkan saja Lita, saat itu berada diposisi
Dhika akan bagaimana? dia harus memilih antara sahabat dan kekasihnya. Dhika
tidak menjawab pernyataan Angga saat itu, dia memilih menunggu kamu mengatakan
kejujurannya hingga akhirnya kamu tidak mengatakan yang sebenarnya. Itu alasan
utama Dhika merelakan kamu dengan Angga. Dia sangat mencintai kamu, tetapi dia
juga tidak ingin membuat Angga terluka kalau memang kalian saling mencintai.
Dhika memilih untuk mundur” ujar Daniel semakin menyayat hati Lita. “Dhika
masih diam-diam menolongmu, kamu ingat saat kamu dihukum karena tugas makalahmu
hilang. Tiba-tiba saja dosen membatalkan hukumanmu, karena Dhika dengan susah
payah mengerjakan tugas itu untukmu. Dan kamu ingat gelang yang pernah Dhika
kasih ke kamu, Amel melemparnya ke kolam di taman kampus bukan, dan besoknya
kamu menemukan itu di meja kamu. Semalaman suntuk Dhika mencarinya di kolam itu
tanpa memikirkan kondisinya yang masih sakit karena kecelakaan. Ketulusan yang
Dhika berikan ke kamu, itu yang membuat semua anak brotherhood semakin membencimu
dan memakimu habis-habisan, walau akhirnya Dhika akan tetap membelamu. Kami
kesal karena kamu begitu menyakiti Dhika.” jelas Daniel.
“tapi,, kenapa Dhika
melakukannya secara sembunyi-bunyi? Padahal saat itu aku sangat mengharapkan
Dhika kembali” ujar Lita
“karena Angga. Dhika
tidak ingin menyakiti dan menjadi penghalang buat kalian berdua, makanya Dhika
hanya memperhatikanmu dari jauh dan mencoba menolongmu semampunya. Karena dia
pikir ucapan Angga benar adanya, kalau kalian memang saling mencintai. Dan
masalah Natasya, kami semua anak brotherhood yang memaksa Dhika untuk menerima
Natasya yang saat itu mengungkapkan perasaannya ke Dhika di hadapan kami semua.
Kami semua harus bekerja keras membujuk Dhika agar mau menerima Natasya” ujar
Daniel dan Thalita paham sekarang kenapa Dhika begitu mudahnya berpaling ke kak
Natasya. “selama itu Dhika menahan perasaannya padamu, walau dia terlihat
selalu melamun dan menyesali perbuatannya yang sudah menerima Natasya. Bahkan
saat tau kamu bekerja di club malam dan alasan kamu setiap malam selalu keluar
sudah terjawab, dia tetap tidak bisa membencimu sama sekali. Walau yang keluar
dari mulutnya lain dengan apa yang dia rasakan. Dia hanya mengeluarkan
kekecewaannya. Karena dia tidak bisa berbuat apa-apa, Dhika sudah merelakan
kamu bersama Angga sampai isu mengenai kamu hamil dan bersamaan dengan ancaman
mama Salma yang meminta Dhika segera menikahi Natasya. Dia terlihat sangat
terpukul saat itu, apa yang harus dia lakukan. Di satu sisi wanita yang dia
sangat cintai adalah kamu, dan disisi lain dia sudah terlanjur merelakan kamu
dengan Angga dan melihat kondisimu yang tengah mengandung anaknya Angga. Dhika
semakin sulit untuk melangkah mendapatkanmu” jelas Daniel membuat Lita masih
mematung mendengar penjelasan dari Daniel yang tidak dia sangka-sangka. “Malam
itu, aku sudah melarangnya membawamu pergi. Tapi mungkin karena dia begitu
merindukanmu dan tak mampu menahan lagi perasaannya. Dia tidak mendengarkanku,
Dhika berniat untuk memperkosamu dan merebutmu lagi dari Angga dengan cara yang
sama dengan yang Angga lakukan. Makanya malam itu dia hampir memperkosamu,
Lita. Malamnya dia datang padaku sebelum mama Salma menghubungi Dhika. Dhika
datang dan mengatakan kalau dia tidak mampu menodai wanita yang paling dia
cintai, dia tidak bisa melukaimu, Lita. Walau kenyataannya kamu memang sudah
melakukannya dengan orang lain. Tetapi Dhika tetap tidak ingin menodai
wanitanya dengan nafsu binatangnya” ucapan Daniel yang ini mampu membuat Lita
mematung dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipi.
Bayangannya melayang ke kenangan saat malam itu,
malam dimana Dhika menyentuh tubuhnya untuk pertama kalinya. Dan malam itu juga
Thalita telah merelakan kehormatannya untuk Dhika agar Dhika bisa
mempercayainya lagi. Tetapi ternyata Lita salah, Dhika masih menghargainya
sebagai seorang wanita. Sebegitu tulusnya cinta Dhika ke Thalita? Tapi kenapa
Thalita harus mengetahui kebenarannya setelah dia menyakiti Dhika. Bayangan
wajah Dhika yang menangis saat Thalita mengatakan dirinya sudah menikah kembali
terbayang. Terlihat jelas tatapan sangat amat terluka milik Dhika menusuk
relung hati Thalita. “aku tidak percaya
ini,,,hikzzzz” Lita menangis menutup mulutnya membuat Serli menggeser kursinya
lebih dekat dengan Lita dan merangkulnya dan mengelus lengan Lita. Daniel hanya
melihat ke arah Thalita dengan iba. Tetapi Daniel tidak menyesali
penjelasannya. Thalita memang harusnya mengetahui semua kebenarannya.
“bahkan saat kamu
meminta kembali padanya berkali-kali, Dhika mengamuk pada dirinya sendiri.
Karena dia begitu tak berdaya, dia mencintaimu dan ingin sekali dia mengatakan
iya dan menuruti keinginanmu. Tetapi Natasya, Dhika sudah menyimpan janji untuk
Natasya, Dhika hanya ingin memenuhi janjinya untuk menikahi Natasya, walau dia
mengorbankan kamu. Itu kesalahan terburuk dan terbodohnya, karena mau
melepaskanmu begitu saja, demi memenuhi janjinya pada Natasya. Kamu juga sangat
mengenal Dhika, bukan. Dia bukan tipe laki-laki yang suka mengingkari janji.”
Jelas Daniel membuat Thalita semakin menangis terisak. Daniel memang tidak akan
ikut campur dengan urusan mereka, tetapi Daniel juga tidak bisa diam saja
melihat sahabatnya kembali terluka. Padahal Dhika sudah lama menanggung
kesakitan yang sangat amat ini.
Flashback
On
Semua
anak brotherhood berkumpul di ruang senat sibuk dengan pikiran masing-masing.
“gue kepikiran Lita terus, kasian juga yah dia
sampe harus diperlakukan kayak kemarin” ujar Okta yang tengah duduk
bersandar di sofa ruang senat.
“tapi
dia memang pantas mendapatkannya kan, gue bingung dengan jalan pikirannya itu”
ujar Elza
“mungkin
memang dia kekurangan uang, makanya dia nyuri” ujar Irene
“mungkin
aja sih, tapi tetap saja tidak menyangka. Padahal wajahnya terlihat sangat
polos” ujar Seno
“bukankah
wajah itu bisa menipu” ujar Elza. Dhika hanya diam saja mendengarkannya,
pikirannya melayang mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Dhika melihat
Lita yang hampir bunuh diri. Bahkan Thalita memintanya untuk tetap tinggal
bersamanya selama satu bulan, dengan terpaksa Dhika harus menolaknya lagi.
Bukan Dhika menolak karena tak cinta, tetapi karena keadaan yang menyeret Dhka
pergi dari sisi Thalita. Dhika sudah berjanji pada Natasya, Salma dan Pram
untuk menikah dengan Natasya, Dhika tidak bisa begitu saja lari dari tanggung
jawabnya walau hatinya kini sangat terluka.
“dia
juga di usir dari rumahnya” ujar Daniel yang kini tengah duduk disamping Serli
yang hanyaterdiam
“mungkin
sifat pencuri dari ayahnya menurun ke Lita” ujar Elza dengan ketus
“maksud
kak Elza apa? jaga dong ucapannya” ujar Serli mulai tidak nyaman sahabatnya
dikatakan yang tidak-tidak.
“tapi
ayahnya kan memang pencuri, pemerkosa juga” timpal Dewi
“tapi
tidak dengan Thalita” ujar Serli dengan sengit
“loe
kenapa belain dia terus sih, ser?” Tanya Irene sebal
“karena
gue gak yakin dia salah” jawab Serli
“tapi
kan buktinya sudah jelas” ujar Daniel membuat serli kesal
“heh
Dhika, kenapa loe diem aja? Biasanya kalau membahas Lita, loe yang akan protes”
ujar Okta membuat Dhika menengok ke arah Okta.
“loe
baik-baik saja kan, Dhik?” Tanya Daniel
“ya”
jawab Dhika dengan singkat dan memijit pangkal hidungnya. Sikap Lita sungguh
membuatnya bingung dan merasa janggal. Kalau Lita masih mencintainya, kenapa
dia mengkhianati Dhika dan berhubungan dengan Angga apalagi sampai hamil. Apa
Dhika salah karena menolaknya?
“sudahlah
jangan loe pikirkan lagi, dia bukan wanita yang tepat buat loe pikirkan Dhik”
ujar Elza.
“mamake
benar, mending loe fokus saja ke pernikahan loe sama Natasya” ujar Okta.
“pernikahan?”
Serli tersentak kaget mendengarnya
“kamu
belum tau yah sayang, seminggu lagi Dhika akan menikah dengan Natasya” ujar
Daniel
“tapi
kenapa? Kak Dhika, lalu bagaimana dengan Lita?” Tanya Serli yang merasa ada
kejanggalan antara hubungan Lita dan Angga. Dhika menatap Serli sekilas, dan
hanya bisa menghela nafasnya panjang.
“loe
kenapa mikirin dia terus sih? Dia sudah bahagia kali sama Angga, apalagi dia
lagi hamil anaknya” cibir Irene.
“tapi
itu belum tentu benar, Lita tidak mungkin mengandung anak kak Angga” ujar Serli
ngotot
“heh
metromini, loe sudah tau sendiri kebenarannya kan. Jadi kenapa masih ngotot
sih” keluh Okta.
“tapi
ini tidak mungkin, aku akan menemui Lita” Serli hendak beranjak tetapi
pergelangan tangannya ditahan oleh Daniel
“kamu
mau kemana? Kamu tidak akan kemana-mana dan menemui siapapun” ujar Daniel tegas
tak ingin dibantah. Tetapi bukan Serli namanya kalau harus terus menurut
“siapa
kamu larang-larang aku? Suami aku juga bukan kan” ujar Serli yang sudah kesal
seraya menghempaskan tangan Daniel dan menyambar tasnya.
“kamu
keluar dari ruang senat, kita putus” ancam Daniel membuat Serli terdiam dan
mengernyitkan dahinya. “aku kan sudah bilang, aku tidak suka kamu deket-deket
sama orang yang sudah nyakitin sahabat aku” ujar Daniel
“loe
jangan ngotot deh ser, ngapain juga loe samperin jalang itu” ujar Elza dengan
sinis membuat Serli menatap Elza dengan tatapan benci.
“dia
bukan jalang, dia punya nama. Dan maafkan aku kak Daniel yang terhormat, tetapi
aku perlu mencari sahabatku dan mungkin lebih baik kita putus” ujar Serli dengan
sengit dan keluar ruangan senat. Daniel langsung mengikutinya. Daniel
mencengkram tangan Serli kembali saat Serli melangkah lebih cepat menyusuri
lorong kampus.
“Serli
tunggu !! kamu kenapa jadi kayak gini sih? Aku tidak mau kita putus, ayo
sekarang aku antar kamu pulang” Daniel menarik tangan Serli tetapi Serli
menghempaskan pegangan Daniel hingga terlepas membuat Daniel mengernyitkan
dahinya.
“aku
tidak mau nerusin hubungan ini lagi, aku memilih sahabatku. Jadi mulai sekarang
kita putus” ujar Serli sengit.
“kamu
akan menyesal telah mengatakan ini” ancam Daniel dengan kesal.
“I
don’t care !!!”ujar Serli dan berlalu pergi meninggalkan Daniel yang masih
mematung sendiri.
Serli
langsung menuju rumah tante ratih yang terlihat gelap dan kosong. Serli berjalan
mendekati pintu dan menekan knop pintu berkali-kali tetapi di kunci. “mungkin
Thalita tidak ada disini” gumam Serli hendak beranjak meninggalkan rumah itu,
tetapi baru 3 langkah Serli terhenti saat mendengar seseorang batuk dan suara
benda jatuh dari dalam rumah tante Ratih membuat Serli segera mengetuk pintu
dengan kencang. “Lita….gue tau loe di dalam !!! buka pintunya,,,,, bukaaaa”
Serli terus mengetuk pintu itu dengan keras dan suara batuk itu semakin jelas
terdengar. Serli segera mencari sesuatu untuk membuka pintu. Sungguh
keberuntungan, tak jauh di pojok kanan rumah tante Ratih terlihat linggis
tergeletak dan Serli segera mengambilnya dan mencoba mendobrak pintu
menggunakan linggis itu hingga pintu berhasil terbuka dan Serli segera berlari
masuk ke dalam rumah.
“litaaaa
!!!!” pekik Serli saat melihat Thalita tengah memuntahkan darah dari mulutnya.
Serli membantu Thalita memberinya obat dan minum, Serli berjalan ke arah dapur
dan semakin terpekik kaget saat tak ada nasi sedikitpun. Hanya bungkus mie instan
bertebaran di dapur Thalita. ‘sebenarnya apa yang terjadi dengan loe, Lita’
gumam Serli.
***
Serli
menceritakan semuanya ke Dewi, karena hanya Dewi yang masih bersikap baik
padanya dan Lita. Sepulangnya dari kampus, Serli mengajak Dewi menuju ke rumah
tante Ratih dan diperjalanan Serli menceritakan semua yang Lita ceritakan ke
Serli kalau Thallita di fitnah selama ini. Dewi yang awalnya tidak percaya,
langsung menangis histeris saat melihat kondisi Thalita yang sangat jauh dari
kata baik-baik saja. “kakak lihatkan kondisinya?” ujar Serli setelah menutup
pintu kamar Lita dan mengajak Dewi duduk di ruang tamu.
“tapi
kenapa Angga tega melakukannya? Kenapa Lita tidak mau mengatakan yang
sebenarnya,,hikzzz” isak Dewi
“Thalita
hanya tidak mau dirinya merepotkan siapapun, dan mungkin dia diam karena tidak
ingin menyakiti kakaknya” ujar Serli membuat Dewi terdiam.
“tapi
-” ucapan Dewi tertahan membuat Serli bertanya-tanya. “hari ini Dhika dan
Natasya akan melaksanakan pernikahan mereka” ujar Dewi membuat Serli dan Dewi
saling bertatapan dengan pandangan syok.
“ha-hari
ini, kak?” ulang Serli memastikan
“iya
Serli, sore ini lebih tepatnya” ujar Dewi. “mereka akan melaksanakan ijab kabul
saja tanpa resepsi” ucap Dewi.
“lalu
bagaimana? Ini bahkan sudah adzan ashar” ujar Serli resah.
“pergilah,,
pergilah Serli. Bawa Dhika kembali, Thalita butuh Dhika saat ini juga” ujar
Dewi akhirnya
“tapi
bagaimana kak?” Serli bingung
“pergilah
sekarang kerumah Natasya dan hentikan pernikahan mereka. Aku akan disini
menunggu Thalita” ujar Dewi membuat Serli mengangguk.
“aku
pergi” Serli menyambar tasnya dan berlari keluar rumah meninggalkan Dewi
sendiri. Serli menyetop sebuah taxi dan segera memasukinya menuju kediaman
Natasya. ‘tuhan, semoga aku tidak terlambat’ batin Serli
Taxi
yang di tumpangi tiba-tiba saja berhenti di depan komplek karena sedang ada
perbaikan jalan. Tetapi serli malah turun dari dalam taxi. Serli berlari
menerobos perbaikan jalan dan ada galian di pinggir jalan. Serli berlari
melewati lumpur itu. Bahkan sempat terjatuh berkali-kali karena licin membuat
lutut dan kedua telapak tangannya kotor karena lumpur dari galian itu. Serli
tidak memikirkan dirinya yang sudah kotor, bahkan beberapa mengotori pipinya
karena Serli tidak sengaja mengusap wajahnya tadi. Serli terus berlari menuju
kediaman Natasya yang terlihat sudah banyak mobil terparkir dan banyak sekali
orang. Serli masuk ke dalam rumah dan terdengar Dhika tengah mengucapkan ijab
kabul.
“saya
terima nikahnya Natasya Casandra binti Pramudya Casandra dengan mas-“
“TUNGGU
!!!!” teriak Serli di depan pintu menghentikan ucapan Dhika. Semua mata menatap
ke arah Serli yang berdiri ngos-ngosan di depan pintu. Daniel beranjak dari
duduknya dan menghampiri Serli, yang kaget dan bingung dengan kondisi Serli
saat ini.
“serli
ada apa? kamu kenapa?” Tanya Daniel khawatir dan bingung dengan penampilan
Serli yang terlihat acak-acakan.
“tunggu, pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan” ujar
Serli masih ngos-ngosan.
“kenapa?
Ada apa?” Tanya Salma sudah kesal.
“aku
ingin menjelaskan sesuatu kepada kak Dhika, setelah itu terserah kakak mau
melanjutkannya atau tidak. Tapi ku mohon kak, beri aku kesempatan untuk
menjelaskan semuanya” ujar Serli membuat semua orang mengernyitkan dahinya
bingung. “ini soal Thalita” tambah Serli membuat Dhika spontan langsung berdiri
duduknya membuat Natasya menatap ke arah Dhika.
“katakanlah”
ujar Dhika dengan tenang.
“kak
Angga,, mau kamu atau aku yang mengatakan semuanya” ujar Serli menatap benci ke
arah Angga. Angga yang duduk di dekat Elza menatap Serli dengan tatapan
bingungnya. “jangan pasang tampang seperti itu, kakak tau jelas apa yang aku
maksud” ujar Serli dengan sinis.
“apa
yang sebenarnya kalian sembunyikan dariku?” Tanya Dhika sudah kesal.
“baiklah,
biar aku yang katakan. Dengar semuanya, sebenarnya antara Lita dan kak Angga
itu tidak pernah terjadi hubungan apa-apa. Thalita di jebak oleh laki-laki yang
mengaku sahabatmu kak Dhika” pekik Serli, dengan emosinya yang sudah sampai ke ubun-ubun.
“di
jebak apanya, Ser?” Tanya Dhika berjalan mendekati Serli. Serli mengungkapkan
kebusukan Angga dihadapan semuanya.
Dhika masih berdiri terdiam dengan kedua tangan yang sudah mengepal
kuat. Serli masih menceritakan semuanya ke semua yang ada disana. Rahang Dhika semakin mengeras mendengar
penjelasan Serli yang menyakitkan, giginya terdengar bergemelutuk. Matanya
tajam menyala menatap ke arah Angga yang masih terdiam. Mata Dhika memancarkan
kemarahan yang bahkan dari radius 10 km akan terkena ledakannya. Aura gelap yang menyeramkan keluar dari diri
Dhika. Hingga…..
Bugh
bugh bugh
Dhika
menerjang Angga yang terdiam disana, beberapa orang menjerit kaget melihat
Dhika yang tiba-tiba menyerang Angga. Di cekalnya kedua kerah kemeja Angga.
“jawab
kalau itu bohong !!!!!” bentak Dhika emosinya. Angga hanya terdiam.
“maafin
gue, Dhik” ujar Angga lirih.
“a****g
loe !!! bangsat loe Angga !!!” Dhika kembali menonjok wajah Angga membuat Angga
terjungkal ke lantai dan kesempatan itu tidak Dhika sia-siakan, Dhika langsung
menindih Angga dengan memukuli Angga bertubi-tubi. Angga hanya terdiam saja dan
pasrah menerima pukulan dari Dhika.
“loe
brengsek Angga, loe pernah berpikir gimana perasaan gue dan Lita? karena loe,
gue jadi menghina Lita, gue nyakitin dia !!” Dhika benar-benar mengamuk.
Daniel, Okta, surya dan Pram turun tangan memisahkan Angga dan Dhika. Dhika
masih berontak mencoba melepaskan pegangan dari mereka semua. Sedangkan Arseno
membantu Angga berdiri. Wajah Angga sudah tidak berbentuk lagi, darah segar
mengalir dari sudut bibir, hidung dan pipinya. Dhika masih berontak melepaskan
cengkraman dari semuanya.
“lepasin
gue,,, gue akan bunuh keparat itu !!!” Amuk Dhika, matanya sudah merah menyala.
“maafin
gue Dhik, tapi gue sangat mencintai Lita” ujar Angga lirih.
“cinta??? Loe merebut wanita yang paling gue cintai dan
loe memfitnahnya. Loe menghancurkan harga diri dan kehormatannya. Ini yang loe
bilang cinta, brengsek???!!!” Dhika berteriak penuh emosi.
“Dhika
cukup !!!” bentak Surya menenangkan Dhika.
“tapi
gara-gara keparat itu aku kehilangan Lita, pap !! wanita yang sangat aku
cintai” ujar Dhika dengan mata yang sudah merah. Natasya masih berdiri mematung
disana, hatinya sakit mendengar ucapan Serli sekaligus ungkapan Dhika. selama
ini Natasya seakan dijadikan pelampiasan. Dan di bohongi,,
“tenang
Dhik, ini tidak akan menyelesaikan segalanya” ujar Daniel melihat ke arah Serli
yang masih berdiri disana.
“Lita
sangat membutuhkan kak Dhika saat ini” isak Serli, membuat Dhika terdiam
mematung. Dhika kembali dilemma, harus bagaimana.
“kamu
tunggu apa lagi Dhik” ucapan Natasya membuat Dhika menatapnya. “ayo kita pergi,
kita temui Lita. dia membutuhkan kamu sekarang” ucapan Natasya membuat Dhika
mengernyitkan dahinya. “aku tidak mungkin merebut kebahagiaan adik aku sendiri,
ayo pergi Dhika dan temui cinta sejati kamu” ucapan Natasya membuat Dhika
tersenyum bahagia.
“antarkan
aku ke Thalita, Ser” ujar Dhika dengan wajah yang cerah membuat Serli
mengangguk senang. Dhika pergi bersama dengan Natasya, pram, anak brotherhood
minus Angga dan juga orangtua Dhika.
Sesampainya
di rumah tante Ratih, Serli mempersilahkan masuk dan langsung disambut oleh
Dewi yang tengah duduk di ruang tamu.Dewi langsung meminta Dhika untuk menemui
Dhika di dalam kamarnya. Dhika yang masih memakai pakaian pengantin berwarna
putih tanpa memakai pecinya memasuki kamar Thalita yang ditutup rapat.
Dhika
mematung melihat Thalita yang tengah duduk memeluk kedua kakinya dengan
pandangan kosong keluar jendela. Tubuhnya sangat kecil dan kurus sekali. Air
mata Dhika mengantung di pelupuk matanya melihat kondisi Thalita. Ingin sekali rasanya Dhika menghampiri
Thalita dan memeluknya. Dhika ingin meminta maaf atas semua sikapnya yang sudah
keterlaluan. Dhika mengusap matanya yang terasa basah dan berjalan menghampiri
Thalita. Dhika menyentuh pundak Lita membuat Lita mendongakkan kepalanya dengan
mata merah dan wajah pucatnya langsung menatap manik mata coklat milik
Dhika. Ditatapnya Dhika dengan seksama
hingga Thalita mengernyitkan dahinya menatap pakaian yang Dhika pakai, dan saat
itu juga Dhika terpekik kaget melihat Thalita yang tiba-tiba saja mengamuk dan
memukuli tubuhnya bahkan melemparinya dengan barang-barang yang ada di sekitar
Thalita. Mendengar keributan itu, Natasya masuk kedalam kamar dan itu kembali
membuat Lita semakin mengamuk. Apalagi Natasya masih memakai kebaya putihnya.
“pergi
kalian !!!! pergi” jerit Thalita melempari barang yang ada disekitarnya ke arah
Dhika dan Natasya. Dhika merasa dirinya perlu melindungi Natasya dari serangan
itu dan itu membuat Thalita semakin membabi buta. Hingga akhirnya Dhika keluar
dari kamar Lita dan menutup pintu kamar Lita.
“apa
yang sebenarnya terjadi, Ser? Kenapa Lita jadi seperti ini?” Tanya Dhika heran
dan bingung.
“Thalita
mengalami stress Dhik, Lita terpukul mendengar kabar pernikahan kalian” jawab
Dewi membuat Dhika mematung tak percaya. ‘ini semua karena penolakanku saat
itu’ batin Dhika sangat menyesali perbuatannya.
“mommy
sudah pernah bilangkan sama kamu, dengarkan kata hati kamu sendiri. Mommy yakin
Lita tidak akan melakukan hal seburuk itu” sewot Elga kesal
“mom
jangan mengompori Dhika” ujar Surya.
“anak
itu harus nyadar pap, kalau sikap keras kepalanya itu akan membuatnya rugi”
ujar Elga masih kesal. “kasian Lita kan, di usianya yang masih muda harus
mengalami hal seburuk ini” tambah Elga yang menangis. Dhika hanya bisa terdiam
seraya menyandarkan tubuhnya di dinding dekat pintu kamar Lita, ucapan mommynya
benar, Dhika salah karena tidak mendengarkan nasihat mommy nya waktu itu.
‘Kenapa penyesalan selalu datang belakangan?!’ Pikir dhika kesal
Keesokan
harinya, Dhika baru saja sampai di rumah Thalita dan terlihat ramai sekali.
Dhika melihat mobil berwarna putih terparkir disana dengan tullisan ‘layanan kejiwaan AMI Hospital’. Dhika
berlari memasuki rumah dan terlihat semua keluarganya ada, terlihat Pram tengah
berbicara dengan seseorang yang memakai pakaian serba putih. “ada apa ini?”
Tanya Dhika terheran-heran.
“Lita
akan dibawa ke rumah sakit jiwa” ujar Dewi yang sudah menangis
“apa???”
pekik Dhika kaget mendengarnya, Dhika segera berjalan menghampiri Pram yang
tengah berbincang dengan petugas rumah sakit. “om, apa-apaan ini? Lita tidak
periu di bawa kesana” ujar Dhika.
“tidak
bisa Dhika, keadaan Lita semakin parah” ujar Pram
“tetapi
dengan membawa Lita kesana, itu akan membuatnya semakin drop” protes Dhika.
Yang lain hanya terdiam dan duduk di ruang tamu sibuk dengan pikiran
masing-masing. Dewi, Natasya, Serli, Ratu dan Irene menangis dalam diam tanpa
bisa berkata apa-apa. Hanya Dhika yang terus berbicara memprotes agar Lita
tidak sampai di bawa ke rumah sakit jiwa. “Lita bisa dirawat di rumah saja om”
protes Dhika.
“saya
sudah berkonsultasi dengan dokter ahli kejiwaan Dhika, dan dia meminta Lita di
rawat disana” ujar Pram.
“tapi
itu akan semakin mengguncang jiwa Lita, om !!!” ucap Dhika
“ini
yang terbaik untuk Lita, Dhik” Pram menepuk bahu Dhika ringan dan berlalu pergi
mengajak 3 orang perawat itu memasuki kamar Lita. Dhika berjalan keluar
mengikuti dokter yang memang ikut datang dan menunggu di luar.
“dokter,
Lita tidak bisa di bawa kesana. Keadaan psikolognya akan semakin parah” protes
Dhika membuat dokter itu menatap Dhika yang terlihat emosi
“ini
yang terbaik untuknya, kalau dibiarkan disini. Dia bisa melukai orang lain”
jelas dokter
“tapi
dokter-“ ucapan Dhika terhenti saat mendengar teriakan Lita.
“lepaskan,,
aku tidak gila. Tolong… tolong aku,, aku tidak gila !!” teriak Lita memberontak
membuat Dhika menengok ke belakang dan menatap Lita dengan sendu.
“kamu
tenang saja, dia akan baik-baik saja disana” dokter menepuk bahu Dhika dan
berlalu memasuki mobil rumah sakit. Mobil yang mirip ambulance itu berlalu
pergi dan Dhika hanya bisa menatapnya dengan tatapan sendu. Hatinya sungguh
tidak rela dan ikhlas membiarkan Lita di bawa kesana.
Flashback
off
“jadi bukan Dhika yang
memasukanku ke rumah sakit jiwa saat itu?” Tanya Lita kaget.
“bukan Lita, Dhikalah
orang yang menolak kamu untuk dibawa kesana” ujar Daniel
“jadi aku salah paham?”
gumam Lita tak menyangka kalau selama ini pemikirannya tentang Dhika salah
besar.
“loe tau Lita, selama
loe di rawat di RSJ. Dhika juga tidak pernah kembali pulang, dia tinggal di
rumah sakit jiwa siang dan malam” ujar Serli membuat Lita menatap Serli tak
percaya.
“iya Serli benar, Dhika
menunggu kamu di taman dekat ruanganmu dan sesekali Dhika duduk di balik pintu
ruangan kamu hanya untuk menemanimu, agar kamu tidak ketakutan dan kesepian.
Dhika bahkan tidak perduli beberapa kali di ganggu orang gila yang berkeliaran
di luar ruangan, dia tetap berdiri di luar ruanganmu walau kondisinya sedang
tidak fit saat itu” jelas Daniel membuat Lita semakin merasa sangat berdosa ke
Dhika.
Flashback
on
Dhika
tengah berdiri di luar pintu ruangan Lita, ini sudah 3 hari Dhika berada di RSJ
tanpa beranjak atau pulang sekalipun. Dhika selalu mendengar di balik pintu
isakan Thalita. Thalita yang berteriak karena ketakutan dan Thalita yang
berbicara sendiri. Dhika mampu mendengar semuanya, hatinya sangat sakit
mendengar ungkapan Thalita. Ingin rasanya Dhika memasuki ruangan dan memeluk
Lita, memberinya kehangatan dan kenyamanan. Tetapi apa boleh buat, dokter
melarangnya untuk masuk. Dhika hanya bisa mengintip dari balik jendela kecil
yang berada di ruangan itu. Hingga hari ini, Dhika merasa heran karena
diruangan Thalita sangat hening tak terdengar umpatan atau makian dari Thalita
lagi. Karena khawatir, Dhika meminta dan memaksa perawat untuk membukakan pintu
ruangan Lita. Dan akhirnya permintaan Dhikapun di turuti walau harus berdebat
dulu.
Dhika
memasuki ruangan Lita dan terlihat Thalita tengah duduk di pojok ruangannya
dengan rambut yang berantakan. Thalita duduk sambil memeluk kedua lututnya.
Pandangannya kosong kedepan membuat Dhika syok. Dhika mendekati Lita dan
memeluknya. Dhika memeluk tubuh Lita dengan sangat erat dan memberikan ke
hangatan ke Thalita. “aku disini sayang, kamu jangan takut lagi. Maafkan aku”
bisik Dhika dan mengelus punggung Lita dengan lembut. “aku berjanji tidak akan
meninggalkanmu sendirian lagi, aku akan memenuhi keinginanmu untuk selalu di
sisimu, bukan hanya untuk satu bulan tetapi untuk selamanya” Tambah Dhika
semakin mempererat pelukannya ke Lita. Dan Tiba-tiba tubuh Lita ambruk di
pelukan Dhika membuat Dhika terpekik kaget dan melepas pelukannya. Ditatapnya
Thalita yang sudah tidak sadarkan diri. Dhika yang memang sudah pernah
melakukan praktek sebagai dokter segera memeriksa denyut nadi di pergelangan
tangan Lita dan terasa denyutnya melemah membuat Dhika khawatir setengah mati.
Dhika
mengangkat tubuh Lita dengan gaya bridal, Dhika beranjak keluar ruangan sambil
sedikit berlari menuju rumah sakit umum AMI yang kebetulan berada bersebelahan
dengan RSJ AMI. Beberapa perawat bertanya ke Dhika dan menahan Dhika karena
membawa pasien begitu saja. Tetapi Dhika tidak memperdulikannya dan tetap
berjalan cepat dengan menggendong Thalita yang pingsan menuju AMI hospital.
“apa kalian buta !!! dia pingsan dan denyut nadinya lemah, dia butuh dokter
umum bukan dokter kejiwaan !!!” bentak Dhika saat beberapa perawat
menghalanginya. “MINGGIR !!!!” bentak Dhika lagi membuat beberapa perawat takut
melihat mata Dhika yang menyala tajam dan seram seperti elang. Merekapun
membiarkan Dhika membawa Thalita pergi, karena takut amukan Dhika. Apalagi
mereka tau siapa Dhika dan mereka masih sangat sayang pada pekerjaan mereka.
Dhika berjalan lebih cepat menuju AMI Hospital, hatinya sungguh khawatir
melihat Thalita yang pingsan di gendongannya.
“tolong……..
tolong panggilkan dokter” teriak Dhika saat sampai di lobby AMI hospital.
“bertahanlah sayang, aku akan membawamu ke dokter” gumam Dhika dengan sangat
khawatir menatap Thalita yang terlihat sangat pucat. Beberapa perawat
menghampiri Dhika sambil mendorong brangkar. Thalita di baringkan di atas
brangkar dan Dhika ikut mendorong brangkar menuju UGD. “ku mohon Lita buka lah
matamu” gumam Dhika yang berada tepat di sisi kanan kepala Thalita.
“ku
mohon bertahanlah, jangan membuatku takut Lita” tambah Dhika membelai kepala
Lita dengan sayang. Lita di bawa masuk ke UGD dan Dhika menunggunya diluar
ruangan. Tak lama seorang dokter datang dan masuk ke ruang UGD. Dhika terus
mondar mandir sambil melirik pintu UGD yang tak kunjung di buka. Hatinya tak
karuan, rasa khawatir dan takut memenuhinya. Tak lama Serli datang bersama Ratu
dan menanyakan perihal Thalita.
“dokter
masih memeriksanya” jawab Dhika mengusap wajahnya dengan gusar sambil terus
melirik pintu UGD yang tak kunjung di buka. Cukup lama mereka menunggu, hingga
anak brotherhood minus Angga datang kesana.
“apa
yang terjadi dengan Lita, Dhik?” Tanya Dewi khawatir.
“gue
tidak tau, Lita tiba-tiba saja pingsan” jawab Dhika seraya menyandarkan tubuhnya
di dinding dekat pintu UGD. Semuanya terdiam menunggu dokter. Tak lama pintu
terbuka dan dokterpun keluar dari sana
membuat semuanya beranjak mendekati dokter.
“bagaimana
keadaannya?” Tanya Dhika.
“keadaannya
sangat kritis, penyakitnya semakin parah” jelas dokter.
“penyakit?
Penyakit apa?” Tanya Dhika sangat pensaran dan khawatir.
“kalian
siapanya pasien?” Tanya dokter
“aku
tunangannya. Katakan apa yang terjadi dengannya?!” bentak Dhika.
“Dhik
tenang Dhik” seno menenangkan Dhika.
“saya
harus berbicara ke orangtua pasien” ujar dokter
“kalau sudah ada orangtua pasien, tolong suruh datang ke ruangan saya”
ujar dokter berlalu pergi. Dhika menengok ke arah Serli yang tertunduk
menangis. Dhika menghampiri Serli dan mencengkram kedua pundak Serli dengan sangat
erat.
“katakan
Serli, apa yang terjadi dengan Lita?!” bentak Dhika membuat Serli menatap Dhika
dengan meringis. “KATAKAN !!!!!” bentak Dhika membuat Serli semakin ketakutan.
Daniel langsung menghampiri dan menengahi, Daniel melepas cengkraman Dhika di
bahu Serli dan berdiri di antara mereka untuk melindungi Serli.
“jangan
kasar ke wanita” ujar Daniel membuat Dhika mendengus kesal menatap Daniel dan
kembali menatap Serli yang tertunduk di belakang Daniel.
“katakan
Serli, apa yang terjadi dengan Lita? penyakit apa yang dia derita?” Tanya Dhika
sudah merendahkan suaranya. Akhir-akhir ini emosi Dhika pasang surut, sungguh
emosinya menjadi meledak-ledak. Apalagi melihat kondisi Lita yang seperti ini.
“cepat katakan Serlli !!” Dhika kembali membentak membuat Serli tersentak kaget
dan ketakutan di belakang Daniel. Daniel berbalik menghadap Serli dan membelai
kepala Serli dengan sayang.
“katakan
semuanya ser” ujar Daniel membuat Serli menatap Daniel dengan air mata yang
sudah luruh membasahi pipinya. Daniel dengan
lembut menghapus air mata Serli dengan kedua tangannya. “katakanlah, semuanya
pasti akan baik-baik saja” ujar Daniel
“lita,,
lita,,,” gumam Serli ditengah isakannya membuat Dhika tak sabar
mendengarkannya. “lita mengidap penyakit gagal ginjal”
Deg
Dhika
bagai tersambar petir di siang bolong mendengarnya. Dhika menatap Serli dengan
tatapan tak percayanya. Bukan hanya Dhika yang syok tetapi juga semua anak
brotherhood yang kaget setengah mati mendengarnya. Mereka tidak menyangka
Thalita tengah sakit selama ini. ‘Tidak mungkin, tidak mungkin dia sakit parah
!!’ batin Dhika berteriak
Dhika
kembali menarik lengan Serli dan mencengkram kuat kedua bahu Serli membuat
Serli meringis. “jangan bohong Serli, Lita tidak mungkin mengidap penyakit
seperti itu !!!” bentak Dhika. Daniel kembali merangkul Serli dan melepas
cengkraman tangan Dhika di bahu Serli.
“santai
Dhik” bentak Daniel dengan kesal
“yang
aku katakan benar kak, Thalita sudah lama mengidap penyakit itu” cicit Serli
membuat Dhika mematung tak percaya. Serli menceritakan semuanya tentang
penyakit Thalita dan alasan Lita menjauhi Dhika juga. Dhika sangat tercengang
mendengar penuturan Serli, jadi selama ini Lita kesakitan dan menanggung beban
seberat ini sendiri tanpa mengatakannya ke Dhika. Alasan Thalita bekerja di
club malam dan alasan Thalita sering muntah dan lemas. Jadi ini alasannya,
bukan karena Thalita hamil?
Dhika
sungguh sangat terpukul, apalagi selama ini Dhika sudah suudzon ke Thalita dan
bahkan menghina Thalita habis-habisan. Dhika terduduk di bangku dengan
pandangan yang masih syok. Bukan hanya Dhika, semua anak brotherhood juga
tercengang mendengarnya. Selama ini mereka sudah menghina dan memfitnah Lita
habis-habisan. ‘kenapa kamu tidak mengatakannya padaku lita, kenapa kamu
memilih menanggungnya sendiri? kenapa kamu tidak begitu mempercayaiku sampai
kamu menyembunyikan ini semua dan malah membuat semuanya menjadi salah paham.
Kenapa kamu begitu egois Lita?’ batin Dhika. Dhika mengusap wajahnya dengan
gusar, pikirannya sungguh tidak karuan. Dhika takut sekali sesuatu yang buruk
terjadi pada Thalita, Dhika tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri kalau
terjadi sesuatu kepada Litanya.
***
Dhika
mendapat kabar kalau keadaan Thalita semakin memburuk, dokterpun belum
mendapatkan donor ginjal yang tepat. Dengan keyakinan sepenuh hati, Dhika
memeriksakan ginjalnya dan ternyata cocok dengan Thalita. Dhika sangat
bersyukur untuk itu, Dhika menunggu dokter keluar dari UGD. Dhika bersama anak
brotherhood, Natasya dan Pram menunggu dokter keluar ruangan. Hingga dokterpun
keluar
“bagaimana
anak saya?” Tanya Pram
“keadaannya
semakin memburuk, dia harus segera melakukan operasi pencangkokan ginjalnya
segera” jelas dokter
“lalu
tunggu apa lagi? Lakukan operasinya sekarang juga” ujar Dhika
“Dhika,
kondisi tubuh kamu tidak sedang baik-baik saja. Akan sangat berbahaya padamu
kalau melakukan operasi saat tubuhmu tidak stabil” jelas dokter. Selalu itu
yang dokter katakan hanya karena Dhika dalam kondisi kurang sehat karena kurang
beristirahat.
“aku
bilang aku tidak perduli, yang penting Lita selamat” ujar Dhika penuh
penekanan.
“tapi
kami tidak bisa melakukan operasi pa-“ ucapan dokter terhenti karena Dhika
mencengkram kerah jas dokternya.
“aku
bilang aku tidak perduli !!! lakukan operasinya sekarang juga” bentak Dhika
mengeluarkan aura menyeramkannya membuat dokter itu tak berkutik.
“tenang
Dhik” Okta mencoba melepaskan cengkraman Dhika di kerah jas dokter tetapi Dhika
mendorong Okta membuatnya terjengkang ke kursi tunggu
“anda
tau siapa saya kan dokter, kalau anda masih ingin menjadi seorang dokter disini
lakukan operasinya sekarang juga !!! sekarang juga !!!” bentak Dhika membuat
dokter itu berkeringat dingin dengan ancaman Dhika. Semua dokter di AMI
hospital sudah mengetahui Dhika adalah pewaris tunggal keluarga Adinata pemilik
rumah sakit ini.
“LAKUKAN
SEKARANG !!!” bentak Dhika.
“ba-baiklah”
ujarnya gugup membuat Dhika melepas cengkramannya dan dokterpun langsung
berlalu pergi. Dhika menjadi seorang yang arrogant saat ini, bukan
kepribadian Dhika sekali. Tetapi kalau
sudah bersangkutan dengan thalita, dhika tidak bisa tenang dan mengatur
emosinya.
“harusnya
loe jangan bersikap arrogant” ujar Elza
“diamlah
!!!” bentak Dhika membuat semuanya tidak ada yang berani mengeluarkan suaranya
sedikitpun.
Setelah
menunggu 30 menit, akhirnya operasi dilaksanakan. Saat ini Dhika tengah
berbaring di samping Thalita yang terlelap dengan selang pernafasan di
hidungnya. Dhika tersenyum menatap ke arah Thalita. “aku berharap salah satu
organ tubuhku ini akan bermanfaat buatmu, aku ingin melihatmu bahagia dan sehat
kembali” gumam Dhika. “ku mohon bertahanlah, dan kembalilah padaku. Sayang”
tambah Dhika tersenyum sebelum akhirnya Dhikapun menutup matanya.
2
jam sudah dilakukan operasi pencangkokan ginjal Dhika ke Thalita. Kini Thalita
sudah di pindahkan ke ruang ICU begitu juga dengan Dhika. Dhika mengerjapkan
matanya berkali-kali. Aroma menyengat khas rumah sakit memenuhi indra penciuman
Dhika. Perlahan Dhika membuka matanya dan menatap langit-langit ruangan rumah
sakit. Pandangannya mulai menyisir kesemua ruangan, di sofa yang ada diruangan
itu. Terlihat Daniel, Okta dan Seno tengah tertidur dengan posisi duduk. Dhika
berusaha bangun walau perutnya terasa sangat sakit. Dhika hendak melepas
infusan di tangannya tetapi ditahan oleh Okta. “mau ngapain loe?” Tanya Okta
yang ntah sejak kapan sudah di sisi brangkar Dhika.
“gue
mau liat Thalita” ujar Dhika datar.
“ck,
loe belum pulih Dhika. loe gak bisa kemana-mana” ujar Okta
“biarin
gue pergi, gator” ujar Dhika membuat Okta kesal. Akhirnya setelah berdebat
panjang, Okta menuruti keinginan Dhika dan membawanya menuju ruang ICU. Dhika
memasuki ruang ICU dengan menggunakan baju steril dari rumah sakit. Dhika masih
duduk diatas kursi roda karena tubuhnya yang masih terasa lemah. Dhika memegang
tangan Thalita dan menciumnya.
“pagi
sayang, bagaimana kabar kamu hari ini? Apa perutmu masih sakit? Aku berharap
sakitnya sudah hilang” ujar Dhika membelai kepala Lita. “cepatlah bangun, aku
ingin sekali melihat mata indahmu. Aku ingin menceritakan banyak hal padamu,
dan pastinya aku ingin meminta maaf dan mengatakan kalau aku sangat
mencintaimu. Buka lah matamu, Lita” ujar Dhika menatap Thallita yang tidak
meresponnya sama sekali. “ku mohon jangan seperti ini, aku rela melakukan
apapun asal kamu bisa membuka mata. Aku janji tidak akan pernah meninggalkanmu
lagi. Aku janji akan selalu di sampingmu dan percaya padamu, ku mohon bukalah
matamu Lita sayang” ujar Dhika mencium tangan Lita.
Sudah
satu minggu berlalu, Dhika sudah tidak dirawat lagi di rumah sakit dan Thalita
masih belum sadarkan diri. Setiap hari
Dhika tidak pernah beranjak meninggalkan Thalita sendiri. Dhika bahkan sudah
jarang sekali ke kampus. Kesehariannya dia habiskan untuk menemani Lita di
rumah sakit. Walau belum ada kemajuan dalam kondisi Lita, tetapi Dhika tidak
menyerah dan terus mengajak Thalita untuk berbicara. Beberapa teman brotherhood
sudah sering membujuk Dhika untuk pulang dan beristirahat bahkan Pram dan
Natasyapun menyuruhnya untuk beristirahat. Tetapi Dhika tidak mau, Dhika tidak
ingin meninggalkan Lita sedetikpun.
Hingga
hari ini, Dhika terpaksa harus pergi ke kampus karena ada tugas yang penting
yang tidak bisa dia wakilkan mengumpulkannya. Dhika sudah menghubungi Serli
untuk datang ke rumah sakit. Tak lama Serli datang memasuki ruangan Lita dengan
memakai kemeja berwarna biru tosca dan celana jeans hitamnya di padu dengan
sepatu kets birunya. Tas selendang menggantung di tubuh Serli. “aku hanya pergi
sebentar untuk mengumpulkan tugas” ujar Dhika saat Serli datang.
“iya
kak, kakak tenang saja. Aku sudah selesai kuliah kok, jadi aku bisa seharian
menemani Lita disini” ujar Serli duduk di sofa sedangkan Dhika masih
membereskan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya.
“kalau
ada apa-apa langsung hubungi aku yah ser” ujar Dhika
“iya
kak” jawab Serli
“oh
iya Daniel tidak bersamamu?” Tanya Dhika
“tidak
kak, kita kan sudah putus. Jadi buat apa masih bersama” ujar Serli santai
membuat Dhika mengangguk paham.
“baiklah
ser, aku pergi yah. Inget kalau ada apa-apa langsung menghubungiku” ujar Dhika
membuat Serli mengangguk. Dhika sebenarnya merasa berat hati meninggalkan Lita,
ntah kenapa dirinya merasakan firasat buruk. “ada apa kak?” Tanya Serli heran
karena melihat Dhika masih mematung di tempatnya.
“tidak
apa-apa, aku pergi” Dhikapun berlalu pergi meninggalkan ruangan Lita dan
tinggal Serli sendiri. Serli berjalan mendekati brangkar dan duduk di kursi
yang tadi dhika tempati. Suasana disana sangat hening dan hanya suara mesin
pendeteksi detak jantung yang berisik disana. Serli keluar ruangan menuju
cafetaria untuk membeli makanan yang berada di lantai dasar. Serli memesan nasi
rames disana untuk dia makan. Saat masih menunggu pesanannya, tiba-tiba saja
suara nyaring dan bising menggema di rumah sakit itu. Beberapa orang diluar
cafetaria terlihat berlarian resah. ‘ada apa yah’ batin Serli dan menatap
sekeliling yang terlihat orang-orang berlarian keluar.
“kebakaran,,
kebakaran,,,,”
Teriakan
beberapa orang membuat Serli terpekik kaget dan tanpa pikir panjang berlari
menuju lobby dan terlihat orang berhamburan keluar rumah sakit. “thalita” gumam
Serli dan berlari menuju lift. Berkali-kali Serli menekan lift tetapi tidak
terbuka. karena resah, Serli berlari menuju tangga darurat. Dan berlari menaiki
tangga menuju ruangan Lita yang berada di lantai 8. “semoga Lita baik-baik
saja” gumam serli terus berlari. Serli bertabrakan berkali-kali dengan
orang-orang yang berlarian menuruni tangga sambil berteriak. Hanya Serli yang
arahnya menaiki tangga membuatnya berkali-kali ditabrak orang hingga terjatuh.
Hingga tak terasa Serli sudah sampai di lantai 6 dan sudah sepi tidak ada orang
disana. Serli melihat asap mengepul keluar dari pintu di lantai 7. “lita,, gue
harap loe baik-baik saja” gumam Serli kembali berlari. Hingga sampai di lantai
7, Serli tidak memperdulikan kakinya yang terasa pegal dan badannya yang penuh
keringat. Disana sudah ada api berkobar membuat Serli menghentikan langkahnya.
Tinggal satu lantai lagi menuju ruangan Lita dan Serli kebingungan bagaimana
melewati api itu. Api berkobar besar bersamaan dengan beberapa benda jatuh ke
sekitar Serli membuat Serli mundur dan terjatuh dari tangga.
“awwww”
Serli meringis karena terjatuh melewati
lima anak tangga. Serli kembali berdiri dan hpnya terus berdering.
Hingga seseorang keluar dari pintu darurat lantai 6 dan melihat ke arah Serli.
“kamu
sedang apa? ayo keluar” laki-laki itu menarik tangan Serli dan membawanya ke
bawah.
“lepasin,,
aku harus menolong sahabatku” teriak Serli mencoba melepaskan genggaman
laki-laki itu.
“diatas
sudah dilahap api, kamu tidak bisa naik. Bahaya” ujar laki-laki itu tetapi
Serli tidak perduli dan terus berontak. Karena kesal, lelaki itu langsung
memangku serli ke atas pundaknya.
“turunin
gue begooooo,,,, gue harus selametin temen gue” teriak Serli memukul punggung lelaki
itu tetapi lelaki itu tidak meresponnya dan terus berlari menuruni tangga
hingga mereka sampai diluar rumah sakit. Lelaki itu menurunkan Serli disana,
Serli sudah kelelahan karena sepanjang perjalanan terus berontak.
bugh
satu
tonjokan mendarat di wajah lelaki itu. Lelaki itu menatap geram ke arah Serli
karena menonjoknya. “gue bilang gue tidak butuh pertolongan loe!!! gue harus
nyelametin sahabat gue, idiot !!!” bentak Serli kesal setengah mati.
“dasar
cewek sinting !!! ditolongin bukannya terima kasih” bentak lelaki itu seraya
memegang hidungnya yang berdarah. Setelah mengucapkan itu, lelaki itu langsung
pergi meninggalkan Serli sendiri.
“serli,,,
lita mana?” Serli berbalik dan mendapati Dhika disana.
“kak
tolong, Lita masih di dalam” ucap Serli yang sudah menangis resah. Tanpa
menjawab Serli, Dhika langsung berlari
memasuki rumah sakit.
“Serli”
Serli menengok dan mendapati Daniel disana.
“Daniel,,Lita..
Lita masih di dalam” isak Serli
“lalu
Dhika? dimana dia?” Tanya Daniel
“kak
Dhika barusan masuk ke dalam” ujar Serli
“kamu
tunggu disini dan jangan kemana-mana” ucap Daniel membuat Serli mengangguk.
Daniel berlari memasuki rumah sakit.
Dhika
berlari menyusuri tangga darurat walau sudah terbakar sebagian, Dhika tetap
melewati api-api itu. “ku mohon Lita sadarlah dan selamatkan dirimu” gumam
Dhika terus berlari. Bayangan-bayangan negative memenuhi pikiran Dhika
membuatnya kalut dan terus berlari menaiki tangga yang sudah terbakar walau
sesekali dirinya terjatuh tetapi Dhika tidak memperdulikannya. Hingga sampai di
lantai 5, api di hadapan Dhika berkobar sangat besar membuat Dhika kebingungan
untuk melewatinya. Dhika mencoba menerobos di bagian yang apinya tidak terlalu
berkobar tetapi tangannya berhasil terluka.
“Aaarrggghhhh
!!!” Dhika meringis saat tangannya terluka cukup parah. Dhika melepas jaketnya
yang tangannya sudah terbakar sebagian.
“Dhika
!!!” panggilan seseorang menghentikan aksi Dhika yang ingin menerobos api di
hadapannya itu.
“Daniel”
Dhika menengok dan mendapati Daniel disana. “Daniel bantu gue melewati api ini”
ujar Dhika.
“mustahil
Dhika, loe lihat apinya berkobar besar. Loe akan terbakar kalau memaksakan diri
untuk melewatinya” ujar Daniel sudah terbatuk-batuk karena api dan asap yang
besar
“tapi
Lita masih disana, gue gak bisa diam saja !!” bentak Dhika dengan masih
berusaha mencari celah untuk menerobos api.
“aarrghhhh
!!!” Dhika meringis saat tangannya kembali terbakar. Daniel langsung menarik
Dhika untuk mundur.
“jangan
gila Dhika, ini tidak akan berhasil. Loe akan terbakar sebelum sampai di
ruangan Lita” ujar Daniel tetapi Dhika masih tetap ngotot dan mendorong tubuh
Daniel untuk menjauh. Dhika hendak menerobos api itu dengan keyakinan penuh.
Bugh
Dhika
tersungkur jatuh saat Daniel memukul tepat di tengkuknya membuat Dhika tak sadarkan
diri. “sorry, gue harus lakuin ini buat menghentikan loe” ujar Daniel memapah
Dhika dan membawanya turun. Serli menunggu dengan resah diluar rumah sakit,
hingga tak lama muncullah Daniel yang tengah memapah Dhika yang sudah tak
sadarkan diri. Beberapa perawat membawa tandu menghampiri Daniel dan
membaringkan Dhika disana. Serli berlari menghampiri Daniel. “kak Dhika kenapa?
Dan dimana Lita?” Tanya Serli membuat Daniel bingung harus menjawab apa.
“kami
tidak bisa mencapai ruangan Lita, api sudah berkobar besar disana” ujar Daniel
pasrah membuat Serli menutup mulutnya tak percaya.
“lalu
bagaimana Lita? bagaimana Lita, Daniel,, hikz” Serli memukuli dada Daniel
sambil menangis. Daniel hanya diam mematung dan melihat Dhika yang sudah dibawa
memasuki ambulance. Daniel memegang kedua tangan Serli untuk menghentikannya
memukul dada Daniel. “bagaimana dengan Lita, hah? Dia diatas sana dalam keadaan
koma” jerit Serli menangis histeris Daniel menengok dan menatap ke lantai 8
yang sudah terlahap kobaran api.
“pak,
masih ada pasien di ruang ICU” ujar Daniel ke salah seorang petugas pemadam
kebakaran.
“maaf
pak, tetapi semua yang disana tidak akan selamat. Api pertama kali berkobar
dari sana” jelas seorang pemadam kebakaran itu.
Duarrrrr
Ledakan
besar terjadi di lantai 8, yang merupakan ruangan Thalita. Api berkobar keluar
memecahkan jendela.
“LITAAAAAAAAA
!!!!!” teriak Serli hendak berlari memasuki rumah sakit tetapi Daniel
menahannya sekuat tenaga. Serli terus berontak di pelukan Daniel.
“litaaaaaaaaa…..” isak Serli sejadi-jadinya.
“tenang
ser, tenang” ucap Daniel masih menahan tubuh Serli yang terus berontak, bahkan
Daniel sampai mengangkat tubuh Serli. Daniel tidak berniat untuk membiarkan
Lita terbakar disana. Daniel ingin menyelamatkan Lita demi Serli dan Dhika tetapi
keadaannya tidak memungkinkan. Kobaran api yang sangat besar itu tidak mungkin
bisa dilewati. Sebelum mencapai Lita, Daniel atau Dhika akan terbakar di tangga
darurat.
“Litaaa,,,
jangan tinggalin gue…hikzzzz” Serli sudah lelah berontak dan sekarang menangis
histeris dipelukan Daniel.
“maafkan
aku, maafkan aku tidak bisa menyelamatkannya” gumam Daniel mencium puncak
kepala Serli yang menangis meraung-raung.
Dhika
mengerjapkan matanya berkali-kali. Kepalanya terasa sangat berat sekali. Dhika
mengingat kalau dirinya tengah memasuki rumah sakit untuk menolong Thalita.
Thalita…?!
Dhika
langsung membuka matanya dengan sempurna saat mengingat kejadian sebelumnya.
Dhika menatap sekeliling dan tau kalau dirinya tengah berada di ruang rumah
sakit. Dhika meringis saat menggerakkan tangan kirinya. Dilihatnya tangannya
terluka cukup parah. Dhika bangun dari tidurnya dan melepas infusan di
tangannya. Bersamaan dengan itu Daniel dan Serli masuk kedalam ruangan dengan
Serli yang terlihat sendu. “Dhika, loe sudah sadar” ujar Daniel mendekati Dhika
yang sudah menuruni brangkar.
“dimana
Lita? kenapa gue ada disini?” Tanya Dhika memborong
“Lita”
Daniel terdiam dan bingung harus menjawab apa.
“Thalita
tidak bisa diselamatkan” cicit Serli dengan tangisannya.
“APA???!!!”
bagai disambar petir disiang bolong, Dhika melotot sempurna mendengar penuturan
Serli.
“kenapa
gue bisa ada disini” Tanya Dhika dan kembali mengingat apa yang terjadi sambil
memijit kepalanya. Bayangan kejadian sebelumnya kembali terbayang di benak
Dhika.
“sialan
loe Daniel !!!!!”
Bugh
bugh
Dhika
langsung meninju wajah Daniel sampai Daniel tersungkur dilantai. “kenapa loe
lakuin ini?” Dhika mengamuk dan memukul Daniel bertubi-tubi.
“gue
ngelakuin ini buat nyelametin loe !!” bentak Daniel membalas memukul Dhika
hingga Dhika terdorong menabrak brangkar di belakangnya.
“gue
gak butuh pertolongan loe !!! Lita yang butuh pertolongan bukan gue, brengsek
!!!” bentak Dhika.
“loe
bisa hangus kalau tetap menerobos api itu !!!” bentak Daniel yang juga emosi.
“gue
gak perduli !!!!” bentak Dhika. Keduanya berkelahi dengan emosi yang memuncak.
Serli kelabakan memisahkan mereka berdua.
“cukup
!!!!” jerit Serli akhirnya sambil menangis. Dhika dan Daniel berhenti berkelahi
dan saling memancarkan tatapan tajam. Wajah keduanya sudah terlihat lebam-lebam
dan berdarah. Daniel berdarah di hidung dan sudut bibirnya, pipi sebelah
kirinya terlihat lebam. Sedangkan Dhika hanya lebam dan sobek di ujung bibir
sebelah kirinya. Dhika beranjak pergi keluar ruangan dan berlari menuju AMI Hospital.
Serli membantu mengobati luka Daniel sambil menangis.
Sesampainya
di tempat kejadian, terlihat sudah sepi. Api disanapun sudah padam, garis
kuning dari polisi mengelillingi rumah sakit yang masih kokoh berdiri walau
sudah terlihat hangus terbakar. Dhika beranjak memasuki rumah sakit, seorang
polisi datang menahan Dhika dan melarang Dhika masuk. Tetapi Dhika ngotot dan
memaksa masuk hingga akhirnya polisipun membiarkan Dhika masuk kedalam. Dhika
berlari menyusuri tangga darurat hingga sampai di lantai 8, Dhika berlari
menuju ruangan Lita. keadaan di lantai ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja.
Hampir semuanya hangus terbakar dan masih ada asap bekas kebakaran. Dhika
semakin khawatir dan berlari menuju ruangan Lita hingga sampai di sana.
Terlihat brangkarnya hancur dan berserakan dimana-mana seperti telah terjadi
ledakan. Tubuh Dhika merosot ke lantai menatap ruangan Lita.
“lita…”
gumam Dhika, matanya merah menahan air mata yang sudah menggantung. “tidak mungkin,,, TIDAK MUNGKIN !!!!!!”
teriak Dhika mengusap wajahnya dan menangis dalam diam. Dhika kembali berdiri dan berjalan mendekati
brangkar yang hancur. Ditatapnya setiap sesuatu yang gosong dan terbakar. Dhika
berharap tidak menemukan jasad Lita disini.
“kamu
tidak bisa meninggalkanku, Lita. Kamu tidak bisa pergi dariku” gumam Dhika, air
matanya sudah luruh membasahi pipi sambil menyingkirkan setiap barang-barang
yang terlihat menumpuk. “kumohon jangan
lakukan ini tuhan,, jangan ambil dia dariku” gumam Dhika beranjak keluar
ruangan Lita dan mencari tanda-tanda Thalita. Dhika berhenti berjalan saat
melihat sesuatu yang bersinar disudut lantai. Dhika berjalan mendekati benda
itu dan duduk rengkuh mengambil benda yang bersinar itu. Ternyata sebuah gelang
berlian yang cantik dengan sudut gantungannya berbentuk bulan sabit dan
bintang.
“ini
punya Lita” gumam Dhika dan pandangannya menatap kesebuah ventilasi yang
terbuka tutupnya. Dhika menatap ventilasi dan gelang milik Lita bergantian.
Dhika terkekeh ditengah tangisnya. “aku tau kamu tidak akan pernah
meninggalkanku seperti ini, Lita” gumam Dhika dengan senang. Karena penasaran,
Dhika memasuki ventilasi itu dengan posisi tiarap hingga dirinya terjun ke
bawah dan berguling di tanah tepat di
belakang rumah sakit. Dhika menatap sekelilingnya dan tersenyum senang.
“aku
tau kamu baik-baik saja” gumam Dhika dan beranjak menyusuri tempat disana
mencari Thalita tetapi hasilnya nihil tidak ada jejak Thalita sama sekali.
Dhika beranjak pergi menuju rumah tante Ratih berharap Lita ada disana. Dan
sesampainya disana hanya kosong tidak ada siapa-siapa. Dhika memasuki kamar
Thalita dan mencari Thalita disetiap sudut ruangan tetapi tidak
menemukannya. “kamu dimana sih, Lita”
gumam Dhika mengusap wajahnya dan terduduk di sisi ranjang milik Thalita.
Pandangan Dhika terpaku pada handycam yang berada di laci nakas dekat ranjang.
Diambilnya handycam itu.
“ini
milik Lita” gumam Dhika dan menyalakan handycam itu. Beberapa video yang
diambil Thalita ada disana, saat Lita bersama Dhika dan sahabat-sahabatnya.
Hingga Dhika menemukan file dengan tanggal beberapa hari yang lalu. Dhika
menekan file itu dan muncullah wajah Thalita yang terlihat sangat pucat tengah
tersenyum menatap layar.
“hai
semua,, siapapun yang menonton ini. Mungkin aku sudah tidak ada saat kalian
menonton video ini” Thalita tersenyum tetapi setetes air matanya mengalir
membasahi pipi. “aku tau kalian sudah sangat membenciku, bahkan muak denganku.
Aku sadar diri kok” ujar Thalita menghirup udara sebanyak-banyaknya. “aku tidak
tau harus berkata apa dan dari mana, tetapi satu hal yang ingin aku sampaikan
pada kalian. Aku sangat menyanyangi kalian semua” ujar Lita bergetar sambil
menangis. “Dan tolong sampaikan pesanku
untuk Dhika kalau aku sangat mencintainya, sangat !!!” thalita menangis
menundukkan kepalanya. Dhika ikut menangis melihat video itu. “Ingin sekali
rasanya aku mendatangi Dhika dan mengatakan kalau aku di fitnah. Aku tidak
pernah berselingkuh dengan kak Angga. Aku tidak pernah mengkhianatimu, Dhika. Aku sangat mencintaimu dan aku tidak
mungkin mengkhianati cintanya” isak Thalita.
“maafkan
aku karena aku tidak mempercayaimu” gumam Dhika.
“aku
begitu mencintainya sampai sekarangpun aku tidak bisa merelakan Dhika dengan
kak Natasya. Walau sudah berkali-kali Dhika menolakku, tapi perasaanku tak
pernah berubah sedikitpun. Aku tetap mengharapkan dan mencintainya. Aku akan
selalu menyimpan perasaan ini di dalam hatiku.Tolong beritahu aku, apa aku
berhak egois dan merebut Dhika lagi dari kakakku? Apa aku berhak egois saat
ini? Aku kesepian….hikzzz !!! aku takut,,, aku takut dengan semua ini, aku
takut dengan penyakit ini, aku takut menghadapi hidup ini… tolong aku, tolong
sampaikan ke Dhika kalau aku membutuhkannya sekarang, aku ingin memeluknya saat
ini juga…hikzzzzz.” isak Thalita membuat hati Dhika semakin teriris, penyesalan
dan rasa bersalah menyeruak di hati Dhika.
“tolong
aku, Dhika… aku takut !!! aku takut….hikzzzzzz” Thalita semakin terisak sambil
memeluk kedua lututnya sambil menyembunyikan wajahnya di sela-sela lututnya.
Video
berdurasi 3 menit itu selesai dan padam. Dhika menangis memeluk handycam itu.
“aku juga sangat mencintaimu, Lita. maafkan aku,, maafkan kebodohanku” gumam
Dhika menangis dalam diam.
Flashback
off
“sejak kejadian itu,
Dhika mengasingkan dirinya dan sibuk mencarimu sendirian Lita. Bahkan dia tidak
pernah mau mengangkat telpon dari anak-anak brotherhood terutama aku dan Angga.
Dia memusuhi kami” jelas Daniel.
Thalita
menatap kosong ke arah Daniel dengan air mata yang terus mengalir membasahi
pipi. Lita sungguh tidak menyangka dengan apa yang terjadi. “kak Dhika
menghukum dirinya sendiri, karena dia pikir semua ini karena kebodohannya. Dia
tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain selama 10 tahun ini. Dia
hanya menunggu dan menunggu loe, Lita. kami semua menganggap loe sudah
meninggal karena loe begitu saja menghilang bak di telan bumi. Hanya kak Dhika
yang yakin loe masih hidup dan akan kembali” ujar Serli
Tangan Thalita terulur menyentuh perut disisi
kanannya. Air matanya terus luruh membasahi pipi. ‘ginjal ini milik dhika’ batin Thalita.
Daniel dan serli terdiam menatap Thalita yang masih
syok. Serli dan daniel paham dengan apa yang Thalita alami. “kenapa Dhika
melakukan itu” gumam Lita.
“Dhika sangat mencintai
kamu, Lita. Dia rela melakukan apapun buat kamu, dia bahkan rela mengorbankan
nyawanya sendiri untuk keselamatan kamu” ujar Daniel
Aku
rela mati untukmu, sayang.
Ucapan Dhika yang saat itu Thalita anggap hanya
candaan, ternyata benar buktinya. Dhika mengorbarkan dirinya hanya untuk
keselamatan Thalita. Dan Thalita malah semakin menambah luka di hati Dhika.
“loe salah menilai kak
Dhika, gue juga awalnya marah dan kesal ke kak Dhika tapi setelah Daniel
menceritakan semuanya, gue merasa iba padanya. Kak Dhika tidak bersalah, dia
hanya dibohongi dan di tipu sahabatnya sendiri. loe salah menilai kak Dhika”
ujar Serli membuat Lita mengusap wajahnya frustasi. “kemana loe selama ini,
Lita? kenapa loe baru kembali setelah 10 tahun lamanya” Tanya Serli memegang
tangan Lita.
“gue,,” Thalita terdiam
sesaat, karena bingung harus menjawab apa.
Serli dan Daniel saling tatap melihat ekspresi Lita.
“gue di tolong oleh seseorang, gue bahkan di bantu untuk masuk ke salah
universitas di Austria. Ibunya Vino yang telah menolongku. Tetapi 2 tahun yang
lalu dia sudah meninggal dan memintaku untuk menikahi suaminya” Jelas Lita
menerawang ke arah lain.
“dan loe menikah dengan
suaminya itu?” Tanya Serli dan Lita menggelengkan kepalanya.
“kami sepakat untuk
mengurus Vino bersama-sama, tetapi masalah pernikahan kami akan menundanya
terlebih dahulu. Aku setuju saja dengan apa yang mas Farel katakan karena aku
juga masih memikirkan Dhika walau harapan itu hampa” jelas Lita.
“kalau begitu, kenapa
kamu kemarin mengatakan itu ke Dhika?” Tanya Daniel masih tidak paham.
“karena setengah tahun
yang lalu, mas Farel mengatakan akan menikahiku. Karena lambat laun Vino akan
menyadari kalau aku dan mas Farel bukan sepasang suami istri. Vino hanya
mengetahui akulah ibunya dan dia sering bertanya kenapa aku dan mas Farel
terlihat cuek dan tidak tidur bersama seperti pasangan ibu dan ayah lainnya.
Karena hal itu, mas Farel mengajakku menikah demi Vino dan kami akan berusaha
sama-sama membuka hati kami masing-masing” ujar Lita.
“dan loe bisa membuka
hati loe buat dia?” Tanya Serli
“loe tau jawabannya,
Ser. Gue merasa bodoh karena perasaan cinta gue ke Dhika tidak pernah hilang.
Tetapi di sisi lain, rasa sakit itu masih ada, kebencianku pada Dhika sama
besarnya dengan rasa cintaku padanya”
ujar Lita terkekeh ditengah tangisnya. ‘maaf
gue membohongi loe apa yang sebenarnya terjadi pada gue 10 tahun ini’ batin
Thalita
“kalau begitu kenapa
kamu kembali, Lita? apa alasan kamu kembali kesini dan menemui Dhika, sedangkan
kamu akan menikah dengan laki-laki lain” Tanya Daniel.
“aku tida tau kak, aku terus
menunda pernikahan ini sebelum aku kembali ke Indonesia. Aku tidak tau apa yang
aku inginkan, aku merasa sangat bahagia bisa bertemu Dhika lagi walau disisi
lain rasa sakit itu ikut muncul” ujar Lita menghela nafasnya. “tapi sekarang
aku sadar, aku tidak bisa memberikan harapan palsu lagi ke Dhika yang hanya
akan menimbulkan rasa sakit yang teramat” tambah Lita.
“tapi loe masih punya
kesempatan buat kembali lagi dengan kak Dhika” ujar Serli.
“tidak ser, bulan depan
gue akan melangsungkan pernikahan. Dan gue tidak bisa membuat Vino atau mas
Farel kecewa. Mereka sudah sangat banyak membantu gue selama ini” ujar Lita.
“mungkin gue dan Dhika tidak di takdirkan untuk bersama” ujar Thalita lirih.
Jauh dilubuk hatinya tidak menyetujui kesimpulannya itu. Daniel dan Serli
saling pandang dengan tatapan iba dan bingung.
“bundaaaaa” Vino datang
menghampiri Thalita bersama Verrel. Dengan segera Lita menghapus air matanya.
“hai sayang, sudah
selesai mainnya?” Tanya Lita membelai wajah blasteran Vino.
“sudah bunda, Vino
laper” ujar Vino.
“Verrel juga laper,
ndha” Verrel sudah duduk dipangkuan Daniel.
“kita makan yah,” ujar
Lita membelai kepala Vino. “Ser, kayaknya gue harus pergi sekarang” ujar Lita
memaksakan tersenyum
“kita harus ketemu
lagi, Tha” ujar Serli
“ini kartu nama gue,
hubungi gue yah. Dan kak Daniel terima kasih untuk semua penjelasannya,
setidaknya rasa sakit ini berkurang” Thalita tersenyum ke arah Daniel.
“ya Lita, aku lega bisa
menjelaskan kesalahpahaman ini. Dan senang bisa melihatmu lagi dalam keadaan
baik-baik saja” ujar Daniel tersenyum. Lita hendak beranjak tetapi Serli
menahan tangan Lita membuat Lita menatap ke arah Serli.
“gue mohon Lita,
pertimbangin lagi tentang kak Dhika. pikirkan lagi hubungan kalian, gue tau loe
masih sangat mencintainya” ujar Serli membuat Lita terdiam.
“bunda ayooo” Vino
menyadarkan lamunan Thalita dan Lita hanya tersenyum kecil kepada Serli. Mereka
akhirnya berpisah dengan tujuan masing-masing. Serli dan Daniel menatap
kepergian Thalita dengan ekspresi iba.
“aku berharap, Lita mau
kembali menerima kak Dhika” gumam Serli
“iya bunda, ayah juga berharap seperti itu. Ayah
ingin melihat Dhika bahagia” ujar Daniel.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar