Jumat, 02 Agustus 2019



TROUBLE WITH DEVIL


Prolog
5 tahun lalu,  keluarga Tiffany di hancurkan dan di bunuh habis oleh salah satu kelompok mafia di Boston. Tiffany harus kehilangan segalanya,  perusahaan milik Ayahnya dan kematian kedua orangtuanya juga Kakaknya yang tidak jelas apa masih hidup atau meninggal. Saat pembantian seluruh keluarganya terjadi,  Ibu Tiffany menyembunyikan Tiffany di lift kecil tempat pembuangan sampah yang ada di rumahnya. Saat itu usianya masih 13tahun dan ia harus menyaksikan pertumpahan darah di sana.
Kejadian naas itu masih menghantui Tiffany hingga saat ini. Kini gadis cantik berdarah campuran tiongkok ini sudah menjalani kehidupan normal. Dengan berbekal uang dan perhiasan yang ternyata telah di persiapan oleh Ibu nya di dalam tas kecil Micky miliknya. Tiffany dapat menyelesaikan study nya. Dan ini dia telah lulus dan memilih bekerja di sebuah kedai coffee sebagai penjaga toko. Selain itu,  ia juga bekerja paruh waktu sebagai penyanyi restaurant di salah satu restaurant yang ada di sana.
Awalnya kehidupan Tiffany begitu tenang,  hingga takdir mempertemukannya dengan seorang Devil dari CIA,  Marvin. Sang pembunuh berdarah dingin.
Tiffany harus terikat dan terkurung dalam kungkungan sang Devil karena sebuah accident.
***

Bagian 1
Malam semakin larut dan udara tampak terasa begitu dingin. Tiffany mengeratkan pelukan kedua tangannya pada dirinya sendiri. Ia berjalan melewati jalanan di Boston,  malam ini ia bisa pulang cepat dari restaurant tempatnya bernyanyi karena suatu acara yang membuatnya bisa pulang. Tiffany tak sabar ingin segera sampai ke rumah loteng sepetaknya yang sudah ia tinggai selama lima tahun ini.
Langkah Tiffany terhenti saat ia mendengar jeritan dari seorang wanita. Ia merasa terusik dengan jeritan itu dan ia menoleh kanan kiri untuk mencari sumber suara. Hingga tatapannya tertuju pada sosok pria tinggi dengan mantel hitam tengah membopong seorang wanita yang menjerit ketakutan.
Tiffany merasa khawatir dan ia merasa harus menolong wanita itu. Tanpa pikir panjang,  dengan tubuhnya yang kecil Tiffany berusaha mendorong tubuh pria itu. Karena tak menyangka akan di dorong oleh seseorang,  tubuh pria itu sedikit terdorong ke depan dan berbalik melihat siapa yang mengganggu nya.
Tubuh Tiffany langsung bergetar saat tatapan tajam penuh ancaman itu bersiborok dengan matanya. "Ternyata gadis kecil,  apa maumu?" gertak pria itu yang ternyata begitu tampan nan mempesona.
"Le-lepaskan wanita itu!" seru Tiffany penuh penekanan.
"Kalau aku katakan tidak,  kau mau apa?" serunya dengan nada mengejek.
"Aku akan-" tanpa di sangka-sangka Tiffany menendang keras bagian vital pria itu hingga membungkuk dan menggigit leher pria itu hingga berdarah dan wanita tadi terlepas.
"Lari!" teriak Tiffany dan tanpa kata kedua wanita itu berlari menjauhi pria yang tampak kesakitan di dekat mobilnya.
"Shittt!" Umpat pria itu menatap tajam punggung Tiffany.
"Marvin! Kau tidak apa-apa?" tanya Tom yang baru saja datang dan sedikit iba dengan kondisi kaptennya itu.
"Apa yang kau lihat? Jangan mentertawakanku! Jalang itu kabur,  dia kunci kita!" amuk Marvin yang merasa harga dirinya jatuh karena seorang gadis kecil.
"Ah,  baiklah," ucap Tom beranjak pergi dengan anak buahnya setelah meyakinkan Marvin sudah sedikit membaik.
"Gadis itu,  aku akan segera mendapatkannya dan tak akan pernah melepaskannya!" gumam Marvin dengan kilatan tajam.
Tiffany berpisah dengan wanita tadi yang entah pergi kemana,  tetapi ia sedikit beruntung saat ia berhasil mencapai halte bus dan bisa naik bus menuju rumahnya.
"Tadi,  apa yang sudah aku lakukan? Ya Tuhan!" gumamya berusaha mengatur nafasnya yang terengah.
***
                Tiffany sampai di rumah dusun kecil yang ia sewa. Ia masih mengatur nafasnya yang terengah. Bagaimana bisa dengan berani ia memukul pria tadi. Dan siapa mereka, kenapa mereka berniat menculik wanita itu?
                Tiffany melepaskan mantel beserta syal yang ia gunakan dan menyimpannya di atas sofa  Ia berjalan ke meja kecil dan menuangkan air ke dalam gelas sebelum akhirnya meneguknya hingga tandas. Ia masih membayangkan wajah pria tadi yang sangat menyeramkan.
                Wajahnya memang tampan, bahkan begitu tampan, tetapi raut wajahnya yang dingin dan keras membuat Tiffany ketakutan.
                “Aku berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan pria itu,” gumamnya mengambil duduk di sisi meja.
***
                “So, apa kalian gagal?” tanya James saat melihat kedatangan Marvin dan Tom dengan ekspresi muram.
                “Ya, seorang mangsa dan berjenis kelamin perempuan berhasil lepas dari cengkraman seorang Marvin,” kekeh Tom dan ikut duduk di sofa lain yang berhadapan dengan James. Ia menuangkan minuman ke dalam gelas berkaki dan mulai menyesapnya.
                Marvin mengambil duduk di sofa single dengan wajah yang begitu muram dan dingin.
                “Aku sudah menyebar anak buahku untuk mengejar jalang itu,” ucap Marvin.
                Mereka sedang berada di salah satu Club milik Marvin. Di sana juga ada James, Jerry dan Raymond.
                “Lalu dengan wanita kecil yang berhasil melumpuhkan keperkasaanmu bagaimana?” goda Tom.
                “What?” seru Raymond sangat kaget mendengarnya membuat Marvin melotot penuh peringatan pada Tom yang hanya di balas dengan kerlingan penuh candaan olehnya.
                “Bagaimana maksudnya? Apa sang Kapten telah menemukan lawannya yang seimbang?” tanya Jerry.
                “Begitulah, gadis kecil yang lincah,” kekeh Tom.
                Gadis mungil itu tak akan pernah aku lepaskan! Batin Marvin penuh tekad.
                “Apa ada kabar dari Vallen dan Ethan?” tanya Marvin mengalihkan pembicaraan.
                “Belum,” jawab James dengan santainya.
***
                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar