TROUBLE WITH DEVIL
Prolog
5 tahun
lalu, keluarga Tiffany di hancurkan dan
di bunuh habis oleh salah satu kelompok mafia di Boston. Tiffany harus
kehilangan segalanya, perusahaan milik
Ayahnya dan kematian kedua orangtuanya juga Kakaknya yang tidak jelas apa masih
hidup atau meninggal. Saat pembantian seluruh keluarganya terjadi, Ibu Tiffany menyembunyikan Tiffany di lift
kecil tempat pembuangan sampah yang ada di rumahnya. Saat itu usianya masih
13tahun dan ia harus menyaksikan pertumpahan darah di sana.
Kejadian naas
itu masih menghantui Tiffany hingga saat ini. Kini gadis cantik berdarah
campuran tiongkok ini sudah menjalani kehidupan normal. Dengan berbekal uang
dan perhiasan yang ternyata telah di persiapan oleh Ibu nya di dalam tas kecil
Micky miliknya. Tiffany dapat menyelesaikan study nya. Dan ini dia telah lulus
dan memilih bekerja di sebuah kedai coffee sebagai penjaga toko. Selain
itu, ia juga bekerja paruh waktu sebagai
penyanyi restaurant di salah satu restaurant yang ada di sana.
Awalnya
kehidupan Tiffany begitu tenang, hingga
takdir mempertemukannya dengan seorang Devil dari CIA, Marvin. Sang pembunuh berdarah dingin.
Tiffany harus
terikat dan terkurung dalam kungkungan sang Devil karena sebuah accident.
***
Bagian 1
Malam semakin
larut dan udara tampak terasa
begitu dingin. Tiffany mengeratkan pelukan kedua tangannya pada dirinya
sendiri. Ia berjalan melewati jalanan di Boston, malam ini ia bisa pulang cepat dari
restaurant tempatnya bernyanyi karena suatu acara yang membuatnya bisa pulang.
Tiffany tak sabar ingin segera sampai ke rumah loteng sepetaknya yang sudah ia
tinggai selama lima tahun ini.
Langkah Tiffany terhenti saat ia
mendengar jeritan dari seorang wanita. Ia merasa terusik dengan jeritan itu dan
ia menoleh kanan kiri untuk mencari sumber suara. Hingga tatapannya tertuju
pada sosok pria tinggi dengan mantel hitam tengah membopong seorang wanita yang
menjerit ketakutan.
Tiffany merasa khawatir dan ia
merasa harus menolong wanita itu. Tanpa pikir panjang, dengan tubuhnya yang kecil Tiffany berusaha
mendorong tubuh pria itu. Karena tak menyangka akan di dorong oleh
seseorang, tubuh pria itu sedikit
terdorong ke depan dan berbalik melihat siapa yang mengganggu nya.
Tubuh Tiffany langsung bergetar
saat tatapan tajam penuh ancaman itu bersiborok dengan matanya. "Ternyata
gadis kecil, apa maumu?" gertak
pria itu yang ternyata begitu tampan nan mempesona.
"Le-lepaskan wanita
itu!" seru Tiffany penuh penekanan.
"Kalau aku katakan
tidak, kau mau apa?" serunya dengan
nada mengejek.
"Aku akan-" tanpa di
sangka-sangka Tiffany menendang keras bagian vital pria itu hingga membungkuk
dan menggigit leher pria itu hingga berdarah dan wanita tadi terlepas.
"Lari!" teriak Tiffany
dan tanpa kata kedua wanita itu berlari menjauhi pria yang tampak kesakitan di
dekat mobilnya.
"Shittt!" Umpat pria
itu menatap tajam punggung Tiffany.
"Marvin! Kau tidak
apa-apa?" tanya Tom yang baru saja datang dan sedikit iba dengan kondisi
kaptennya itu.
"Apa yang kau lihat? Jangan
mentertawakanku! Jalang itu kabur, dia
kunci kita!" amuk Marvin yang merasa harga dirinya jatuh karena seorang
gadis kecil.
"Ah, baiklah," ucap Tom beranjak pergi dengan
anak buahnya setelah meyakinkan Marvin sudah sedikit membaik.
"Gadis itu, aku akan segera mendapatkannya dan tak akan
pernah melepaskannya!" gumam Marvin dengan kilatan tajam.
Tiffany berpisah dengan wanita
tadi yang entah pergi kemana, tetapi ia
sedikit beruntung saat ia berhasil mencapai halte bus dan bisa naik bus menuju rumahnya.
"Tadi, apa yang sudah aku lakukan? Ya Tuhan!"
gumamya berusaha mengatur nafasnya yang terengah.
***
Tiffany sampai di rumah dusun kecil yang
ia sewa. Ia masih mengatur nafasnya yang terengah. Bagaimana bisa dengan berani
ia memukul pria tadi. Dan siapa mereka, kenapa mereka berniat menculik wanita
itu?
Tiffany melepaskan
mantel beserta syal yang ia gunakan dan menyimpannya di atas sofa Ia berjalan ke meja kecil dan menuangkan air
ke dalam gelas sebelum akhirnya meneguknya hingga tandas. Ia masih membayangkan
wajah pria tadi yang sangat menyeramkan.
Wajahnya memang
tampan, bahkan begitu tampan, tetapi raut wajahnya yang dingin dan keras
membuat Tiffany ketakutan.
“Aku berharap tidak
akan pernah bertemu lagi dengan pria itu,” gumamnya mengambil duduk di sisi
meja.
***
“So, apa kalian
gagal?” tanya James saat melihat kedatangan Marvin dan Tom dengan ekspresi
muram.
“Ya, seorang mangsa
dan berjenis kelamin perempuan berhasil lepas dari cengkraman seorang Marvin,”
kekeh Tom dan ikut duduk di sofa lain yang berhadapan dengan James. Ia
menuangkan minuman ke dalam gelas berkaki dan mulai menyesapnya.
Marvin mengambil duduk
di sofa single dengan wajah yang begitu muram dan dingin.
“Aku sudah menyebar
anak buahku untuk mengejar jalang itu,” ucap Marvin.
Mereka sedang berada
di salah satu Club milik Marvin. Di sana juga ada James, Jerry dan Raymond.
“Lalu dengan wanita
kecil yang berhasil melumpuhkan keperkasaanmu bagaimana?” goda Tom.
“What?” seru Raymond
sangat kaget mendengarnya membuat Marvin melotot penuh peringatan pada Tom yang
hanya di balas dengan kerlingan penuh candaan olehnya.
“Bagaimana maksudnya?
Apa sang Kapten telah menemukan lawannya yang seimbang?” tanya Jerry.
“Begitulah, gadis
kecil yang lincah,” kekeh Tom.
Gadis mungil itu tak akan pernah aku lepaskan! Batin Marvin penuh
tekad.
“Apa ada kabar dari
Vallen dan Ethan?” tanya Marvin mengalihkan pembicaraan.
“Belum,” jawab James
dengan santainya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar