Jumat, 02 Agustus 2019

ISTRI BAYARAN


Prolog
            “Sah!”
            Aku menghelas nafas lega saat ucapan sakral itu terlontar. Aku menoleh ke arah pria di sampingku yang duduk dengan tenang dan tatapan lurus ke depan. Entah apa yang dia rasakan saat ini.
            Kami menikah bukan karena sebuah ikatan cinta dan kasih. Kami menikah karena sebuah kesepakatan, sebuah perjanjian yang di setujui oleh kami berdua. Bisa di bilang ini adalah sebuah keterpaksaan.
            Tetapi inilah dan di sinilah kisahku di mulai. Kisahku bersama dengan seorang pria yang sudah pernah menikah sebelumnya. Seorang pria yang dulu pernah menjadi teman satu SMAku. Seorang pria yang dulu pernah aku sukai dalam diam. Seorang pria yang pernah mengambil first kissku. Ya dialah pria itu,,
            Setelah sekian lama berpisah, kini kami harus bersama dalam sebuah ikatan pernikahan tanpa ada cinta.
            Yah, Tanpa Cinta....

Chapter 1
            “Sah!”
            Aku menghelas nafas lega saat ucapan sakral itu terlontar. Aku menoleh ke arah pria di sampingku yang duduk dengan tenang dan tatapan lurus ke depan. Entah apa yang dia rasakan saat ini.
            Kami menikah bukan karena sebuah ikatan cinta dan kasih. Kami menikah karena sebuah kesepakatan, sebuah perjanjian yang di setujui oleh kami berdua. Bisa di bilang ini adalah sebuah keterpaksaan.
            Tetapi inilah dan di sinilah kisahku di mulai. Kisahku bersama dengan seorang pria yang sudah pernah menikah sebelumnya. Seorang pria yang dulu pernah menjadi teman satu  SMAku. Seorang pria yang dulu pernah aku sukai dalam diam. Seorang pria yang pernah mengambil first kissku. Ya dialah pria itu,,
            Setelah sekian lama berpisah, kini kami harus bersama dalam sebuah ikatan pernikahan tanpa ada cinta.
            Yah, Tanpa Cinta....
            Aku Violeta Andriani, aku gadis kelahiran Jakarta 24 tahun lalu. Saat ini, namaku berubah menjadi Violeta Prasatyo, karena detik inipun aku sudah sah menjadi seorang istri dari Randy Prasatyo.
            Aku tersadar saat sesuatu yang keras dan dingin menyentuh jariku, aku menoleh ke arah tanganku yang ternyata tengah di sematkan sebuah cincin berlian indah oleh suamiku. Aku menoleh padanya yang juga tengah menatap ke arahku. Aku segera mengambil cincin lainnya untuk di sematkan ke jari manisnya. Setelahnya aku mencium tangannya dan dia mengecup keningku dengan begitu khidmat.
            Acara demi acarapun berlangsung dengan khidmat. Hingga malam menjelang, sekarang aku dan dia pulang ke rumah miliknya, bukan hotel ataupun rumah orangtuanya atau aku, melainkan rumahnya. Rumah yang dulu ia tempati bersama mantan istrinya.
            “Kamar utama ada di ujung ruangan di lantai dua, kamu masuklah lebih dulu.” Aku menoleh padanya saat mendengar ucapannya itu. Akupun mengangguk lirih dan beranjak memasuki kamar yang ia tunjukkan.
            Sesampainya di kamar berwarna putih abu yang begitu luas itu, aku berjalan lebih dalam lagi dan menatap sekeliling ruangan. Jangan pikirkan kalau kamarnya di sulap jadi seromantis mungkin, dengan tebaran kelopak bunga mawar, anggur, lilin atau sejenisnya. karena kamar ini begitu bersih, bersih tanpa ada noda sedikitpun. Apalagi tak banyak furniture yang ada di sini, hanya ranjang king size dengan kepala ranjangnya ukiran naga. Lalu meja rias, meja sudut, sofa dan juga pemandangan indah yang mampu di lihat dari jendela kaca yang juga memiliki pintu penghubung ke balkon kamar yang tak terlalu luas. di sudut kanan ranjang, hampir dekat dengat sofa panjang dan juga TV LED ada pintu berwarna putih, aku yakin itu adalah kamar mandi.
            Melihat pintu kamar mandi itu, aku merasa ada panggilan alam yang memintaku untuk segera masuk ke sana dan membasuh tubuhku yang terasa ringkih dan lelah ini. Aku berjalan mendekati pintu itu, dan menekan knop pintu. Kamar mandi ini terdominasi dengan warna gold yang begitu indah hingga seperti emas yang menempel di setiap dinding kamar mandi. Kamar mandinya begitu luas, dengan sebuah jazzuci besar berada di sudut ruangan tepat di dekat ruangan shower. Aku berdiri di depan cermin besar di depan wastafel yang juga memiliki mangkuk besar berwarna gold. Tepat di belakangku ada sebuah ruangan tanpa pintu, hanya tirai tipis yang menutupinya. Aku yakin itu adalah walk in closet. Randy tadi sudah bilang kalau pakaianku sudah ada di dalam sana dan tinggal menggunakannya.
            Aku masih tidak bisa menyangka kalau sekarang aku sudah menikah dengan Randy Prasatyo, teman sekelasku dulu waktu SMA. Walau usia kami terpaut satu tahun, karena Randy berusia 25 tahun saat ini. Aku masih tak percaya akan kenyataan ini, Randy adalah siswa terpopuler di sekola kami saat itu, banyak sekali wanita yang menginginkan menjadi kekasihnya. Berbeda denganku, aku hanya seorang siswi dari anggota OSIS yang tak begitu terkenal. Walau kami sekelas, tetapi hubungan kami tak dekat dan saling tegur sapa. Dia terlalu sibuk dengan kepopulerannya hingga tak mampu melihatku. Dia juga pria yang dulu mencuri ciuman pertamaku. Itu kejadian yang membuatku sakit hati sekaligus bahagia. Karena aku tak memungkiri kalau aku memang menyukainya sama seperti gadis-gadis lain. Tetapi aku lebih senang memendamnya daripada mengumbarnya seperti wanita lain.
            Saat itu aku mendapat tugas untuk membersihkan ruangan OSIS, dan saat aku keluar ruangan tiba-tiba saja seseorang menarik tubuhku dan mencium bibirku. Aku yang berusaha mengumpulkan kesadaranku langsung mendorong tubuh pria itu yang tak lain adalah Randy. Aku melotot ke arahnya yang terlihat mengusap bibirnya dengan senyuman mengerikannya. Dia bilang ke temannya kalau dia memenangkan taruhan itu, dengan mencium seorang anggota OSIS. Mendengar itu semua aku ingin sekali marah, tetapi aku tak mampu melakukan apapun. Dia pergi begitu saja dengan membisikan kata menjijikan. Dan dari sejak saat itu aku memutuskan akan melupakannya dan tak akan pernah mengakui kalau aku pernah menyukai pria sombong itu.
            6 tahun aku tidak pernah bertemu dengannya, 6 tahun juga aku tak pernah mendengar kabar darinya. Aku sibuk dengan kuliahku dan Faisal, mantan kekasihku sebelum akhirnya aku bertemu kembali dengan Randy.
            “Violet,”
            Panggilan itu menyadarkanku dari semua kenangan yang telah berlalu. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali dan menatap pantulan diriku di depan cermin besar di hadapan itu. Wajahku terlihat cantik dan begitu pangling, karena riasan itu. Aku mengangkat kedua tanganku untuk menggapai zipper yang ada di belakang gaun putih yang ku kenakan, tetapi gerakanku terhenti saat pintu di buka begitu saja membuatku terlonjak kaget.
            “Ran, em- ada apa?” tanyaku saat Randy berdiri di ambang pintu menatapku dengan intens.
            “Cepatlah membersihkan dirinya, ada yang ingin aku bicarakan.” Setelah mengatakan itu, iapun berlalu pergi meninggalkanku sendiri.
            Aku segera mengunci pintu kamar mandi setelahnya aku membersihkan diriku di bawah guyuran shower.
            30 menit sudah aku menyelesaikan ritual mandi dan memakai gaun tidur yang menutupi seluruh tubuhku. Syukurlah ada banyak pilihan pakaian yang memang layak di gunakan, aku tidak ingin memakai gaun tipis atau lingerie di depan Randy. Aku melangkahkan kakiku keluar kamar mandi, dan langsung di sambut oleh tatapan tajam milik Randy yang duduk dengan angkuh di sofa yang berada tepat di depan pintu kamar mandi.
            “Duduklah,” ucapnya dengan nada perintah membuatku mau tak mau berjalan ke arah sofa yang ada di sebelah kirinya dan duduk di sana dengan berusaha menampilkan wajah datarnya.
            “Aku ingin membahas mengenai pernikahan ini. Kamu tau bukan, kalau aku menikahimu karena aku terpuruk di gugat cerai oleh istri pertamaku.” Aku menganggukkan kepalaku menyetujui perkataannya. “Dan kau juga yang gagal menikah dengan kekasihmu, yang kau pacari 5 tahun ini.” Mendengar ucapannya entah kenapa seperti di siram air keras tepat di hatiku.
            Faisal....
            Dia mundur begitu saja saat acara pernikahan kami sudah berada di depan mata, sebulan lagi kami menikah dan dia tiba-tiba saja mundur dengan alasan belum siap. Yah, keluargaku murka, dan bukan hanya itu akupun terpuruk. Apalagi Faisal mendadak hilang begitu saja, keluarganya pun malah meminta maaf dan tak bisa membantu apapun. Aku menyerah dan putus asa, hatiku hancur berkeping-keping hingga aku bertemu kembali dengan Randy. Dan sialnya Randy menawarkan kesepakatan yang sangat konyol dan gila, dan lebih gila lagi karena aku menyetujuinya.
            “Ini adalah surat kontrak pernikahan kita,” ucapnya membuatku menoleh padanya dan menatap ke arah kertas yang ada di hadapannya.
            “Apa yang kau harapkan dariku?” tanyaku dengan nada dingin.
            “Anak!”
            Deg
            “Aku ingin kau memberiku seorang anak, setelah itu kita akan bercerai dan hak asuh anak akan jatuh kepadaku.”
            “What The Hell?”
            Aku memekik tanpa sadar. Apa maksud pria gila ini...
            “Kau tidak perlu kaget Violeta, aku akan menjamin segalanya, perekonomianmu dan keluargamu. Aku akan terus menjaminnya seumur hidupmu dengan syarat kau tidak akan pernah muncul di hadapanku dan anakku suatu saat nanti. Aku ingin anakku mengenal Soraya sebagai Ibunya.”
            “Soraya?”
            “Yah, setelah menceraikanmu. Aku akan menikah kembali dengan Soraya,” ucapnya tanpa ekspresi.
            “Kau begitu serakah Randy! Kau pikir hartamu bisa membayar harga seorang Bayi?” tanyaku dengan sinis. “Aku memang gila saat itu karena begitu saja menerima lamaranmu tanpa berpikir apa maksud dari lamaran mendadakmu itu, tetapi saat sekarang aku mengetahuinya seperti ini. Aku lebih baik tidak menikah sama sekali, dan berusaha menutupi semua kerugian yang di alami keluargaku tanpa bantuanmu!” aku mengatakannya dengan lantang dan menatap matanya dengan tajam.
            “Kalau kau ingin menikah lagi dan bercerai denganku, maka lakukan sekarang juga! Ayo kita bercerai sekarang juga, jangan pernah berharap aku akan memberimu seorang anak!”
            Aku menantangnya, walau aku tau tatapannya sudah menggelap menahan emosinya. Tetapi sungguh aku tidak perduli. Hanya wanita gila dan berhati iblis yang rela menjual anak kandungnya demi harta semata.
            “Kau tidak punya pilihan, Vi.” Dia mengatakannya dengan begitu tenang. “Karena aku tidak akan menceraikanmu sebelum kau hamil.”
            “Dan kalau kau menolak melayaniku, maka aku akan dengan senang hati memperkosa istriku sendiri!”
            Deg
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar