ISTRI BAYARAN
Prolog
“Sah!”
Aku
menghelas nafas lega saat ucapan sakral itu terlontar. Aku menoleh ke arah pria
di sampingku yang duduk dengan tenang dan tatapan lurus ke depan. Entah apa
yang dia rasakan saat ini.
Kami
menikah bukan karena sebuah ikatan cinta dan kasih. Kami menikah karena sebuah
kesepakatan, sebuah perjanjian yang di setujui oleh kami berdua. Bisa di bilang
ini adalah sebuah keterpaksaan.
Tetapi
inilah dan di sinilah kisahku di mulai. Kisahku bersama dengan seorang pria
yang sudah pernah menikah sebelumnya. Seorang pria yang dulu pernah menjadi
teman satu SMAku. Seorang pria yang dulu pernah aku sukai dalam diam. Seorang
pria yang pernah mengambil first kissku.
Ya dialah pria itu,,
Setelah
sekian lama berpisah, kini kami harus bersama dalam sebuah ikatan pernikahan
tanpa ada cinta.
Yah,
Tanpa Cinta....
Chapter 1
“Sah!”
Aku
menghelas nafas lega saat ucapan sakral itu terlontar. Aku menoleh ke arah pria
di sampingku yang duduk dengan tenang dan tatapan lurus ke depan. Entah apa
yang dia rasakan saat ini.
Kami
menikah bukan karena sebuah ikatan cinta dan kasih. Kami menikah karena sebuah
kesepakatan, sebuah perjanjian yang di setujui oleh kami berdua. Bisa di bilang
ini adalah sebuah keterpaksaan.
Tetapi
inilah dan di sinilah kisahku di mulai. Kisahku bersama dengan seorang pria
yang sudah pernah menikah sebelumnya. Seorang pria yang dulu pernah menjadi
teman satu SMAku. Seorang pria yang dulu
pernah aku sukai dalam diam. Seorang pria yang pernah mengambil first kissku. Ya dialah pria itu,,
Setelah
sekian lama berpisah, kini kami harus bersama dalam sebuah ikatan pernikahan
tanpa ada cinta.
Yah,
Tanpa Cinta....
Aku
Violeta Andriani, aku gadis kelahiran Jakarta 24 tahun lalu. Saat ini, namaku
berubah menjadi Violeta Prasatyo, karena detik inipun aku sudah sah menjadi
seorang istri dari Randy Prasatyo.
Aku
tersadar saat sesuatu yang keras dan dingin menyentuh jariku, aku menoleh ke
arah tanganku yang ternyata tengah di sematkan sebuah cincin berlian indah oleh
suamiku. Aku menoleh padanya yang juga tengah menatap ke arahku. Aku segera
mengambil cincin lainnya untuk di sematkan ke jari manisnya. Setelahnya aku
mencium tangannya dan dia mengecup keningku dengan begitu khidmat.
Acara
demi acarapun berlangsung dengan khidmat. Hingga malam menjelang, sekarang aku
dan dia pulang ke rumah miliknya, bukan hotel ataupun rumah orangtuanya atau
aku, melainkan rumahnya. Rumah yang dulu ia tempati bersama mantan istrinya.
“Kamar
utama ada di ujung ruangan di lantai dua, kamu masuklah lebih dulu.” Aku
menoleh padanya saat mendengar ucapannya itu. Akupun mengangguk lirih dan
beranjak memasuki kamar yang ia tunjukkan.
Sesampainya
di kamar berwarna putih abu yang begitu luas itu, aku berjalan lebih dalam lagi
dan menatap sekeliling ruangan. Jangan pikirkan kalau kamarnya di sulap jadi
seromantis mungkin, dengan tebaran kelopak bunga mawar, anggur, lilin atau
sejenisnya. karena kamar ini begitu bersih, bersih tanpa ada noda sedikitpun.
Apalagi tak banyak furniture yang ada di sini, hanya ranjang king size dengan
kepala ranjangnya ukiran naga. Lalu meja rias, meja sudut, sofa dan juga
pemandangan indah yang mampu di lihat dari jendela kaca yang juga memiliki
pintu penghubung ke balkon kamar yang tak terlalu luas. di sudut kanan ranjang,
hampir dekat dengat sofa panjang dan juga TV LED ada pintu berwarna putih, aku
yakin itu adalah kamar mandi.
Melihat
pintu kamar mandi itu, aku merasa ada panggilan alam yang memintaku untuk
segera masuk ke sana dan membasuh tubuhku yang terasa ringkih dan lelah ini.
Aku berjalan mendekati pintu itu, dan menekan knop pintu. Kamar mandi ini
terdominasi dengan warna gold yang begitu indah hingga seperti emas yang
menempel di setiap dinding kamar mandi. Kamar mandinya begitu luas, dengan
sebuah jazzuci besar berada di sudut ruangan tepat di dekat ruangan shower. Aku
berdiri di depan cermin besar di depan wastafel yang juga memiliki mangkuk
besar berwarna gold. Tepat di belakangku ada sebuah ruangan tanpa pintu, hanya
tirai tipis yang menutupinya. Aku yakin itu adalah walk in closet. Randy tadi
sudah bilang kalau pakaianku sudah ada di dalam sana dan tinggal
menggunakannya.
Aku
masih tidak bisa menyangka kalau sekarang aku sudah menikah dengan Randy
Prasatyo, teman sekelasku dulu waktu SMA. Walau usia kami terpaut satu tahun,
karena Randy berusia 25 tahun saat ini. Aku masih tak percaya akan kenyataan
ini, Randy adalah siswa terpopuler di sekola kami saat itu, banyak sekali
wanita yang menginginkan menjadi kekasihnya. Berbeda denganku, aku hanya
seorang siswi dari anggota OSIS yang tak begitu terkenal. Walau kami sekelas,
tetapi hubungan kami tak dekat dan saling tegur sapa. Dia terlalu sibuk dengan
kepopulerannya hingga tak mampu melihatku. Dia juga pria yang dulu mencuri
ciuman pertamaku. Itu kejadian yang membuatku sakit hati sekaligus bahagia.
Karena aku tak memungkiri kalau aku memang menyukainya sama seperti gadis-gadis
lain. Tetapi aku lebih senang memendamnya daripada mengumbarnya seperti wanita
lain.
Saat
itu aku mendapat tugas untuk membersihkan ruangan OSIS, dan saat aku keluar
ruangan tiba-tiba saja seseorang menarik tubuhku dan mencium bibirku. Aku yang
berusaha mengumpulkan kesadaranku langsung mendorong tubuh pria itu yang tak
lain adalah Randy. Aku melotot ke arahnya yang terlihat mengusap bibirnya
dengan senyuman mengerikannya. Dia bilang ke temannya kalau dia memenangkan
taruhan itu, dengan mencium seorang anggota OSIS. Mendengar itu semua aku ingin
sekali marah, tetapi aku tak mampu melakukan apapun. Dia pergi begitu saja
dengan membisikan kata menjijikan. Dan dari sejak saat itu aku memutuskan akan
melupakannya dan tak akan pernah mengakui kalau aku pernah menyukai pria
sombong itu.
6
tahun aku tidak pernah bertemu dengannya, 6 tahun juga aku tak pernah mendengar
kabar darinya. Aku sibuk dengan kuliahku dan Faisal, mantan kekasihku sebelum
akhirnya aku bertemu kembali dengan Randy.
“Violet,”
Panggilan
itu menyadarkanku dari semua kenangan yang telah berlalu. Aku mengerjapkan
mataku berkali-kali dan menatap pantulan diriku di depan cermin besar di
hadapan itu. Wajahku terlihat cantik dan begitu pangling, karena riasan itu. Aku
mengangkat kedua tanganku untuk menggapai zipper yang ada di belakang gaun
putih yang ku kenakan, tetapi gerakanku terhenti saat pintu di buka begitu saja
membuatku terlonjak kaget.
“Ran,
em- ada apa?” tanyaku saat Randy berdiri di ambang pintu menatapku dengan
intens.
“Cepatlah
membersihkan dirinya, ada yang ingin aku bicarakan.” Setelah mengatakan itu,
iapun berlalu pergi meninggalkanku sendiri.
Aku
segera mengunci pintu kamar mandi setelahnya aku membersihkan diriku di bawah
guyuran shower.
30
menit sudah aku menyelesaikan ritual mandi dan memakai gaun tidur yang menutupi
seluruh tubuhku. Syukurlah ada banyak pilihan pakaian yang memang layak di
gunakan, aku tidak ingin memakai gaun tipis atau lingerie di depan Randy. Aku
melangkahkan kakiku keluar kamar mandi, dan langsung di sambut oleh tatapan
tajam milik Randy yang duduk dengan angkuh di sofa yang berada tepat di depan
pintu kamar mandi.
“Duduklah,”
ucapnya dengan nada perintah membuatku mau tak mau berjalan ke arah sofa yang
ada di sebelah kirinya dan duduk di sana dengan berusaha menampilkan wajah
datarnya.
“Aku
ingin membahas mengenai pernikahan ini. Kamu tau bukan, kalau aku menikahimu
karena aku terpuruk di gugat cerai oleh istri pertamaku.” Aku menganggukkan
kepalaku menyetujui perkataannya. “Dan kau juga yang gagal menikah dengan
kekasihmu, yang kau pacari 5 tahun ini.” Mendengar ucapannya entah kenapa
seperti di siram air keras tepat di hatiku.
Faisal....
Dia
mundur begitu saja saat acara pernikahan kami sudah berada di depan mata,
sebulan lagi kami menikah dan dia tiba-tiba saja mundur dengan alasan belum
siap. Yah, keluargaku murka, dan bukan hanya itu akupun terpuruk. Apalagi
Faisal mendadak hilang begitu saja, keluarganya pun malah meminta maaf dan tak
bisa membantu apapun. Aku menyerah dan putus asa, hatiku hancur
berkeping-keping hingga aku bertemu kembali dengan Randy. Dan sialnya Randy
menawarkan kesepakatan yang sangat konyol dan gila, dan lebih gila lagi karena
aku menyetujuinya.
“Ini
adalah surat kontrak pernikahan kita,” ucapnya membuatku menoleh padanya dan
menatap ke arah kertas yang ada di hadapannya.
“Apa
yang kau harapkan dariku?” tanyaku dengan nada dingin.
“Anak!”
Deg
“Aku
ingin kau memberiku seorang anak, setelah itu kita akan bercerai dan hak asuh
anak akan jatuh kepadaku.”
“What
The Hell?”
Aku
memekik tanpa sadar. Apa maksud pria gila ini...
“Kau
tidak perlu kaget Violeta, aku akan menjamin segalanya, perekonomianmu dan
keluargamu. Aku akan terus menjaminnya seumur hidupmu dengan syarat kau tidak
akan pernah muncul di hadapanku dan anakku suatu saat nanti. Aku ingin anakku
mengenal Soraya sebagai Ibunya.”
“Soraya?”
“Yah,
setelah menceraikanmu. Aku akan menikah kembali dengan Soraya,” ucapnya tanpa
ekspresi.
“Kau
begitu serakah Randy! Kau pikir hartamu bisa membayar harga seorang Bayi?”
tanyaku dengan sinis. “Aku memang gila saat itu karena begitu saja menerima
lamaranmu tanpa berpikir apa maksud dari lamaran mendadakmu itu, tetapi saat
sekarang aku mengetahuinya seperti ini. Aku lebih baik tidak menikah sama
sekali, dan berusaha menutupi semua kerugian yang di alami keluargaku tanpa
bantuanmu!” aku mengatakannya dengan lantang dan menatap matanya dengan tajam.
“Kalau
kau ingin menikah lagi dan bercerai denganku, maka lakukan sekarang juga! Ayo
kita bercerai sekarang juga, jangan pernah berharap aku akan memberimu seorang
anak!”
Aku
menantangnya, walau aku tau tatapannya sudah menggelap menahan emosinya. Tetapi
sungguh aku tidak perduli. Hanya wanita gila dan berhati iblis yang rela
menjual anak kandungnya demi harta semata.
“Kau
tidak punya pilihan, Vi.” Dia mengatakannya dengan begitu tenang. “Karena aku
tidak akan menceraikanmu sebelum kau hamil.”
“Dan
kalau kau menolak melayaniku, maka aku akan dengan senang hati memperkosa
istriku sendiri!”
Deg
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar