Kamis, 01 Agustus 2019



STAY WITH ME Part 1



1

Masih Menunggunya

Pagi yang cerah dan sejuk di AMI hospital atau Rumah Sakit Adinata Medika International. Salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta bahkan di Indonesia. Rumah sakit milik keluarga Adinata, yang sudah masuk kriteria rumah sakit terbagus se ASIA.
Diparkiran khusus para dokter petinggi, baru saja terparkir sebuah mobil sport McLaren 650S berwarna putih tulang. Tak lama pemilik mobil itupun keluar, dengan menenteng tas kecil di tangan kanannya. Kemeja Biru dengan tangannya yang dilipat hingga siku dipadu dengan celana satin hitam yang sangat pas dengan tubuh pria jangkung itu. Pria dengan wajah khas blasterannya. Pria ini memiliki mata coklat tajam dengan bulu mata yang lentik. Membuat semua mata yang beradu dengan mata itu akan meleleh seketika. Tidak hanya itu, pria yang tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit itu juga memiliki hidung yang mancung dengan bibir tipis dan merah. Rahangnya yang kokoh dan tegas dipenuhi bulu-bulu halus dan tidak terlalu tebal, sangat kontras dengan kulit putih bersihnya. Sungguh sosok yang sangat sempurna dimata kaum hawa yang melihatnya.

"selamat pagi dokter Dhika"

Sapa beberapa suster dan perawat lainnya yang berpapasan dengan lelaki jangkung yang dipanggil dokter Dhika itu. Senyuman manis terukir dibibir seksinya, membuat beberapa suster dan perawat itu terpaku ditempat. Bahkan beberapa orang yang melewatinya dibuat speechlees dan menganga kagum. Ada juga yang sampai menabrak tong sampah, dinding rumah sakit bahkan pintu. Pria yang disapa dokter dhika itu terus berjalan memasuki lift, tanpa menghiraukan kegaduhan disekitarnya dan menekan tombol 9 untuk menuju ruangan miliknya.

Ting

Pintu lift terbuka dan memperlihatkan beberapa ruangan yang semua dindingnya adalah kaca. Pria itu berjalan menyusuri lorong dan masuk kesebuah ruangan yang diatas pintunya tertulis Manajer. Pria itu menyimpan tasnya diatas meja yang terdapat papa name tag yang terpajang manis diatas meja, bertulis Dr. Pradhika Reynand Adinata, Sp.BTKV,FECTS. Kepala dokter spesialis bedah thoraks dan kardiovaskuler. Dokter Pradhika yang biasa dipanggil dokter Dhika itu mulai menyalakan laptopnya dan memasukkan sebuah CD kedalam CD Room. Setelah itu munculah isi dari CD itu dilayar laptop bahkan di tiga computer yang ada di sudut kanan mejanya. Dhika berjalan ke depan meja panjang yang terdapat 3 layar computer itu. Data medis milik seorang pasien terpangpang jelas disana dari beberapa sudut organ yang bermasalahnya. Dhika terlihat mengamati dengan teliti setiap bagian dari organ pokok manusia itu.

"Severe Three Vessels Coronary Artery Disease" gumam Dhika dan terus mengamati 3 layar dihadapannya dengan bagian yang berbeda. # Severe Three Vessels Coronary Artery Disease (penyakit jantung koroner dengan sumbatan di 3 pembuluh darah koroner kantung). Dhika merogoh saku celana satinnya dan mengeluarkan handphone miliknya. Dhika terlihat mengotak ngatik handphonenya dan menempelkan handphone ke telinganya untuk menghubungi seseorang.

"halo Rez, tolong kumpulkan tim operasi 1 dan suruh ke ruangan saya, kita akan melakukan briefing sebelum menjalani operasi siang nanti" seru Dhika dan memutuskan kembali sambungan telponnya.  Dhika berjalan menuju patung yang berfungsi sebagai gantungan baju, disambarnya jas putih dengan name tag Dr. Pradhika Reynand Adinata, Dokter Spesialis bedah Jantung. Dipakainya jas itu, dan sedikit dirapihkannya. Kini terlihat jelas sosok dokter yang tampan nan rupawan. Selang beberapa saat, datanglah lima orang anak manusia memasuki ruangan milik dhika. Kelima orang anak manusia yang diantaranya tiga orang perempuan dan dua orang laki-laki itu berdiri di depan pintu ruangan yang sudah terbuka.

"permisi dokter" ujar seorang laki-laki berkaca mata itu. Di name tagnya tertera Dr. Reza Pramuda, Ahli Intensivis. Dhika  yang merupakan ketua tim operasi 1 tersebut.  Keempat orang yang memakai jas putih dan satu orang perempuan memakai pakaian suster, duduk disofa berwarna krem yang ada diruangan Dhika. Dhikapun ikut menyusul dan duduk disofa single berwarna senada. Sebelah kiri dan kanannya terdapat sofa double yang sudah ditempati para dokter dan suster itu. Dhika mulai membuka sebuah berkas yang ada dipegangannya.

"nama pasien Tn. Risman Hanurung. Dia mengidap penyakit jantung Severe Three Vessels Coronary Artery Disease" ucap Dhika santai sambil menutup berkas itu dan menyimpannya dimeja.

"apa kita perlu melakukan tindakan dengan melakukan pemasangan cincin, dokter?" Tanya seorang dokter wanita keturunan cina itu. Diname tagnya tertera Dr. Chaily Sugiwo. Dia bertugas sebagai Asisten Utama ketua tim operasi.       
"kita tidak bisa melakukan itu Dr. lly, saya sudah melihat hasil medisnya. Sumbatan yang terjadi dalam jantung pasien sangat banyak dan sangat mustahil kita bisa melakukan procedure itu" jelas Dhika.

"lalu apa yang harus kita lakukan, dokter?" Tanya seorang pria yang terlihat sudah matang. Dia adalah Dr. Khairul Judin,  dokter ahli paru-paru.
"Kita akan melakukan tindakan CABG atau Coronary Artery Bypass Grafting" Ujar Dhika membuat semua orang yang berada disana fokus memperhatikan. "dan saya berharap sangat besar bantuan dari anda Dr. Claudya Ananda Laurent" Tambah Dhika menatap wanita yang duduk disebelah kanannya. Wajah blasteran khas Spanyol-Indonesia melekat dalam dirinya, wanita yang memiliki mata biru terang dengan rambut pirangnya.

"saya akan berusaha semampu saya, dokter" jawab Claudya yang merupakan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler. Dan yang terakhir adalah suster handal bernama Meliana Dolna.

"baiklah, nanti siang kita akan melakukan operasi dengan system CABG. Dokter Reza, tolong persiapkan semuanya. Dan Dr. lly, tolong kamu periksa kondisi pasien saat ini" seru Dhika

"Baik dok" ucap kelima orang itu. Setelah berdoa bersama sebelum melakukan operasi, mereka semua akhirnya keluar dari ruangan Dhika, meninggalkan Dhika sendirian disana.

***
Semua persiapan untuk operasi sudah dilakukan. Dhika baru saja keluar dari ruang ganti dan mengganti pakaiannya dengan pakaian steril berwarna biru untuk operasi lengkap dengan penutup kepala, masker dan kaca mata pembesarnya. Dhika mulai mencuci kedua tangannya hingga bersih dan memasuki ruangan operasi. Pintu bergeser dengan sendirinya saat dhika memasuki ruang operasi itu, beberapa suster memasangkan pakaian steril ke tubuh dhika dan tidak lupa juga sarung tangan berwarna putih dipasangkan dikedua tangan dhika. Semua Tim operasi 1 sudah bersiap si posisinya masing-masing. Dhika berjalan kearah kanan pasien yang sudah tidak sadarkan diri.
"kalian semua siap?" Tanya Dhika mencoba menatap satu persatu mata rekan kerjanya itu. Dan semuanya mengangguk pasti. "Dr. Claudya, mari kita mulai" ujar Dhika

"baik, dok. Saya sudah menyuntikkan 2ml pentothal dan atracurium" jelas Claudya setelah menekan tombol mesin yang ada dihadapannya. "operasi sudah bisa dilakukan" tambah dr. Claudya

"baiklah, mari kita mulai" seru Dhika. "pisau bedah" ujar Dhika dan suster langsung memberikan pisau ketangan Dhika. Dhika mulai menggoreskan pisau bedah pada dada pasien.

"kanula" ujar Dhika dan suster yang berada disamping kanan Dhika segera menyerahkan alat itu kepada Dhika. "bor" tambah Dhika dan suster kembali menyerahkan alat itu kepada Dhika. Setelah dada terbuka dan menampakan organ yang ada di dalam dada manusia, dhika mulai melakukan pembukaan pada sumbatan pembuluh darah koroner sebelah kiri dan kanan. Setelah selesai, dhika mulai menjahitnya.

"potong" ucap Dhika dan asisten utamapun menggunting benangnya. Setelah selesai maka dilakukan penutupan kembali pada dada pasien. Setelah operasi selesai, Dhika keluar ruang operasi sambil melepas sarung tangannya dan membuka masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Pintu bergeser otomatis saat dhika keluar, diluar para wali pasien sudah menunggu, dhika mengabari mereka kalau operasinya berjalan dengan lancar. Setelah berganti pakaiannya kembali, dhika kembali keruangannya dan duduk dikursi kebesarannya. Kepalanya dia sandarkan disandaran kursi sambil memijit pangkal hidungnya. Setelah itu, tangannya terulur kea rah laptopnya dan membuka file yang ada didalam laptop dihadapannya itu, dan membuka sebuah file video seseorang. Video berdurasi 3 menit itu menampilkan sosok wanita cantik tengah mengatakan sesuatu dengan sendu. Tangan dhika terulur mengelus wajah pucat didalam layar laptop itu. "sudah 10 tahun berlalu,,, tapi kamu tidak pernah datang" gumam Dhika lirih.

Ketukan pintu menyadarkan Dhika, Dhika segera mengklik close program video itu. "masuk" ucap Dhika memperbaiki duduknya. Dan tak lama seorang wanita cantik dengan rambut pirang dan mata birunya masuk kedalam ruangan Dhika.

"apa kamu sedang sibuk?" Tanya wanita itu yang tak lain adalah Claudya.

"tidak, ada apa?" Tanya Dhika

"aku ingin mengajak kamu makan siang bareng" ucap Claudya.  Claudya tidak selalu bersikap formal saat berdua dengan dhika, karena dia adalah teman satu kampus dhika saat kuliah spesialis bedah dulu di London.
"kamu makan siang duluan saja, aku belum lapar claud" jawab Dhika

" ayolah Dhik,, kita cari tempat makan yang paling enak. Mumpung jadwal operasi kita kosong hari ini, jadi kita bisa keluar untuk mencari makan sekalian mencari angin" ujar Claudya dengan manja dan ceria

"baiklah" Dhika mematikan laptopnya dan melepas jas putihnya. Dhika hanya mengambil kunci mobil dan handphonenya saja lalu berjalan berdampingan dengan Claudya. Semua karyawan dirumah sakit sudah tidak heran lagi melihat kedekatan claudya dan dhika, karena memang mereka berdua satu tim dan satu profesi meskipun claudya mengartikannya lain. Keduanya menuju sebuah restaurant. Dhika hanya memesan steak tenderloin dan greentea yang termasuk makanan favorit dari seseorang yang tengah dia tunggu. Dia menikmati makan siangnya dalam diam, tanpa sadar kalau claudya terus meliriknya. Claudya dan Dhika terus saling berbincang-bincang.
Claudya memang sudah hapal sekali Dhika seperti apa, dia seperti seorang malaikat yang sangat baik. Bahkan saat kuliah di londonpun, dia tidak pernah mendatangi club sama sekali. Meski agama mereka berbeda, karena claudya adalah seorang kristiani, tetapi claudya tau kalau dhika sangat rajin dalam ibadahnya. Dia sosok yang sangat sempurna dimata claudya, tetapi sayang claudya tidak pernah bisa menggapai hati lelaki pujaannya ini. Claudya sampai harus meninggalkan kota kelahirannya yaitu spayol hanya untuk slalu didekat dengan dhika, walaupun hanya sebagai teman atau mungkin rekan kerjanya. Claudya hanya bisa meringis mengingat dhika yang tidak pernah menatapnya sama sekali. Padahal dari awal pertemuan mereka, claudya sudah menaruh hati pada dhika. Setelah menikmati makan siang bersama, merekapun kembali kerumah sakit. Dan mulai kembali sibuk dengan aktivitas mereka.

Mobil Sport Mclaren putih milik Dhika memasuki sebuah perumahan yang elit dan mewah, tak lama mobilnya memasuki gerbang sebuah rumah mewah dengan desain klasik eropa unik modern. Dipojok kanan banyak mobil berjejer rapi. Dhika memarkirkan mobilnya disela tempat yang kosong disamping mobil Ferrari Merah miliknya. Dhika berjalan menuju pintu masuk rumah itu, dan menuju ke kamarnya. Terlihat sosok manusia yang tengah bersantai di depan televisi di ruang keluarga sambil menikmati makanan yang ada di atas meja. Mereka adalah kedua orangtua dhika, nyonya Elga Adinata dan tuan Surya Adinata. Terlihat tangan Surya merangkul pundak istrinya.
Kedua orangtua dhika memang selalu menunjukkan kemesraan mereka dihadapan putra semata wayangnya. Bahkan dihadapan semua orang, meski umur mereka sudah melewati setengah abad tetapi cinta mereka tidak pernah berubah, Cinta memang tak lekang oleh waktu. Dirumahnya dhika hanya tinggal bertiga bersama kedua orangtuanya. Papi dhika adalah direktur utama bahkan pemilik AMI Hospital yang saat ini sudah sangat Berjaya dan terkenal dinegara Indonesia. Fasilitasnya yang sudah sangat maju dan lengkap, bahkan hampir menyamai rumah sakit yang terkenal dinegara lain. Tetapi karena saat ini papinya sudah mengambil pensiun karena umurnya yang sudah 60 tahun, menyulitkannya untuk terus bekerja. Beliau adalah seorang dokter spesialis penyakit jantung. AMI Hospital kini diambil alih oleh paman dhika, yang merupakan adik kandung papinya. Dhika belum mau mengambil jabatan direktur utama di rumah sakit milik keluarganya itu. Dhika merasa belum pantas dan belum saatnya menduduki jabatan tinggi itu.

"sore mom, pap" sapa Dhika seraya mencium tangan mommy dan papinya.
           
"kamu sudah pulang?" Tanya papi

"ya pap, tidak ada lagi jadwal operasi" jawab Dhika hendak beranjak.

"dhika tunggu" panggil Elga membuat dhika menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Elga.

"ya mom,,," jawab Dhika

"weekend ini kamu sibuk tidak?" Tanya Elga

"aku gak tau, tapi rencananya aku mau ke bandung. Mengunjungi café dan bertemu dengan teman- teman brotherhood, sudah lama aku tidak bertemu dengan mereka. Apalagi aku dengar dewi baru saja melahirkan anak keduanya" jelas Dhika.

"yahh.... padahal mau ada temen mommy sama anaknya datang kerumah untuk bertemu kamu" ujar elga sedikit kecewa
"jangan mulai lagi, mom" Dhika tau apa maksud mommy-nya itu, karena sudah berkali-kali Dhika dikenalkan dengan beberapa perempuan muda dan cantik, tapi tidak ada yang mampu menggetarkan hati dhika.

"Dhika,, mau sampai kapan kamu seperti ini?" ucap Elga berdiri dan menghampiri anaknya yang berdiri tak jauh dari sana. "umur kamu sebentar lagi sudah mau 32tahun,, sudah seharusnya kamu menikah nak. Mommy ingin segera menimang cucu" ujar elga kesal, selalu seperti ini setiap kali membahas wanita.

"mom, Dhika udah berkali-kali bilang kan. Kalau dhika hanya akan menikah dengan lita,, hanya lita mom dan tidak akan ada wanita lain lagi" jelas dhika dengan masih menjaga intonasi suaranya, karena tidak ingin sampai menyinggung ibunya itu.

"tapi Lita sudah pergi 10 tahun yang lalu, dia sudah meninggal dhika, kamu harus menyadari itu" ujar Elga

"mom,,, jangan membuat Dhika melawan mommy. Aku yakin lita masih hidup dan akan segera kembali ke samping aku lagi. Mommy tau kan kalau dhika tidak akan pernah menikah dengan wanita manapun. Ma-na-pun mom" eja dhika dengan menekankan setiap katanya. "dhika hanya akan menikah dengan lita, hanya lita mom" ucap Dhika masih menahan kekesalannya.

"tapi sudah 10 tahun berlalu Dhika, dia tidak pernah datang lagi. Sudah nak, ikhlaskan dia. Dan mulai lah menata kembali kehidupan kamu, bahkan semua sahabat kamu di brotherhood sudah pada menikah dan sudah mempunyai anak. Dewi saja sudah melahirkan anak keduanya, Dhika. Mama ingin melihat kamu menikah dan mommy bisa menggendong cucu sebelum kami pergi. Umur mom dan pap sudah sangat tua dhika" ucap elga panjang lebar membuat dhika menghembuskan nafasnya.

"keputusan Dhika sudah bulat, dhika tidak akan menikahi wanita manapun. Hanya thalita yang akan dhika nikahi. Kalau dia tidak pernah kembali, maka dhikapun tidak akan pernah menikah. Dhika akan menghabiskan waktu dhika dengan mengabdi di rumah sakit" setelah mengucapkan itu, dhika berlalu pergi memasuki kamarnya, meninggalkan elga yang masih terus memanggilnya.
Di dalam kamar, Dhika masih berdiri dibalik pintu. Tatapannya kosong menerawang ke depan, tak berbeda jauh dengan hatinya yang kosong dan hampa. "sampai kapan aku harus menunggu kamu" gumam Dhika menghela nafasnya berat.

***
Dhika Pov

Seperti yang sudah aku rencanakan, weekend ini aku pergi ke bandung untuk mengunjungi sahabat-sahabatku. Dewi salah satu sahabatku, sudah menghubungiku berkali-kali. Bahkan mengancamku agar segera datang ke kota Bandung dan menengok keponakanku yang baru lahir satu bulan yang lalu. Memang sudah 6 bulan ini aku tidak pernah berkunjung kesana. Aku terlalu malas untuk mendengar ceramah dan ocehan dari mereka, mengenai perempuan dan pernikahan. Cukup mommy yang slalu merecokiku dalam masalah perempuan dan pernikahan ini. Sedikit akan aku jelaskan tentang sahabat-sahabatku itu. Aku dan mereka sudah bersahabat dari sejak kecil, bahkan sejak kami masih di dalam kandungan. Karena kebetulan orangtua kamipun bersahabat.  Kami memberi nama Brotherhood pada persahabatan kami, yang artinya persaudaraan. Kami sepakat ingin menjalin persahabatan ini menjadi sebuah persaudaraan dan kekeluargaan. Persahabatan yang terjalin sejak kecil ini, beranggotakan delapan orang dengan lima orang laki-laki dan tiga orang perempuan. Persahabatan yang diketuakan oleh aku sendiri Pradhika Reynand Adinata. Daniel Cetta Orlando,dia adalah wakil ketua di brotherhood. Dia termasuk orang yang sangat jelik dan sangat hati-hati dalam bertindak. Makanya tak heran dia menjadi seorang pengacara yang cukup hebat dan terkenal di kota ini. Selain Daniel, ada juga Erlangga Prasaja. Dia sahabatku yang paling santai, kata-katanya cuplas ceplos dan apa adanya. profesinya adalah seorang dokter sama sepertiku, hanya saja dia lebih memilih dokter umum dan bertugas di AMI hospital cabang yang dibandung. Ada juga Arseno Basupati, dia sahabatku yang sangat emosional, gampang marah dan tersinggung tetapi sebenarnya dia begitu baik dan humoris. Profesinya adalah seorang CEO diperusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan. Oktavio Adelio Mahya tetapi kami sering di panggil sang aligator, atau lebih tepatnya gator. Karena dia keturunan buaya muara dari rawa-rawa. Dan dia yang paling bontot dalam persahabatan ini. Orangnya sangat sederhana, humoris dan mudah akrab dengan sesama. Umurnya masih sangat muda dan jauh dibawahku. Tetapi diusianya yang muda dia berhasil menjadi seorang pengusaha muda terkenal dalam bidang perhotelan, meneruskan usaha orangtuanya. Mengingat dia, aku teringat alasan dia tidak ingin menikah. Dia hanya ingin bermain-main saja dengan para kaum hawa, mungkin karena belum menemukan wanita yang sesuai dengannya. Dan untuk para perempuannya, aku mempunyai sahabat yang paling bawel dan slalu saja mengganggu ketentramanku, memang aku paling dekat dengannya karena sifat dewasa yang dia miliki. Dia juga yang memaksaku untuk datang ke bandung dengan ancaman akan membuat cafeku bangkrut, ancaman macam apa itu. Tidak masuk diakal, dan dia adalah Dewi Zaleka Fredelima Earnnal, dia seorang ibu rumah tangga dan juga membantuku mengurusi café yang aku bangun saat aku kuliah dulu. Dia menikah dengan seorang CEO dari perusahaan yang bergerak dalam bidang proferty. Irene Zahrah Arundati, dia sahabat perempuanku yang paling muda, yang paling cerewet dan slalu ceria. Umurnya sama dengan okta, tetapi dia sudah menjadi seorang Ibu Rumah Tangga. Iren adalah istri dari Arseno, anak Brotherhood juga. Mereka yang paling awet berpacaran.  Dan yang terakhir Elzabeth Corinna Emery, dia sahabatku yang paling jutek dan galak. Tetapi anehnya dia malah menjadi seorang guru TK, aku heran bagaimana wanita segalak dia bisa menjadi seorang guru tk. Dia sudah menikah dengan salah satu anggota kepolisian, meski pernikahannya sudah jalan 3 tahun, tetapi mereka belum dikaruniai seorang anak. Mereka semua adalah sahabat-sahabatku, sahabat sejatiku. Mereka selalu ada dalam keadaan susah maupun senang, mereka juga selalu membantu setiap ada sahabatnya yang kesusahan. Diantara kedelapan sahabatku itu hanya aku dan oktavio yang belum menikah. Sedangkan yang lainnya sudah menikah dan memiliki anak.

Aku tersadar dari lamunanku saat sudah sampai didepan sebuah perumahan. Aku membelokkan mobil sportku memasuki perumahan elit Taman Sari ini. Aku memasuki pekarangan sebuah rumah yang terlihat sederhana tetapi gaya klasik modernnya terlihat jelas disana. Dihalaman rumahnya sudah terdapat beberapa mobil yang berjejer, aku sangat tau siapa saja pemiliknya. Aku turun dari mobil dengan membawa beberapa kantung berisi kado untuk para keponakanku. Aku berjalan memasuki rumah yang pintunya terlihat terbuka sedikit, terdengar suara gelak tawa dan suara berisik dari ruang keluarga.

"assalamu'alaikum" seruku saat memasuki ruangan itu membuat semua orang menatap kearahku.

"Om Dhikaaaaaaa" panggil seorang anak laki-laki berumur 5 tahun menghampiriku. Dhika mulai membagikan hadiah kepada mereka semua. Setelah membagikan kado, aku berjalan ke arah sahabatku dan menyalami mereka. Aku memilih duduk di samping Dewi. "mana coba anak loe yang kedua?" Ucapku mengambil alih bayi perempuan lucu dalam gendongan Dewi.
"loe kemana saja, baru dateng?" Tanya Daniel

"gue sibuk" ucapku datar sambil menatap bayi lucu dihadapanku. "suami loe kemana za? Gak dateng?" tanyaku pada Elza

"dia lagi piket" jawab Elza

"maklum, lakinya mamake kan anggota pembasmi kejahatan" ujar Okta

"kak Dhika, kamu udah sangat pantas lho punya bayi" ujar Serli sambil membantu putranya membuka kado.

"iya jangan hanya ngurusin pasien mulu, tapi urusin masa depan loe" Timpal dewi, aku tidak menghiraukan ucapan mereka dan lebih fokus membawa main bayi kecil di pangkuanku.

"jangan mulai dech, Dhika baru datang. Kasian dia, ntar ngambek lagi kayak kemarin dan imbasnya dia gak pernah datang-datang lagi" ucap Elza. Elza memang selalu memahamiku, meskipun dia terlihat cuek tetapi dialah yang selalu peka dengan perasaan sahabatnya sendiri.

"Elza bener, jangan hanya si Dhika yang dipaksa buat nikah. Nih playboy buluk belum nikah-nikah juga" ucap Angga melirik ke arah gator.

"yaelah, kalau nikah itu gampang. Tapi gue gak mau, gue malas berkomitmen sama cewek. Yang udah-udah juga bikin ribet dan nyusahin" cibir gator. Aku tau dia menyindir siapa. Karena saat kehamilan serli dan Irene, mereka selalu saja merecoki gator dan mengganggunya dengan berbagai macam aneka ngidamnya. Membuat gator kabur ke Jakarta.

"alasan saja loe, gak ribet kali. Nikah tuh enak. Iyakan ayah" ucap dewi kepada suaminya.

"iya enak buat loe berdua, nah kalau bininya kayak kaleng rombeng dan cewek metromini ogah gue" ucap okta

"eh gator, loe gak tau aja. Gue itu termasuk istri idaman para laki-laki, laki gue aja bersyukur dapet istri kayak gue" ujar Irene dengan bangganya

"iyalah si seno bersyukur didepan loe. Nah dibelakang loe, dia itu nyesel nikahin loe. Dia takut sama loe,,hahahaha"  Semuanya cekikikan mendengar ocehan okta, karena memang semuanya tau kalau arseno susis alias suami takut istri.

"emang begitu sayang?" Tanya Irene penasaran

"nggak kok honey, jangan dengerin si gator" ucap seno lembut " Dasar Julid" cibir seno ke gator

"dasar susis" timpal gator. "yang terbaik tuh bininya si angga, dia gak pernah ngerepotin gue saat hamil rasya. Mereka nikmatin rumah tangga mereka berdua tanpa nyusahin orang lain gak kayak dua cwek aneh ini" ujar gator menunjuk serli dan Irene.

"loe juga kalau ntar udah nikah, pasti ngerasain gimana rasanya. Indah lho menjalani hidup berumah tangga, iyakan sayang" angga merangkul ratu yang terlihat merona. Mereka berdualah yang slalu terlihat adem ayem dan romantis.

"gue nyusahin loe juga, karena verrel ponakan loe. Sama anak sepupu sendiri juga" cibir serli
"iya, kalau bukan sepupu gue, gue sih ogah. Apalagi ngidam loe aneh banget. Pake pengen keliling semua kota di luar jawab pake kereta api lagi. Bikin gue muntah-muntah karena terlalu lama dikereta api. Gue curiga si verrel cita-citanya mau jadi masinis kereta api" ucap gator.  Ya, aku ingat saat itu, serli merengek ke gator untuk menemaninya keliling kota diluar jawa menggunakan kereta api. Meninggalkan Daniel sendiri selama seminggu.

"enak aja loe kalau ngomong, anak gue mau jadi seorang dokter kayak omnya" ucap serli

"gimana Verrel aja bun, dia bebas menentukan apapun keinginannya" ujar Daniel dengan bijaksananya. Kami terus berlanjut membicarakan berbagai hal.

Dhika Pov End

***
Dhika kembali bekerja dirumah sakit, tadi pagi dia kembali dari bandung dan langsung menuju ke rumah sakit. Dhika yang sudah memakai jas putih miliknya berjalan menuju receptionist, untuk menanyakan beberapa data pasien.
"suster, pasien atas nama Ny. Thalita diruang UGD kembali kejang-kejang" ucap perawat laki-laki itu membuat dhika terpaku ditempatnya.
"saya akan hubungi dokter jhon segera" jawab suster itu dan terlihat menghubungi seseorang.

"kamu bilang siapa tadi nama pasiennya?" Tanya dhika menatap ke arah perawat laki-laki itu.

"Ny. Thalita dokter, dia baru masuk rumah sakit tadi malam karena serangan jantung" jawab perawat itu.  Tanpa berpikir panjang, dhika berlari begitu saja menuju ruang UGD. Dhika berhenti di ambang pintu UGD dan melihat brangkar yang berisi seorang gadis, tetapi wajahnya belum terlihat karena terhalang tirai rumah sakit. Jantung dhika berpacu dengan sangat cepat saat melangkah mendekati brangkar itu. 'apa benar ini dia,,, apa ini benar-benar dia... Thalitaku....' Batin Dhika terus berjalan perlahan menuju brangkar tetapi tiba-tiba seorang dokter paruh baya mendahuluinya dengan seorang perawat. Dokter itu sibuk memeriksa gadis itu, langkah dhika terhenti tepat diujung sisi brangkar. Wajah gadis itu masih belum jelas karena terhalang dokter. Saat pasien terlihat sudah tenang, dokter berdiri tegak dan terlihat jelaslah wajah gadis yang tengah terlelap itu. Dhika terpaku ditempatnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Matanya sudah merah menahan air matanya.

'dia......ternyata bukan thalitaku' batin Dhika.

"dokter Dhika" panggilan itu menyadarkan Dhika dan berpaling menatap kearah dokter paruh baya itu. "ada apa?" Tanya dokter itu lagi

"tidak apa-apa dokter Jhon, tadi saya hanya lewat saja dan melihat pasien kejang-kejang" ucap dhika mengatur nafas dan detak jantungnya yang hampir keluar dari tempatnya.  Setelah perbincangan singkat itu, Dhikapun berlalu pergi meninggalkan ruangan dengan hati yang tak menentu. 'aku pikir dia telah kembali,, aku pikir dia kembali datang untukku' batin dhika. Saat Dhika berjalan melewati lift, tanpa sengaja pandangan dhika melihat kearah lift yang hampir tertutup. Disana ada seorang gadis tengah berdiri dengan memainkan handphonenya. Mata dhika melotot sempurna saat melihat gadis itu,, tanpa pikir panjang dhika berlari kearah lift tetapi sayangnya lift sudah tertutup sempurna. Berkali-kali dhika menekan tombol lift tetapi tidak terbuka, dhika menatap keatas pintu lift dimana dilayar merah kecil itu menunjukkan lantai 1. Dhika berlari menuju tangga darurat, dhika berlari seperti orang kesetanan menuruni tangga menuju lantai 1. Berkali-kali dhika hampir jatuh, tapi tidak dia perdulikan. Dhika terus berlari menuruni tangga. Gadis didalam lift itu keluar dari lift dan berjalan dengan anggun menuju lobby rumah sakit, tak lama dhika keluar dari pintu tangga darurat dan berlari keluar rumah sakit. Saat itu juga gadis yang dia kejar tengah menaiki sebuah taxi dan berlalu pergi. Dhika yang melihatnya langsung berlari mengejar taxi hingga keluar area rumah sakit.

"Thalita.!!!" teriak dhika, tetapi taxi itu semakin cepat melaju. Dengan terbatuk dengan nafasnya yang tersenggal dan peluh yang sudah membanjiri seluruh tubuhnya. Pandangannya tak luput dari taxi yang semakin menjauh. "aku yakin itu dia..... aku yakin itu benar Thalitaku" gumam Dhika. "aku akan mencarimu lita" ucap Dhika tersenyum bahagia.  Dhika memasuki ruangannya dan meneguk satu botol aqua kecil, lalu dia mengeluarkan handphonenya dan menghubungi seseorang. Kebetulan yang menyenangkan, karena tadi di belakang taxi itu tercetak jelas nomor telepon dari sopir taxi itu. Dhika segera menghubunginya dan menanyakan perihal gadis yang baru saja menumpangi mobilnya, tetapi sopir taxi itu berkata kalau gadis itu turun di halte bus.

"kamu tidak berubah lita, kamu sangat pintar dalam hal mengecohku. Kamu tau aku akan mengejar kamu" gumam dhika. Dhika kembali menghubungi seseorang untuk melakukan pencarian Thalita kembali.  ‘tak akan lama lagi kita akan segera bertemu, sayangku’ batin dhika

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar