STAY WITH ME Part 1
1
Masih Menunggunya
Pagi yang cerah dan sejuk di AMI hospital atau Rumah Sakit
Adinata Medika International. Salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta bahkan
di Indonesia. Rumah sakit milik keluarga Adinata, yang sudah masuk kriteria
rumah sakit terbagus se ASIA.
Diparkiran khusus para dokter petinggi, baru saja terparkir
sebuah mobil sport McLaren 650S berwarna putih tulang. Tak lama pemilik mobil
itupun keluar, dengan menenteng tas kecil di tangan kanannya. Kemeja Biru
dengan tangannya yang dilipat hingga siku dipadu dengan celana satin hitam yang
sangat pas dengan tubuh pria jangkung itu. Pria dengan wajah khas blasterannya.
Pria ini memiliki mata coklat tajam dengan bulu mata yang lentik. Membuat semua
mata yang beradu dengan mata itu akan meleleh seketika. Tidak hanya itu, pria
yang tengah berjalan menyusuri lorong rumah sakit itu juga memiliki hidung yang
mancung dengan bibir tipis dan merah. Rahangnya yang kokoh dan tegas dipenuhi
bulu-bulu halus dan tidak terlalu tebal, sangat kontras dengan kulit putih
bersihnya. Sungguh sosok yang sangat sempurna dimata kaum hawa yang melihatnya.
"selamat pagi dokter Dhika"
Sapa
beberapa suster dan perawat lainnya yang berpapasan dengan lelaki jangkung yang
dipanggil dokter Dhika itu. Senyuman manis terukir dibibir seksinya, membuat
beberapa suster dan perawat itu terpaku ditempat. Bahkan beberapa orang yang
melewatinya dibuat speechlees dan menganga kagum. Ada juga yang sampai menabrak
tong sampah, dinding rumah sakit bahkan pintu. Pria yang disapa dokter dhika
itu terus berjalan memasuki lift, tanpa menghiraukan kegaduhan disekitarnya dan
menekan tombol 9 untuk menuju ruangan miliknya.
Ting
Pintu
lift terbuka dan memperlihatkan beberapa ruangan yang semua dindingnya adalah
kaca. Pria itu berjalan menyusuri lorong dan masuk kesebuah ruangan yang diatas
pintunya tertulis Manajer. Pria itu menyimpan tasnya diatas meja yang terdapat
papa name tag yang terpajang manis diatas meja, bertulis Dr. Pradhika Reynand Adinata, Sp.BTKV,FECTS. Kepala dokter spesialis
bedah thoraks dan kardiovaskuler. Dokter
Pradhika yang biasa dipanggil dokter Dhika itu mulai menyalakan laptopnya dan
memasukkan sebuah CD kedalam CD Room. Setelah itu munculah isi dari CD itu
dilayar laptop bahkan di tiga computer yang ada di sudut kanan mejanya. Dhika
berjalan ke depan meja panjang yang terdapat 3 layar computer itu. Data medis
milik seorang pasien terpangpang jelas disana dari beberapa sudut organ yang
bermasalahnya. Dhika terlihat mengamati dengan teliti setiap bagian dari organ
pokok manusia itu.
"Severe Three Vessels Coronary Artery Disease" gumam
Dhika dan terus mengamati 3 layar dihadapannya dengan bagian yang berbeda. # Severe Three Vessels Coronary
Artery Disease (penyakit jantung koroner dengan sumbatan di 3 pembuluh darah
koroner kantung). Dhika merogoh saku celana satinnya dan mengeluarkan
handphone miliknya. Dhika terlihat mengotak ngatik handphonenya dan menempelkan
handphone ke telinganya untuk menghubungi seseorang.
"halo Rez, tolong kumpulkan tim operasi 1 dan suruh ke
ruangan saya, kita akan melakukan briefing sebelum menjalani operasi siang
nanti" seru Dhika dan memutuskan kembali sambungan telponnya. Dhika berjalan menuju patung yang berfungsi
sebagai gantungan baju, disambarnya jas putih dengan name tag Dr. Pradhika
Reynand Adinata, Dokter Spesialis bedah Jantung. Dipakainya jas itu, dan
sedikit dirapihkannya. Kini terlihat jelas sosok dokter yang tampan nan
rupawan. Selang beberapa saat, datanglah lima orang anak manusia memasuki
ruangan milik dhika. Kelima orang anak manusia yang diantaranya tiga orang
perempuan dan dua orang laki-laki itu berdiri di depan pintu ruangan yang sudah
terbuka.
"permisi dokter" ujar seorang laki-laki berkaca
mata itu. Di name tagnya tertera Dr. Reza Pramuda, Ahli Intensivis. Dhika yang merupakan ketua tim operasi 1
tersebut. Keempat orang yang memakai jas
putih dan satu orang perempuan memakai pakaian suster, duduk disofa berwarna
krem yang ada diruangan Dhika. Dhikapun ikut menyusul dan duduk disofa single
berwarna senada. Sebelah kiri dan kanannya terdapat sofa double yang sudah
ditempati para dokter dan suster itu. Dhika mulai membuka sebuah berkas yang
ada dipegangannya.
"nama pasien Tn. Risman Hanurung. Dia mengidap penyakit
jantung Severe Three Vessels Coronary Artery Disease" ucap Dhika santai
sambil menutup berkas itu dan menyimpannya dimeja.
"apa kita perlu melakukan tindakan dengan melakukan
pemasangan cincin, dokter?" Tanya seorang dokter wanita keturunan cina
itu. Diname tagnya tertera Dr. Chaily Sugiwo. Dia bertugas sebagai Asisten
Utama ketua tim operasi.
"kita tidak bisa melakukan itu Dr. lly, saya sudah
melihat hasil medisnya. Sumbatan yang terjadi dalam jantung pasien sangat
banyak dan sangat mustahil kita bisa melakukan procedure itu" jelas Dhika.
"lalu apa yang harus kita lakukan, dokter?" Tanya
seorang pria yang terlihat sudah matang. Dia adalah Dr. Khairul Judin, dokter ahli paru-paru.
"Kita akan melakukan tindakan CABG atau Coronary Artery
Bypass Grafting" Ujar Dhika membuat semua orang yang berada disana fokus
memperhatikan. "dan saya berharap sangat besar bantuan dari anda Dr.
Claudya Ananda Laurent" Tambah Dhika menatap wanita yang duduk disebelah
kanannya. Wajah blasteran khas Spanyol-Indonesia melekat dalam dirinya, wanita
yang memiliki mata biru terang dengan rambut pirangnya.
"saya akan berusaha semampu saya, dokter" jawab
Claudya yang merupakan dokter spesialis anestesi kardiovaskuler. Dan yang
terakhir adalah suster handal bernama Meliana Dolna.
"baiklah, nanti siang kita akan melakukan operasi dengan
system CABG. Dokter Reza, tolong persiapkan semuanya. Dan Dr. lly, tolong kamu
periksa kondisi pasien saat ini" seru Dhika
"Baik dok" ucap kelima orang itu. Setelah berdoa
bersama sebelum melakukan operasi, mereka semua akhirnya keluar dari ruangan
Dhika, meninggalkan Dhika sendirian disana.
***
Semua persiapan untuk operasi sudah dilakukan. Dhika baru
saja keluar dari ruang ganti dan mengganti pakaiannya dengan pakaian steril
berwarna biru untuk operasi lengkap dengan penutup kepala, masker dan kaca mata
pembesarnya. Dhika mulai mencuci kedua tangannya hingga bersih dan memasuki
ruangan operasi. Pintu bergeser dengan sendirinya saat dhika memasuki ruang
operasi itu, beberapa suster memasangkan pakaian steril ke tubuh dhika dan
tidak lupa juga sarung tangan berwarna putih dipasangkan dikedua tangan dhika.
Semua Tim operasi 1 sudah bersiap si posisinya masing-masing. Dhika berjalan
kearah kanan pasien yang sudah tidak sadarkan diri.
"kalian semua siap?" Tanya Dhika mencoba menatap
satu persatu mata rekan kerjanya itu. Dan semuanya mengangguk pasti. "Dr.
Claudya, mari kita mulai" ujar Dhika
"baik, dok. Saya sudah menyuntikkan 2ml pentothal dan
atracurium" jelas Claudya setelah menekan tombol mesin yang ada
dihadapannya. "operasi sudah bisa dilakukan" tambah dr. Claudya
"baiklah, mari kita mulai" seru Dhika. "pisau
bedah" ujar Dhika dan suster langsung memberikan pisau ketangan Dhika.
Dhika mulai menggoreskan pisau bedah pada dada pasien.
"kanula" ujar Dhika dan suster yang berada
disamping kanan Dhika segera menyerahkan alat itu kepada Dhika. "bor"
tambah Dhika dan suster kembali menyerahkan alat itu kepada Dhika. Setelah dada
terbuka dan menampakan organ yang ada di dalam dada manusia, dhika mulai
melakukan pembukaan pada sumbatan pembuluh darah koroner sebelah kiri dan
kanan. Setelah selesai, dhika mulai menjahitnya.
"potong" ucap Dhika dan asisten utamapun
menggunting benangnya. Setelah selesai maka dilakukan penutupan kembali pada
dada pasien. Setelah operasi selesai, Dhika keluar ruang operasi sambil melepas
sarung tangannya dan membuka masker yang menutupi hidung dan mulutnya. Pintu
bergeser otomatis saat dhika keluar, diluar para wali pasien sudah menunggu,
dhika mengabari mereka kalau operasinya berjalan dengan lancar. Setelah
berganti pakaiannya kembali, dhika kembali keruangannya dan duduk dikursi
kebesarannya. Kepalanya dia sandarkan disandaran kursi sambil memijit pangkal
hidungnya. Setelah itu, tangannya terulur kea rah laptopnya dan membuka file
yang ada didalam laptop dihadapannya itu, dan membuka sebuah file video
seseorang. Video berdurasi 3 menit itu menampilkan sosok wanita cantik tengah
mengatakan sesuatu dengan sendu. Tangan dhika terulur mengelus wajah pucat
didalam layar laptop itu. "sudah 10 tahun berlalu,,, tapi kamu tidak
pernah datang" gumam Dhika lirih.
Ketukan
pintu menyadarkan Dhika, Dhika segera mengklik close program video itu.
"masuk" ucap Dhika memperbaiki duduknya. Dan tak lama seorang wanita
cantik dengan rambut pirang dan mata birunya masuk kedalam ruangan Dhika.
"apa kamu sedang sibuk?" Tanya wanita itu yang tak
lain adalah Claudya.
"tidak, ada apa?" Tanya Dhika
"aku ingin mengajak kamu makan siang bareng" ucap
Claudya. Claudya tidak selalu bersikap
formal saat berdua dengan dhika, karena dia adalah teman satu kampus dhika saat
kuliah spesialis bedah dulu di London.
"kamu makan siang duluan saja, aku belum lapar
claud" jawab Dhika
" ayolah Dhik,, kita cari tempat makan yang paling enak.
Mumpung jadwal operasi kita kosong hari ini, jadi kita bisa keluar untuk
mencari makan sekalian mencari angin" ujar Claudya dengan manja dan ceria
"baiklah" Dhika mematikan laptopnya dan melepas jas
putihnya. Dhika hanya mengambil kunci mobil dan handphonenya saja lalu berjalan
berdampingan dengan Claudya. Semua karyawan dirumah sakit sudah tidak heran
lagi melihat kedekatan claudya dan dhika, karena memang mereka berdua satu tim
dan satu profesi meskipun claudya mengartikannya lain. Keduanya menuju sebuah
restaurant. Dhika hanya memesan steak tenderloin dan greentea yang termasuk
makanan favorit dari seseorang yang tengah dia tunggu. Dia menikmati makan
siangnya dalam diam, tanpa sadar kalau claudya terus meliriknya. Claudya dan
Dhika terus saling berbincang-bincang.
Claudya
memang sudah hapal sekali Dhika seperti apa, dia seperti seorang malaikat yang
sangat baik. Bahkan saat kuliah di londonpun, dia tidak pernah mendatangi club
sama sekali. Meski agama mereka berbeda, karena claudya adalah seorang
kristiani, tetapi claudya tau kalau dhika sangat rajin dalam ibadahnya. Dia
sosok yang sangat sempurna dimata claudya, tetapi sayang claudya tidak pernah
bisa menggapai hati lelaki pujaannya ini. Claudya sampai harus meninggalkan
kota kelahirannya yaitu spayol hanya untuk slalu didekat dengan dhika, walaupun
hanya sebagai teman atau mungkin rekan kerjanya. Claudya hanya bisa meringis
mengingat dhika yang tidak pernah menatapnya sama sekali. Padahal dari awal
pertemuan mereka, claudya sudah menaruh hati pada dhika. Setelah menikmati
makan siang bersama, merekapun kembali kerumah sakit. Dan mulai kembali sibuk
dengan aktivitas mereka.
Mobil Sport Mclaren putih milik Dhika memasuki sebuah
perumahan yang elit dan mewah, tak lama mobilnya memasuki gerbang sebuah rumah
mewah dengan desain klasik eropa unik modern. Dipojok kanan banyak mobil
berjejer rapi. Dhika memarkirkan mobilnya disela tempat yang kosong disamping
mobil Ferrari Merah miliknya. Dhika berjalan menuju pintu masuk rumah itu, dan
menuju ke kamarnya. Terlihat sosok manusia yang tengah bersantai di depan
televisi di ruang keluarga sambil menikmati makanan yang ada di atas meja.
Mereka adalah kedua orangtua dhika, nyonya Elga Adinata dan tuan Surya Adinata.
Terlihat tangan Surya merangkul pundak istrinya.
Kedua
orangtua dhika memang selalu menunjukkan kemesraan mereka dihadapan putra
semata wayangnya. Bahkan dihadapan semua orang, meski umur mereka sudah
melewati setengah abad tetapi cinta mereka tidak pernah berubah, Cinta memang
tak lekang oleh waktu. Dirumahnya dhika hanya tinggal bertiga bersama kedua
orangtuanya. Papi dhika adalah direktur utama bahkan pemilik AMI Hospital yang
saat ini sudah sangat Berjaya dan terkenal dinegara Indonesia. Fasilitasnya
yang sudah sangat maju dan lengkap, bahkan hampir menyamai rumah sakit yang
terkenal dinegara lain. Tetapi karena saat ini papinya sudah mengambil pensiun
karena umurnya yang sudah 60 tahun, menyulitkannya untuk terus bekerja. Beliau
adalah seorang dokter spesialis penyakit jantung. AMI Hospital kini diambil
alih oleh paman dhika, yang merupakan adik kandung papinya. Dhika belum mau
mengambil jabatan direktur utama di rumah sakit milik keluarganya itu. Dhika
merasa belum pantas dan belum saatnya menduduki jabatan tinggi itu.
"sore mom, pap" sapa Dhika seraya mencium tangan
mommy dan papinya.
"kamu sudah pulang?" Tanya papi
"ya pap, tidak ada lagi jadwal operasi" jawab Dhika
hendak beranjak.
"dhika tunggu" panggil Elga membuat dhika
menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Elga.
"ya mom,,," jawab Dhika
"weekend ini kamu sibuk tidak?" Tanya Elga
"aku gak tau, tapi rencananya aku mau ke bandung.
Mengunjungi café dan bertemu dengan teman- teman brotherhood, sudah lama aku
tidak bertemu dengan mereka. Apalagi aku dengar dewi baru saja melahirkan anak
keduanya" jelas Dhika.
"yahh.... padahal mau ada temen mommy sama anaknya
datang kerumah untuk bertemu kamu" ujar elga sedikit kecewa
"jangan mulai lagi, mom" Dhika tau apa maksud
mommy-nya itu, karena sudah berkali-kali Dhika dikenalkan dengan beberapa
perempuan muda dan cantik, tapi tidak ada yang mampu menggetarkan hati dhika.
"Dhika,, mau sampai kapan kamu seperti ini?" ucap
Elga berdiri dan menghampiri anaknya yang berdiri tak jauh dari sana.
"umur kamu sebentar lagi sudah mau 32tahun,, sudah seharusnya kamu menikah
nak. Mommy ingin segera menimang cucu" ujar elga kesal, selalu seperti ini
setiap kali membahas wanita.
"mom, Dhika udah berkali-kali bilang kan. Kalau dhika
hanya akan menikah dengan lita,, hanya lita mom dan tidak akan ada wanita lain
lagi" jelas dhika dengan masih menjaga intonasi suaranya, karena tidak
ingin sampai menyinggung ibunya itu.
"tapi Lita sudah pergi 10 tahun yang lalu, dia sudah
meninggal dhika, kamu harus menyadari itu" ujar Elga
"mom,,, jangan membuat Dhika melawan mommy. Aku yakin
lita masih hidup dan akan segera kembali ke samping aku lagi. Mommy tau kan
kalau dhika tidak akan pernah menikah dengan wanita manapun. Ma-na-pun
mom" eja dhika dengan menekankan setiap katanya. "dhika hanya akan
menikah dengan lita, hanya lita mom" ucap Dhika masih menahan
kekesalannya.
"tapi sudah 10 tahun berlalu Dhika, dia tidak pernah
datang lagi. Sudah nak, ikhlaskan dia. Dan mulai lah menata kembali kehidupan
kamu, bahkan semua sahabat kamu di brotherhood sudah pada menikah dan sudah
mempunyai anak. Dewi saja sudah melahirkan anak keduanya, Dhika. Mama ingin
melihat kamu menikah dan mommy bisa menggendong cucu sebelum kami pergi. Umur
mom dan pap sudah sangat tua dhika" ucap elga panjang lebar membuat dhika
menghembuskan nafasnya.
"keputusan Dhika sudah bulat, dhika tidak akan menikahi
wanita manapun. Hanya thalita yang akan dhika nikahi. Kalau dia tidak pernah
kembali, maka dhikapun tidak akan pernah menikah. Dhika akan menghabiskan waktu
dhika dengan mengabdi di rumah sakit" setelah mengucapkan itu, dhika
berlalu pergi memasuki kamarnya, meninggalkan elga yang masih terus
memanggilnya.
Di
dalam kamar, Dhika masih berdiri dibalik pintu. Tatapannya kosong menerawang ke
depan, tak berbeda jauh dengan hatinya yang kosong dan hampa. "sampai
kapan aku harus menunggu kamu" gumam Dhika menghela nafasnya berat.
***
Dhika Pov
Seperti yang sudah aku rencanakan, weekend ini aku pergi ke
bandung untuk mengunjungi sahabat-sahabatku. Dewi salah satu sahabatku, sudah
menghubungiku berkali-kali. Bahkan mengancamku agar segera datang ke kota
Bandung dan menengok keponakanku yang baru lahir satu bulan yang lalu. Memang
sudah 6 bulan ini aku tidak pernah berkunjung kesana. Aku terlalu malas untuk
mendengar ceramah dan ocehan dari mereka, mengenai perempuan dan pernikahan.
Cukup mommy yang slalu merecokiku dalam masalah perempuan dan pernikahan ini.
Sedikit akan aku jelaskan tentang sahabat-sahabatku itu. Aku dan mereka sudah
bersahabat dari sejak kecil, bahkan sejak kami masih di dalam kandungan. Karena
kebetulan orangtua kamipun bersahabat.
Kami memberi nama Brotherhood pada persahabatan kami, yang artinya
persaudaraan. Kami sepakat ingin menjalin persahabatan ini menjadi sebuah
persaudaraan dan kekeluargaan. Persahabatan yang terjalin sejak kecil ini,
beranggotakan delapan orang dengan lima orang laki-laki dan tiga orang
perempuan. Persahabatan yang diketuakan oleh aku sendiri Pradhika Reynand
Adinata. Daniel Cetta Orlando,dia adalah wakil ketua di brotherhood. Dia
termasuk orang yang sangat jelik dan sangat hati-hati dalam bertindak. Makanya
tak heran dia menjadi seorang pengacara yang cukup hebat dan terkenal di kota
ini. Selain Daniel, ada juga Erlangga Prasaja. Dia sahabatku yang paling
santai, kata-katanya cuplas ceplos dan apa adanya. profesinya adalah seorang
dokter sama sepertiku, hanya saja dia lebih memilih dokter umum dan bertugas di
AMI hospital cabang yang dibandung. Ada juga Arseno Basupati, dia sahabatku
yang sangat emosional, gampang marah dan tersinggung tetapi sebenarnya dia
begitu baik dan humoris. Profesinya adalah seorang CEO diperusahaan yang
bergerak dalam bidang percetakan. Oktavio Adelio Mahya tetapi kami sering di
panggil sang aligator, atau lebih tepatnya gator. Karena dia keturunan buaya
muara dari rawa-rawa. Dan dia yang paling bontot dalam persahabatan ini.
Orangnya sangat sederhana, humoris dan mudah akrab dengan sesama. Umurnya masih
sangat muda dan jauh dibawahku. Tetapi diusianya yang muda dia berhasil menjadi
seorang pengusaha muda terkenal dalam bidang perhotelan, meneruskan usaha
orangtuanya. Mengingat dia, aku teringat alasan dia tidak ingin menikah. Dia hanya
ingin bermain-main saja dengan para kaum hawa, mungkin karena belum menemukan
wanita yang sesuai dengannya. Dan untuk para perempuannya, aku mempunyai
sahabat yang paling bawel dan slalu saja mengganggu ketentramanku, memang aku
paling dekat dengannya karena sifat dewasa yang dia miliki. Dia juga yang
memaksaku untuk datang ke bandung dengan ancaman akan membuat cafeku bangkrut,
ancaman macam apa itu. Tidak masuk diakal, dan dia adalah Dewi Zaleka Fredelima
Earnnal, dia seorang ibu rumah tangga dan juga membantuku mengurusi café yang
aku bangun saat aku kuliah dulu. Dia menikah dengan seorang CEO dari perusahaan
yang bergerak dalam bidang proferty. Irene Zahrah Arundati, dia sahabat
perempuanku yang paling muda, yang paling cerewet dan slalu ceria. Umurnya sama
dengan okta, tetapi dia sudah menjadi seorang Ibu Rumah Tangga. Iren adalah
istri dari Arseno, anak Brotherhood juga. Mereka yang paling awet
berpacaran. Dan yang terakhir Elzabeth
Corinna Emery, dia sahabatku yang paling jutek dan galak. Tetapi anehnya dia
malah menjadi seorang guru TK, aku heran bagaimana wanita segalak dia bisa
menjadi seorang guru tk. Dia sudah menikah dengan salah satu anggota
kepolisian, meski pernikahannya sudah jalan 3 tahun, tetapi mereka belum
dikaruniai seorang anak. Mereka semua adalah sahabat-sahabatku, sahabat
sejatiku. Mereka selalu ada dalam keadaan susah maupun senang, mereka juga
selalu membantu setiap ada sahabatnya yang kesusahan. Diantara kedelapan
sahabatku itu hanya aku dan oktavio yang belum menikah. Sedangkan yang lainnya
sudah menikah dan memiliki anak.
Aku tersadar dari lamunanku saat sudah sampai didepan sebuah
perumahan. Aku membelokkan mobil sportku memasuki perumahan elit Taman Sari
ini. Aku memasuki pekarangan sebuah rumah yang terlihat sederhana tetapi gaya
klasik modernnya terlihat jelas disana. Dihalaman rumahnya sudah terdapat
beberapa mobil yang berjejer, aku sangat tau siapa saja pemiliknya. Aku turun
dari mobil dengan membawa beberapa kantung berisi kado untuk para keponakanku.
Aku berjalan memasuki rumah yang pintunya terlihat terbuka sedikit, terdengar
suara gelak tawa dan suara berisik dari ruang keluarga.
"assalamu'alaikum" seruku saat memasuki ruangan itu
membuat semua orang menatap kearahku.
"Om Dhikaaaaaaa" panggil seorang anak laki-laki
berumur 5 tahun menghampiriku. Dhika mulai membagikan hadiah kepada mereka
semua. Setelah membagikan kado, aku berjalan ke arah sahabatku dan menyalami
mereka. Aku memilih duduk di samping Dewi. "mana coba anak loe yang
kedua?" Ucapku mengambil alih bayi perempuan lucu dalam gendongan Dewi.
"loe kemana saja, baru dateng?" Tanya Daniel
"gue sibuk" ucapku datar sambil menatap bayi lucu
dihadapanku. "suami loe kemana za? Gak dateng?" tanyaku pada Elza
"dia lagi piket" jawab Elza
"maklum, lakinya mamake kan anggota pembasmi
kejahatan" ujar Okta
"kak Dhika, kamu udah sangat pantas lho punya bayi"
ujar Serli sambil membantu putranya membuka kado.
"iya jangan hanya ngurusin pasien mulu, tapi urusin masa
depan loe" Timpal dewi, aku tidak menghiraukan ucapan mereka dan lebih
fokus membawa main bayi kecil di pangkuanku.
"jangan mulai dech, Dhika baru datang. Kasian dia, ntar
ngambek lagi kayak kemarin dan imbasnya dia gak pernah datang-datang lagi"
ucap Elza. Elza memang selalu memahamiku, meskipun dia terlihat cuek tetapi
dialah yang selalu peka dengan perasaan sahabatnya sendiri.
"Elza bener, jangan hanya si Dhika yang dipaksa buat
nikah. Nih playboy buluk belum nikah-nikah juga" ucap Angga melirik ke
arah gator.
"yaelah, kalau nikah itu gampang. Tapi gue gak mau, gue
malas berkomitmen sama cewek. Yang udah-udah juga bikin ribet dan
nyusahin" cibir gator. Aku tau dia menyindir siapa. Karena saat kehamilan
serli dan Irene, mereka selalu saja merecoki gator dan mengganggunya dengan
berbagai macam aneka ngidamnya. Membuat gator kabur ke Jakarta.
"alasan saja loe, gak ribet kali. Nikah tuh enak. Iyakan
ayah" ucap dewi kepada suaminya.
"iya enak buat loe berdua, nah kalau bininya kayak
kaleng rombeng dan cewek metromini ogah gue" ucap okta
"eh gator, loe gak tau aja. Gue itu termasuk istri
idaman para laki-laki, laki gue aja bersyukur dapet istri kayak gue" ujar
Irene dengan bangganya
"iyalah si seno bersyukur didepan loe. Nah dibelakang
loe, dia itu nyesel nikahin loe. Dia takut sama loe,,hahahaha" Semuanya cekikikan mendengar ocehan okta,
karena memang semuanya tau kalau arseno susis alias suami takut istri.
"emang begitu sayang?" Tanya Irene penasaran
"nggak kok honey, jangan dengerin si gator" ucap
seno lembut " Dasar Julid" cibir seno ke gator
"dasar susis" timpal gator. "yang terbaik tuh
bininya si angga, dia gak pernah ngerepotin gue saat hamil rasya. Mereka
nikmatin rumah tangga mereka berdua tanpa nyusahin orang lain gak kayak dua
cwek aneh ini" ujar gator menunjuk serli dan Irene.
"loe juga kalau ntar udah nikah, pasti ngerasain gimana
rasanya. Indah lho menjalani hidup berumah tangga, iyakan sayang" angga
merangkul ratu yang terlihat merona. Mereka berdualah yang slalu terlihat adem
ayem dan romantis.
"gue nyusahin loe juga, karena verrel ponakan loe. Sama
anak sepupu sendiri juga" cibir serli
"iya, kalau bukan sepupu gue, gue sih ogah. Apalagi
ngidam loe aneh banget. Pake pengen keliling semua kota di luar jawab pake
kereta api lagi. Bikin gue muntah-muntah karena terlalu lama dikereta api. Gue curiga
si verrel cita-citanya mau jadi masinis kereta api" ucap gator. Ya, aku ingat saat itu, serli merengek ke
gator untuk menemaninya keliling kota diluar jawa menggunakan kereta api.
Meninggalkan Daniel sendiri selama seminggu.
"enak aja loe kalau ngomong, anak gue mau jadi seorang
dokter kayak omnya" ucap serli
"gimana Verrel aja bun, dia bebas menentukan apapun
keinginannya" ujar Daniel dengan bijaksananya. Kami terus berlanjut
membicarakan berbagai hal.
Dhika
Pov End
***
Dhika kembali bekerja dirumah sakit, tadi pagi dia kembali
dari bandung dan langsung menuju ke rumah sakit. Dhika yang sudah memakai jas
putih miliknya berjalan menuju receptionist, untuk menanyakan beberapa data
pasien.
"suster, pasien atas nama Ny. Thalita diruang UGD
kembali kejang-kejang" ucap perawat laki-laki itu membuat dhika terpaku
ditempatnya.
"saya akan hubungi dokter jhon segera" jawab suster
itu dan terlihat menghubungi seseorang.
"kamu bilang siapa tadi nama pasiennya?" Tanya
dhika menatap ke arah perawat laki-laki itu.
"Ny. Thalita dokter, dia baru masuk rumah sakit tadi
malam karena serangan jantung" jawab perawat itu. Tanpa berpikir panjang, dhika berlari begitu
saja menuju ruang UGD. Dhika berhenti di ambang pintu UGD dan melihat brangkar
yang berisi seorang gadis, tetapi wajahnya belum terlihat karena terhalang
tirai rumah sakit. Jantung dhika berpacu dengan sangat cepat saat melangkah
mendekati brangkar itu. 'apa benar ini dia,,, apa ini benar-benar dia...
Thalitaku....' Batin Dhika
terus berjalan perlahan menuju brangkar tetapi tiba-tiba seorang dokter paruh
baya mendahuluinya dengan seorang perawat. Dokter itu sibuk memeriksa gadis
itu, langkah dhika terhenti tepat diujung sisi brangkar. Wajah gadis itu masih
belum jelas karena terhalang dokter. Saat pasien terlihat sudah tenang, dokter
berdiri tegak dan terlihat jelaslah wajah gadis yang tengah terlelap itu. Dhika
terpaku ditempatnya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Matanya sudah
merah menahan air matanya.
'dia......ternyata bukan thalitaku' batin Dhika.
"dokter Dhika" panggilan itu menyadarkan Dhika dan
berpaling menatap kearah dokter paruh baya itu. "ada apa?" Tanya
dokter itu lagi
"tidak apa-apa dokter Jhon, tadi saya hanya lewat saja
dan melihat pasien kejang-kejang" ucap dhika mengatur nafas dan detak
jantungnya yang hampir keluar dari tempatnya.
Setelah perbincangan singkat itu, Dhikapun berlalu pergi meninggalkan
ruangan dengan hati yang tak menentu. 'aku pikir dia telah kembali,, aku
pikir dia kembali datang untukku' batin
dhika. Saat Dhika berjalan melewati lift, tanpa sengaja pandangan dhika melihat
kearah lift yang hampir tertutup. Disana ada seorang gadis tengah berdiri
dengan memainkan handphonenya. Mata dhika melotot sempurna saat melihat gadis
itu,, tanpa pikir panjang dhika berlari kearah lift tetapi sayangnya lift sudah
tertutup sempurna. Berkali-kali dhika menekan tombol lift tetapi tidak terbuka,
dhika menatap keatas pintu lift dimana dilayar merah kecil itu menunjukkan
lantai 1. Dhika berlari menuju tangga darurat, dhika berlari seperti orang
kesetanan menuruni tangga menuju lantai 1. Berkali-kali dhika hampir jatuh,
tapi tidak dia perdulikan. Dhika terus berlari menuruni tangga. Gadis didalam
lift itu keluar dari lift dan berjalan dengan anggun menuju lobby rumah sakit,
tak lama dhika keluar dari pintu tangga darurat dan berlari keluar rumah sakit.
Saat itu juga gadis yang dia kejar tengah menaiki sebuah taxi dan berlalu
pergi. Dhika yang melihatnya langsung berlari mengejar taxi hingga keluar area
rumah sakit.
"Thalita.!!!" teriak dhika, tetapi taxi itu semakin
cepat melaju. Dengan terbatuk dengan nafasnya yang tersenggal dan peluh yang
sudah membanjiri seluruh tubuhnya. Pandangannya tak luput dari taxi yang
semakin menjauh. "aku yakin itu dia..... aku yakin itu benar
Thalitaku" gumam Dhika. "aku akan mencarimu lita" ucap Dhika
tersenyum bahagia. Dhika memasuki
ruangannya dan meneguk satu botol aqua kecil, lalu dia mengeluarkan
handphonenya dan menghubungi seseorang. Kebetulan yang menyenangkan, karena
tadi di belakang taxi itu tercetak jelas nomor telepon dari sopir taxi itu.
Dhika segera menghubunginya dan menanyakan perihal gadis yang baru saja
menumpangi mobilnya, tetapi sopir taxi itu berkata kalau gadis itu turun di
halte bus.
"kamu tidak berubah lita, kamu sangat pintar dalam hal
mengecohku. Kamu tau aku akan mengejar kamu" gumam dhika. Dhika kembali
menghubungi seseorang untuk melakukan pencarian Thalita kembali. ‘tak
akan lama lagi kita akan segera bertemu, sayangku’ batin dhika
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar