DESTINY
PROLOG
Cinta terkadang tak sejalan dengan apa
yang kita harapkan dan inginkan. Seperti Leonard Pandu Adinata, dia sudah
menjadikan satu hati untuknya selalu ada di dalam hatinya. Tetapi takdir tuhan
dengan mudah mengubah segalanya. Mengubah semua yang ada di depan mata menjadi
lenyap tanpa sisa.
Saat dia
mulai putus asa, dan berusaha menjalani segalanya tanpa menengok lagi belakang,
ia berusaha untuk membuka lembaran baru. Tetapi sekali lagi takdir tuhan
mengubahnya dengan mudah. Hingga rasa sakit dan menyesakkan yang tersisa.
Setelahnya
hanya pasrah, pasrah akan segalanya. Ia kehilangan mimpi dan juga harapannya.
Karena takdir berkali-kali menghancurkannya. Menghancurkan hati dan
hidupnya.Dan semua itu terjadi karena sebuah ‘Pertemuan.’ Pertemuan yang selalu membuat hatinya bergetar,
pertemuan yang menuntunnya pada takdir tuhan.
Entah menyakitkan atau menyenangkan....
BAB
1
"L
|
eonnnnnnnn!!!"
teriak Leonna menuju kamar kembarannya.
Kamar di buka dengan keras oleh Leonna
dan langsung menindih tubuh Leon yang tengah tertidur tengkurap di atas
ranjang.
"Onaaaaaa!!! turunnnn, berat!" bentak Leon.
"Balikin charger gue, Es balok! Hp gue mati gara-gara chargernya di bawa sama loe!" sewot Leonna.
"Masih di pake, nanti aja," ujar Leon dengan santai dan kembali tidur.
"Gue mau ngampus sekarang, hp gue
mati!" keluh Leonna menjambak
rambut Leon dari belakang.
“Aduh Ona sakit,” ringis Leon. "Pinjem sama si Kunyuk Datan atau si Lonja centil itu dulu," ujar Leon melepaskan jambakan
Leonna. “Aduh!!!” Leon mengaduh saat Leonna malah mencubit punggungnya dengan keras,
“Sakit Ona, Sialan loe !!” pekik Leon
membalikkan badannya membuat Leonna terjatuh ke lantai karena gerakan Leon
yang mendadak.
“Awwww,,,!!!” teriak Leonna mengaduh seraya mengusap lengan dan pinggangnya. Tawa Leon seketika pecah melihat Leonna yang tersungkur ke
lantai. “Es batu Sialan!”
desis Leonna segera berdiri dan menatap galak
ke arah Leon yang masih menggulum senyumnya. "Gue cabut chargerannya."
Leonna berjalan menuju tempat hp Leon
yang di charger. Tetapi
sebelum tangannya berhasil menggapai charger, chargernya sudah melayang ke
udara karena Leon lebih
dulu mengambilnya dan mengangkatnya ke udara. Leonna yang kalah tingginya sama
Leon meloncat-loncat untuk menggapai charger itu.
"Ikh Leonn
balikin!!!"
"Ambil saja kalau bisa," ujar
Leonn meleletkan lidahnya ke arah Leonna yang merengut kesal.
"Dasar es batu nyebelin !!
Papaaaaaaaaa!"
teriak Leonna.
"Dasar tukang ngadu." Leon menjitak kepala Leonna dan
berjalan menuju ranjangnya.
"Sakit!" cibir Leonna mengusap kepalanya
dengan cemberut. Leonna meloncat ke punggung Leon lagi dan menjambak rambut Leon dengan
membabi buta.
“Ona, sakit!” pekik
Leon mencoba melepaskan jambakan Leonna tetapi sulit.
"TWINS!!"
Teguran seseorang di ambang pintu membuat
Leonna segera melepas jambakannya dan turun dari punggung Leon. Leon hanya
mengaduh memegang kepalanya seraya berangsur duduk di atas ranjang.
"Kalian ini kebiasaan, pagi-pagi
sudah bikin keributan dan berantem di rumah! Lihat Ade kalian, dia bahkan sudah siap di meja
makan. Kelakuan kalian benar-benar memalukan!" omel Thalita seraya berjalan
membuka gordeng kamar Leon.
Setiap pagi Thalita selalu mengomel karena kedua anaknya yang tingkahnya begitu
menyebalkan.
"Leonna, bukannya kamu ada jadwal
kuliah pagi?" tanya
Lita menatap putri semata wayangnya.
"Iya Ma, tapi ini si es batu ngambil charger Leonna. Jadi hp Leonna mati deh
karena abis batre,"
keluh Leonna dengan cemberut.
"Dasar tukang ngadu," cibir Leon dan Leonna membalas
cibirannya.
"Kamu sudah punya bisnis sendiri
juga, gak mampu membeli charger
hp?" tanya
Lita membuat Leon nyengir lebar.
Leonard memang membuka usaha sebuah
showroom mobil sport yang di berikan modal oleh Dhika. Tetapi bukan hanya itu,
Leon juga membangun usaha bengkel mobil hasil jerih payahnya sendiri. "Charger Leon rusak Ma, dan kemarin gak sempat beli," ujar Leon.
"Sudah balikin chargernya ke
Leonna. Dan kamu princes, cepat turun ke bawah untuk sarapan," perintah Lita.
"Oke Mama." sebelum keluar kamar, Leonna
meleletkan lidahnya ke arah Leon karena berhasil mengambil charger darinya.
"Kamu juga sarapan, Leon,"
ujar Lita membuat Leon mengangguk kecil dengan masih mengusap kepalanya yang terasa
ngilu karena ulah kembarannya.
♠♠♠
Di meja makan, seorang pria yang sudah
berusia setengah abad itu tengan membaca Koran sambil menyeduh tehnya tanpa
mengalihkan pandangannya dari Koran. Walau usianya bertambah tua, tetapi
ketampanan dan kegagahannya tak berkurang sama sekali.
"Pagi Papa." Leonna mencium pipi papanya
dengan sayang.
"Pagi Princes." Dhika
tersenyum seraya melipat korannya.
"Pagi Rian." Leonna juga mencium pipi adik
tersayangnya, dan mengambil duduk tepat di samping Adrian.
"Pagi Kakak," ujar Adrian yang tengah mengunyah
makanannya.
Tak lama Leon datang dengan masih
memakai celana boxer dan kaos polonya berwarna biru. Wajahnya sudah terlihat
segar.
"Pagi Pa, pagi Rian," sapa Leon mengambil duduk di hadapan Leonna.
"Pagi kak Leon," ujar Adrian.
"Harus yah setiap pagi kalian berdua
membuat Mama kalian mengomel?" tanya Dhika membuat Leon dan
Leonna terkekeh.
"Habis nih si es batunya Pa, dia
nyuri charger Leonna,"
adu Leonna.
"Minjem Ona jelek, bukan nyuri.
Kebiasaan deh suka melebih-lebihkan dan mengganti kosa kata menjadi salah
artian," ujar Leon
sebal.
"Kalian gak malu sama adik kalian
apa, setiap pagi ngasih
contoh yang gak bener,"
ujar Dhika.
“Maaf Pa,” jawab twins serempak, membuat
Adrian terkekeh. Hal ini selalu terulang setiap pagi.
"Cepat makan sarapannya, jangan
berantem di meja makan,"
ujar Thalita yang baru saja datang dengan sudah berpakaian rapi.
"Ya Mamaku tersayang" jawab ketiga
anaknya kompak membuat Dhika terkekeh.
"Mama ke rumah sakit pagi?" tanya
Leon.
"Iya sayang, Mama ada jadwal
operasi," ujar Lita.
"Leon anterin yah," ujar Leon.
"Wih tumben banget loe mau
nganterin Mama
ke rumah sakit, biasanya juga ogah-ogahan,"
celetuk Leonna sambil menikmati makanannya.
"Kenapa emang? Kebetulan gue lagi
gak ada jadwal kuliah. Gak apa-apakan kalau Leon nganter, Ma?" tanya Leon.
"Tidak, istri Papa akan berangkat bareng Papa," ujar Dhika membuat Lita dan Leonna
terkikik. Papanya begitu posesive.
"Astaga Papa, cemburuan amat sih istrinya pergi
bareng anaknya. Papa tenang saja, Mama
akan Leon jaga. Lagian kan Papa
harus anterin si Rian,"
ujar Leon.
"Iya sayang sudahlah, aku pergi di
antar Leon saja,"
ujar Lita.
"Baiklah, awas yah Leon. Istri Papa
jangan sampai di buat lecet,"
ancam Dhika dengan nada bercanda.
"Siap Pa," ujar Leon terkekeh.
Begitulah
suasana pagi yang selalu hangat di kediaman Pradhika Reynand Adinata. Keceriaan
selalu menghiasi kehidupan keluarga mereka.
♠♠♠
Pagi itu Leonard baru saja sampai di
area parkir kampus dengan mobil sport
berwarna Silver. Leonard berjalan dengan sebelah tangannya memegang tali tas
ransel yang ia gendong di punggungnya. Setelan
casual yang di padu dengan jaket berwarna grey
itu membuatnya semakin bersinar di antara yang lain. Pria berperawakan tinggi putih dengan wajah
blasteran yang khas membuatnya
terlihat bak dewa Yunani
yang mampu menyihir setiap wanita yang berpapasan dengannya.
Seperti sekarang ini, semua mahasiswi
yang di lewati Leon memasang wajah penuh kekaguman dan terpesona oleh Leon.
Tetapi Leon tak
memperdulikan semua itu dan terus berjalan menuju kelasnya. Ia memang terkenal sebagai pria paling dingin di kampus, tak ada yang
berani mendekatinya bahkan sekedar menyapa
karena hasilnya akan di acuhkan olehnya,
apalagi itu seorang wanita. Para
fansclub Leon selalu menitipkan surat
cinta dan beberapa hadiah untuk Leon lewat kembarannya Leonna yang terkenal
sebagai gadis periang dan sedikit tomboy di kampus.
"Es balok!!"
Teriakan seseorang menghentikan langkahnya. Leon
sudah mengenal suara cerewet
itu. Ia berbalik ke arah
sumber suara dan tepat sekali dugaannya, siapa lagi kalau bukan si kunyuk
Datan keturunan Aligator
dan Nenek lampir. Datan berjalan mendekati Leon dengan
penampilan yang tak kalah menarik dan tampan. Deretan kedua tertampan di kampus
setelah Leonard. Tetapi Datan begitu berbeda dengan Leonard sang Ice Prince,
Datan begitu ramah dan baik pada semua orang khususnya para kaum hawa. Saking
ramahnya, banyak korban php Datan di
kampus.
"Ada apaan?" tanya Leon dengan nada sedatar
jalan tol.
"Astaga es batu masih pagi juga
udah dingin aja. Kagak takut menggigil loe!" ujar Datan membuat Leon mencibir
dan melanjutkan perjalannya berdampingan dengan Datan.
Keduanya berjalan menyusuri lorong
kampus, bak seorang model cover boy
dengan langkah ringannya. Bahkan para kaum hawa yang berpapasan dengan mereka
di buat terpaku dan hampir saja air liur mereka menetes. Ada beberapa yang sampai menabrak tong sampah dan
pintu, ada juga yang bertabrakan dengan temannya yang lain saking terfokusnya
pada kedua dewa yunani yang
begitu tampan.
"Pagi semua..." sapa Datan
memamerkan senyuman mempesonanya ke setiap wanita yang berpapasan dengannya
walau wanita itu melirik ke arah Leon yang terlihat acuh tak acuh.
"Hei Sivana, hari ini kamu ulang
tahun yah? selamat ulang tahun yah manis,"
ujar Datan saat berpapasan dengan wanita manis yang di ketahui bernama Sivana
itu.
"Kamu kok tau?" tanya Sivana kaget.
"Apa sih yang nggak Datan tau
tentang Sivana, selamat ulang tahun yah. Emm,
bagaimana kalau untuk hadiahnya malam ini kita kencan?" ujar Datan dengan
senyuman mautnya, di tambah
kedipan matanya yang mampu membuat kaum hawa meleleh seketika.
Leonard terlihat jengah mendengar bualan
menjijikan ala buaya kunyuk satu ini. Ia memilih berjalan terlebih dulu meninggalkan
Datan yang tengah membual.
Leon
menoleh saat melihat Datan sudah kembali berjalan di sampingnya dengan senyuman
merekah tanda kalau mangsanya sudah masuk perangkap. "Kunyuk, bagaimana loe bisa tau hari ini
ulang tahunnya?" tanya
Leon penasaran.
"Gini nih kalau kesehariannya
bercumbu sama mobil-mobil, kagak update kan. Kalau mau jadi playboy itu harus
penuh perjuangan dong,"
ujar Datan dengan santai.
"Maksud loe?" Leon
sedikit mendelik sebal.
"Gue nyari data mahasiswi yang
cantik di kampus lewat komputernya si Zacki culun anggota loe di senat. Gue
update tuh tiap malem, siapa kira-kira yang ulang tahun hari ini," ujar Datan dengan bangganya.
“Sialan loe nyuri data senat tanpa
sepengetahuan gue!” ucap Leon membuat Datan terkekeh acuh.
"Lagian loe kagak ada kerjaan. Ini nih yang namanya cowok so kerajinan.”
"Mendingkan, daripada loe kaku dan
so cuek. Kehidupan loe suram, Dude!" ujar Datan tak mau kalah membuat
Leon mencibir ke arahnya.
"Gue bahagia dengan hidup gue, gue
gak butuh cewek genit seperti mereka,"
ujar Leonard masih dengan nada sedatar triplek.
"Alah ucapan loe kayak yang iya,
bilang saja loe seneng di puja puja para wanita," ejek Datan.
"Serah apa kata loe aja," ujar Leon terdengar malas.
"Kembaran loe mana?"
"Tau deh, gue gak netein dia," jawab Leon asal.
"Payah loe ah, ya udeh gue ke
kelas. Bye...." ujar Datan berlalu pergi. Datan, Leonna dan Michella
mengambil Fakultas kedokteran. Sedangkan Leon mengambil Fakultas teknik.
♠♠♠
"Leonnnnnnnnn!"
Teriak Leonna membuat Leon yang tengah bermain basket
menghentikan aktivitasnya. "Apaan?"
teriak Leon.
"Kesini!" teriak kembaranya itu dari sisi lapangan. Leonpun
beranjak menuju ke tempat Leonna dengan sedikit berlari.
"Apa sih Ona?" tanyanya.
"Nih." Leonna menyodorkan 5 buah surat beramplop cantik dan juga
bingkisan coklat padanya.
“Loe ganggu
latihan gue cuma buat ini?” Leonna mengangguk diiringi senyumannya. “Loe
mau-mau saja jadi kurir Pos!” ejek Leon.
"Ya karena gue di bayar," kekeh Leonna memperlihatkan uang 50 ribuan.
"Dasar mata duitan!" gerutu Leon.
"Gue masih mahasiswi yang butuh pemasukan
banyak," ujar Leonna dengan santai.
"Apa nggak cukup uang jajan dari Papa?" ujar Leon yang terlihat
kesal. "Loe buang deh tuh surat suratnya. dan
jangan mau jadi kurir pos lagi. Entar gue kasih loe kartu gold."
"Seriussssss???" pekik Leonna begitu antusias sampai
meloncat-loncat.
"Iya,"
"Aghhh Leon sayang, gue sayang banget sama loe." Leonna memeluk Leon dan mengecup pipinya berkali-kali.
"Udah kenapa ciumnya, mulut loe bau, Ona!"
ledek Leon membuat Leonna mencibir.
"Tapi coklatnya biar gue makan saja yah, kan mubajir."
"Iya terserah loe. Eh loe mau
balik?" tanya
Leon.
"Gue latihan dance dulu."
"Ntar balik sama siapa? Di kampus
udah sepi," ujar Leon.
"Sendiri paling, gue bawa mobil," ujar Leonna.
"Ya sudah entar gue nyusul ke tempat latihan loe." Leonna mengusap
kepala Leonna dengan lembut.
"Oke kembaranku sayang. Bye bye." Leonnapun melenggang pergi meninggalkan Leon.
"Dasar bocah itu!"gumamnya seraya kembali latihan basket.
Pagi-pagi sekali Datan datang ke rumah Dhika dengan wajah yang di tekuk. "Datan? Kamu tumben pagi pagi ke sini?" tanya Lita saat melihat kedatangan Datan yang tidak di
undang.
"Morning mama Lita." Datan mencium tangan dan pipi Lita.
"Pasti kena marah Daddy lagi yah."
"Begitulah, Daddy kolot banget, Ma."
gerutunya membuat Lita terkekeh.
"Ya sudah, sarapan gih."
"Wah, ada kak Datan," ujar Adrian yang baru menuruni
tangga, sudah rapi dengan seragam sekolanya.
"Morning Rian." sapa Datan.
"Kamu berantem lagi sama Daddy?" tanya Dhika yang juga tengah berjalan di
belakang Adrian.
"Iya Pa, tau deh tuh Daddy kolot bener. Mana semua fasilitas
di cabut lagi, masa iya Datan
anak dari seorang pengusaha terkenal ke kampus naik go-jek. Kan gak
banget, apa kata fans Datan nanti,"
keluhnya membuat Dhika terkekeh.
"Sekarang mending sarapan dulu." Dhika berjalan menuju meja makan diikuti Datan dan Adrian.
"Ini tehnya saying." Lita menyimpan segelas teh di hadapan Dhika.
"Makasih sayang." Dhika tersenyum manis.
"Datan, mau sandwich atau nasi
goreng?" Tanya Lita.
"Kak Datan, mau ayam mentah aja Ma. Kan dia kembarannya conel," celetuk Adrian membuat Dhika dan Lita terkekeh.
"Aiishhh dasar bocah," cibirnya. "Datan mau nasi goreng saja Ma, tapi sama susu yah."
"Jangan Ma, susunya entar habis," celetuk Leon yang baru datang dengan menenteng
jaketnya. "Ngapain
loe pagi pagi ke sini? Mau numpang
sarapan?" tanya Leon membuat Lita menggelengkan kepalanya. Mereka begitu mirip dengan
Dhika dan Okta.
"Gue ketauan Daddy semalam balapan, Sialan!" bisik Datan saat Leon sudah duduk di sampingnya karena takut Dhika mendengar.
"Gawat dong, Kunyuk. Papa bisa tau kalau gitu." bisik Leon melirik Dhika yang tengah membaca Koran.
"Kalian bisik bisik apa sih?" tanya Dhika memicingkan matanya.
"Tidak Pa,"
ujar Leon menampilkan
senyumannya.
"Pagi Papaaaaaaaa." sapa Leonna dengan riang dan mencium pipi Dhika sambil memeluk lehernya dari belakang.
"Pagi Princes." ujar Dhika.
"Pagi Mama." Leonna juga mencium Lita saat Lita datang dengan membawa empat gelas
susu. "Halo Rian." Leonna juga mencium Adrian dan duduk di
sampingnya. "Pagi es batu." Leonna melempar apel ke arah Leon tetapi langsung di tangkap olehnya dengan satu tangannya.
"Dasar Ona jelek!" cibir Leon sudah biasa di timpuk Leonna.
"Kebiasaan kalian," tegur Dhika membuat Leonna terkekeh.
"Eh ternyata ada makhluk halus juga,
ngapain loe di sini?" tanya Leonna saat sadar ada Datan di samping Leon.
"Ngungsi," jawabnya dengan masih asyik makan nasi gorengnya.
"Kenapa? di sono
gak di kasih makan sama Daddy,
atau Daddy lebih milih
ngasih makan si
conel daripada loe."
"Tau deh, Daddy gak sayang sama gue," ujar Datan asal.
"Jangan suudzon Datan, Daddy kamu sayang banget kok sama kamu," ujar Lita yang duduk di samping Leonna untuk ikut sarapan.
"Kalau sayang, gak bakalan di cabut semua
fasilitas, Ma.
Mana uang jajan di kasih gocap lagi. Bilangnya di potong 50% ini 75% udah kayak
diskonan di mall saja!" keluhnya sangat kesal membuat yang lain terkekeh.
"Kere dong sekarang," kekeh Leonna.
"Banget, mana gue sudah ada janji kencan lagi pulang
ngampus." Datan semakin merengut.
"Ya sudah
kamu kencannya jajan kerak telor saja
di pinggir jalan,"
kekeh Dhika.
"Mana mau ceweknya, Pa. Mana gak ada mobil, Daddy bener bener buat aku melarat."
"Kalau mau ada uang, gimana kalau loe
bantuin gue jadi kurir cintanya si es batu. Lumayan kan dapet gocap
dari satu cewek."
"Ide loe brilliant, Ona."
ujar Datan bersemangat.
"Kalian mau jadiin gue korban. Jangan bikin mereka nyimpen
harapan ke gue,"
ujar Leon kesal.
"Kalian ini, kasian tau mereka di palakin," tegur Lita.
"Temen-temen Adrian juga ada yang nitip
salam dan surat cinta buat Kakak.
Mereka langsung suka sama kak Leon
pas waktu kakak anter Rian
ke sekola. Rian jadi tersaingi,"
ujar Adrian merengut.
"Kamu masih bocah,, jangan genit!" ujar Leonna.
"Kakak juga suka genit sama abang Vino. Apalagi sama kak Verrel, kemarin pas pulang dari Lombok
kan kalian-hhmmmp."
Leonna langsung
membekap mulut Adrian membuat Dhika
mengernyitkan dahinya.
"Kalian apa Leonna?" tanya dhika menatap curiga.
"Nggak Pa, si Rian ember bocor nih," kekeh Leonna
menghilangkan kegugupannya.
"Habis ngapain loe, Ona? Ah,, apa jangan-jangan kalian abis
akhem akheman yah,"
ujar Datan makin
mengompori.
"Apaan loe akhem akheman." Leonna terkekeh.
Dhika dan Lita saling pandang seakan mengartikan
sesuatu yang terjadi pada Leonna
dan Verrel. "Ya itu apaan,, jujur aja deh Ona."
"Loe di apain sama dia, Ona? Wah minta di kasih nih kak Verrel," ujar Leon.
"Di kasih apa Kak?" tanya Adrian.
"Di kasih saran, buat ngawinin si Ona langsung," ujar Leon membuat yang lain tertawa.
"Ihh kalian, nyebelin!" ujar Leonna tetapi sedikit tersipu.
"Sudah ah, Adrian mau berangkat," ujar Adrian beranjak.
"Hati hati bawa motornya, Rian." nasihat Lita.
"Siap Mama."
"Wah jadi motor CBR 1000cc di depan itu
punyamu, Rian?" tanya Datan.
"Iya Kak, gimana kerenkan. Keluaran terbaru
tuh Kak," ujar Adrian dengan bangga.
"Wihh keren bener, kapan kapan bisa minjem
yah," ujar Datan.
"Boleh, asal ada uang sewanya dan full
bensin yah,"
ujar Adrian santai.
"Aisshhh meres nih bocah. Gue saja lagi kere," ujar Datan kembali merengut sedih.
"Hhee, sabar yah kak Kunyuk!" goda Adrian dan berlalu pergi
setelah menyalami Dhika
dan Lita. Leonnapun berpamitan
seraya menyalami Dhika dan Lita lalu berlalu pergi dan menyempatkan
mencium pipi kembarannya dulu.
♠♠♠
Tidak ada komentar:
Posting Komentar