OUR LOVE
Bab 1
Adelia Oktaviani adalah
seorang wanita berumur 19 tahun dengan tinggi badan 165cm dan berat badan 51kg,
Adelia selalu di puja-puja oleh banyak laki-laki karena wajahnya yang
terlihat begitu cantik, imut dan
manis. Warna kulitnya kuning
langsat, rambutnya sepinggang lurus,
wajahnya tirus dengan matanya yang bulat dan bulu mata lentik mirip seperti
barbie. Selain memiliki wajah bak
putri Aurora, tutur katanya pun sangat santun, Adelia banyak di kagumi
orang-orang. Adelia juga sangat menyukai olahraga renang dan basket, selain itu
dia juga suka menari dan bernyanyi.
Adel biasa dia dipanggil oleh teman-temannya. Dia bisa di bilang perempuan yang kutu
buku, karena tempatnya di perpustakaan dan selalu menghabiskan waktu luang dengan membaca, dan Adel
tipe wanita yang pendiam, jarang marah hampir bisa di bilang dia tidak pernah marah.
Adelia tinggal bersama
ayahnya bernama Framudira hatmaja biasa dipanggil Fram, dengan tinggi badan
170cm dan berat badan 58kg terlihat masih gagah dan tampan meskipun usianya
sudah menginjak 44thn, banyak para wanita yang menginginkan menikah dengan Fram
apalagi dia seorang duda dan pengusaha kaya. Tetapi Fram berniat untuk tidak
menikah lagi karena rasa sayang dan cinta kepada istrinya abadi.
Sejak Adel berumur 5thn ibunya
telah meninggal karena penyakit kanker Otak, ayahnya begitu menyayangi Adel
lebih dari dirinya sendiri dan semua keinginan putri tunggalnya slalu
dipenuhin. Adel juga mempunyai sepupu bernama Desi yg mempunyai wajah
cantik dan kulit yang putih, dengan tinggi badannya 155cm dan berat badannya
45kg. Desi tinggal bersama kami, karena tante Fani, Ibu kandung Desi adalah adik kandung Fram yang sudah sekitar 5tahun ini
bercerai dengan suaminya.
Fani setelah resmi bercerai
dengan suaminya tinggal bersama Fram dan Adel. Adel begitu menyayangi Desi, Desi sudah ia anggap sebagai
adiknya sendiri meskipun umur mereka berbeda 1 thn. Desi dan Adel begitu kompak dalam mengambil
keputusan, ayahnya Adel juga menyayangi Desi seperti anaknya sendiri.
Sahabat dari Adelia yang selalu menemani Adel dari sejak SMP yaitu
Raka. Raka adalah sosok laki-laki
tampan dengan tinggi 175cm dan Berat badan 55kg dan sikapnya yang sangat penyayang, baik. Tetapi banyak orang menilai kalau Raka adalah sosok pria yang dingin, dan jutek kepada
siapapun terkecuali kepada Adel. Raka begitu baik dan sangat kocak saat bersama Adel, meskipun dia mempunyai sikap yang keras dan pemarah tetapi dia sangat
baik.
Raka sering menemani Adel bermain Basket dan berenang, hingga sering saling berbagi cerita tentang apa
yang mereka rasakan. Antara Adel dan Raka sudah tidak ada rahasia lagi, keduanya sudah saling mengaggap saudara, sahabat, pacar bahkan
lebih dari itu. Raka juga sudah menganggap keluarga Adel sebagai keluarganya sendiri.
Raka adalah seorang anak
yatim dan di sini tinggal hanya bersama Ibu dan Nenek, Kakeknya. Selain kuliah, Raka juga sambil bekerja
meneruskan perusahaan Ayahnya.
Siang itu Desi datang menghampiri Adel yang sedang bermain basket
di belakang rumahnya.
”Kak, ini
gimana?”
Adel menghentikan gerakannya
dan menoleh ke arah Desi. “Ada apa?” tanyanya.
Desi menunjukkan
selembar kertas padanya. “Desi
gak ngerti harus
bawa apa saja,” ujar Desi cemberut sambil duduk di kursi, membuat Adel menghentikan aktivitasnya kemudian, berjalan
menghampiri dan duduk di samping Desi.
”Kenapa?” tanya Adel yang
kini sudah duduk di samping Desi.
Desi memberikan selembar kertas ke arah Adel yang sejak tadi di pegangnya
”Itu lho Kak buat besok MOS, aku harus bawa itu semua. Tetapi aku tidak bisa membuatnya.”
”Coba kamu minta tolong sama Raka, dia kan salah satu panitianya.”
”Dia mah
pelit! Malah nyuruh aku buat creative sendiri. Minta bantuan sama kak Bara saja, Kak. Kan kak Bara ketua pelaksananya,” seru Desi memasang wajah memelasnya.
”Gimana yah
Des, Bara sedang tidak bisa di ganggu. Dia sedang sibuk, bahkan sejak kemarin
susah di hubungin,” jawab Adel.
”Kak Adel ayo dong coba sekarang hubungi lagi, siapa tau bisa,, yayayaya please Kak,” mohon Desi dengan wajah
memelas.
Adel mengeluarkan Iphone dari
saku celana pendeknya dan menghubungi Bara, dan
ternyata di angkat.
” Halo Bar, kamu
lagi dimana? Sibuk
gak?” tanya Adel.
“……..”
”Bisa ke
rumah dulu gak? Ini Desi minta bantuin ngumpulin peralatan buat besok,
dia gak ngerti katanya.”
“………”
”Raka lagi sibuk jadi gak bisa bantu. Bagaimana kamu bisa gak?”
“……..”
”Oke, di tunggu
yah.” Adel memutuskan sambungan
telpon. “Sebentar
lagi Bara akan datang,” ujar Adel seraya mengelap keringatnya dengan handuk.
”Asyik,
makasih Kakakku sayang!” seru Desi begitu antusias seraya memeluk Adel. “Uchhhh kak
Adel bau asemm,” seru Desi melepas pelukan.
“Mandi dulu sana, kan mau
ada sang pujaan hati datang, masa bau
asem gini sih.”
”He, iya deh. Kamu tunggu Bara, Kakak mandi dulu.”
”Siap!”
Adelpun beranjak dari duduknya meninggalkan Desi
sendirian.
Beberapa saat kemudian...
Terdengar suara bel berbunyi
membuat Desi sangat senang membuka pintu.
“Hai Kak Bara,” sapa Desi.
“Hai Des,” sapa Bara
diiringi senyuman manisnya yang memukau.
“Kak Adel masih mandi, kita
tunggu di gazeboo belakang saja yah sekalian memulai membuat barang-barangnya.”
“Baiklah.”
Mereka berdua langsung menuju ke belakang rumah dan memasuki gazeboo. Kemudian Desi bergegas mengambil semua
barang-barang yang di butuhkan.
“Ini sudah semua?” tanya Bara.
“Sudah, di cek lagi sama
Kakak.” Desi menyerahkan kertas yang sejak tadi berada di genggaman tangannya.
Dan Bara langsung memulai mengambil bahan-bahan yang di
perlukan. Terlihat Desi tak henti-hentinya
memperhatikan wajah Bara yang terlihat sedang fokus membuat topi dari kardus bekas dan karton.
Sambil mesem-mesem, Desi terus memperhatikan hingga ia di kagetkan oleh suara
telpon dari Raka.
”Kenapa Yank?”
“.......”
”Ini lagi di kerjain,”
“.....”
“Iya, aku sudah bisa.”
“.......”
”Iya Sayang, jangan lupa makan.”
“Sudah selesai topi nya nih Des, coba kamu pake.” Bara menyerahkan topi itu saat Desi telah menyelesaikan
telponnya.
Desi mulai memasukkan kardus topi
itu ke kepalanya, tetapi tidak muat. “Ini tidak muat, Kak.” Seru Desi masih berusaha memasang topi itu.
Bara tampak terkekeh. “Iya lah gak
bakalan bisa masuk, ini di buka dulu.” Bara
tiba-tiba saja sedikit mendekati Desi hingga jarak wajah mereka berdekatan dan
hembusan nafas Bara terasa hangat dan segar menerpa wajah Desi. Bara tampak
menarik ikatan rambut di kepala Desi. Desi terpaku di tempatnya dengan
jantungnya yang berdebar-debar. Pandangannya
lurus terus menatap ke wajah Bara.
”Sekarang coba pakai
topinya,” seru Bara menyadarkan lamunan Desi yang langsung memalingkan wajahnya
saat Bara sudah menjauh darinya.
Kemudian Desi memakai
topinya dan tampak pas sekali.
“Sudah muat Kak,” seru Desi
tersipu saat di beri senyuman Bara yang begitu menawan.
“Sekarang kita buat yang lainnya,” seru Bara kembali sibuk
dengan bahan-bahan di depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar