Jumat, 02 Agustus 2019




OUR LOVE



Bab 1

Adelia Oktaviani adalah seorang wanita berumur 19 tahun dengan tinggi badan 165cm dan berat badan 51kg, Adelia selalu di puja-puja oleh banyak laki-laki karena wajahnya yang terlihat begitu cantik, imut dan manis. Warna kulitnya kuning langsat, rambutnya sepinggang lurus, wajahnya tirus dengan matanya yang bulat dan bulu mata lentik mirip seperti barbie. Selain memiliki wajah bak putri Aurora, tutur katanya pun sangat santun, Adelia banyak di kagumi orang-orang.  Adelia juga sangat menyukai olahraga renang dan basket, selain itu dia juga suka menari dan bernyanyi.
Adel biasa dia dipanggil oleh teman-temannya. Dia bisa di bilang perempuan yang kutu buku, karena tempatnya di perpustakaan dan selalu menghabiskan waktu luang dengan membaca, dan Adel tipe wanita yang pendiam, jarang marah hampir bisa di bilang dia tidak pernah marah.
Adelia tinggal bersama ayahnya bernama Framudira hatmaja biasa dipanggil Fram, dengan tinggi badan 170cm dan berat badan 58kg terlihat masih gagah dan tampan meskipun usianya sudah menginjak 44thn, banyak para wanita yang menginginkan menikah dengan Fram apalagi dia seorang duda dan pengusaha kaya. Tetapi Fram berniat untuk tidak menikah lagi karena rasa sayang dan cinta kepada istrinya abadi.
Sejak Adel berumur 5thn ibunya telah meninggal karena penyakit kanker Otak, ayahnya begitu menyayangi Adel lebih dari dirinya sendiri dan semua keinginan putri tunggalnya slalu dipenuhin. Adel juga mempunyai sepupu bernama Desi yg mempunyai wajah cantik dan kulit yang putih, dengan tinggi badannya 155cm dan berat badannya 45kg. Desi tinggal bersama kami, karena tante Fani, Ibu kandung Desi adalah adik kandung Fram yang sudah sekitar 5tahun ini bercerai dengan suaminya.
Fani setelah resmi bercerai dengan suaminya tinggal bersama Fram dan Adel. Adel begitu menyayangi Desi, Desi sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri meskipun umur mereka berbeda 1 thn. Desi dan Adel begitu kompak dalam mengambil keputusan, ayahnya Adel juga menyayangi Desi seperti anaknya sendiri.
Sahabat dari Adelia yang selalu menemani Adel dari sejak SMP yaitu Raka. Raka adalah sosok laki-laki tampan dengan tinggi 175cm dan Berat badan 55kg dan sikapnya yang sangat  penyayang, baik.  Tetapi banyak orang menilai kalau Raka adalah sosok pria yang dingin, dan jutek kepada siapapun terkecuali kepada Adel. Raka begitu baik dan sangat kocak saat bersama Adel, meskipun dia mempunyai sikap yang keras dan pemarah tetapi dia sangat baik.
Raka sering menemani Adel bermain Basket dan berenang, hingga sering saling berbagi cerita tentang apa yang mereka rasakan.  Antara Adel dan Raka sudah tidak ada rahasia lagi, keduanya sudah saling mengaggap saudara, sahabat, pacar bahkan lebih dari itu. Raka juga sudah menganggap keluarga Adel sebagai keluarganya sendiri.
Raka adalah seorang anak yatim dan di sini tinggal hanya bersama Ibu dan Nenek, Kakeknya. Selain kuliah, Raka juga sambil bekerja meneruskan perusahaan Ayahnya. 
Siang itu Desi datang menghampiri Adel yang sedang bermain basket di belakang rumahnya.
Kak, ini gimana?”
Adel menghentikan gerakannya dan menoleh ke arah Desi. “Ada apa?” tanyanya.
Desi menunjukkan selembar kertas padanya. “Desi gak ngerti harus bawa apa saja,” ujar Desi cemberut sambil duduk di kursi, membuat Adel menghentikan aktivitasnya kemudian, berjalan menghampiri dan duduk di samping Desi.
Kenapa?” tanya Adel yang kini sudah duduk di samping Desi.
Desi memberikan selembar kertas ke arah Adel yang sejak tadi di pegangnya  
Itu lho Kak buat besok MOS, aku harus bawa itu semua. Tetapi aku tidak bisa membuatnya.
Coba kamu minta tolong sama Raka, dia kan salah satu panitianya.
Dia mah pelit! Malah nyuruh aku buat creative sendiri. Minta bantuan sama kak Bara saja, Kak. Kan kak Bara ketua pelaksananya,” seru Desi memasang wajah memelasnya.
Gimana yah Des, Bara sedang tidak bisa di ganggu. Dia sedang sibuk, bahkan sejak kemarin susah di hubungin,” jawab Adel.
Kak Adel ayo dong coba sekarang hubungi lagi, siapa tau bisa,, yayayaya please Kak, mohon Desi dengan wajah memelas.
Adel mengeluarkan Iphone dari saku celana pendeknya dan menghubungi Bara, dan ternyata di angkat.           
” Halo Bar, kamu lagi dimana? Sibuk gak?” tanya Adel.
“……..”
Bisa ke rumah dulu gak? Ini Desi minta bantuin ngumpulin peralatan buat besok, dia gak ngerti katanya.”
“………”
”Raka lagi sibuk jadi gak bisa bantu. Bagaimana kamu bisa gak?”
“……..”
Oke, di tunggu yah.Adel memutuskan sambungan telpon.  Sebentar lagi Bara akan datang,” ujar Adel seraya mengelap keringatnya dengan handuk.
Asyik, makasih Kakakku sayang! seru Desi begitu antusias seraya memeluk Adel.  Uchhhh kak Adel bau asemm,” seru Desi melepas pelukan.
Mandi dulu sana, kan mau ada sang pujaan hati datang, masa bau asem gini sih.
He, iya deh. Kamu tunggu Bara, Kakak mandi dulu.
Siap!
Adelpun beranjak dari duduknya meninggalkan Desi sendirian.
Beberapa saat kemudian...
Terdengar suara bel berbunyi membuat Desi sangat senang membuka pintu.
“Hai Kak Bara,” sapa Desi.
“Hai Des,” sapa Bara diiringi senyuman manisnya yang memukau.
“Kak Adel masih mandi, kita tunggu di gazeboo belakang saja yah sekalian memulai membuat barang-barangnya.”
“Baiklah.”
Mereka berdua langsung menuju ke belakang rumah dan memasuki gazeboo. Kemudian Desi bergegas mengambil semua barang-barang yang di butuhkan.
“Ini sudah semua?” tanya Bara.
“Sudah, di cek lagi sama Kakak.” Desi menyerahkan kertas yang sejak tadi berada di genggaman tangannya.
            Dan Bara langsung memulai mengambil bahan-bahan yang di perlukan. Terlihat Desi tak henti-hentinya memperhatikan wajah Bara yang terlihat sedang fokus membuat topi dari kardus bekas dan karton. Sambil mesem-mesem, Desi terus memperhatikan hingga ia di kagetkan oleh suara telpon dari Raka.
Kenapa Yank?”
“.......”
Ini lagi di kerjain,
            “.....”
            “Iya, aku sudah bisa.”
“.......
Iya Sayang, jangan lupa makan.
“Sudah selesai topi nya nih Des, coba kamu pake.” Bara menyerahkan topi itu saat Desi telah menyelesaikan telponnya.
Desi mulai memasukkan kardus topi itu ke kepalanya, tetapi tidak muat. “Ini tidak muat, Kak. Seru Desi masih berusaha memasang topi itu.
Bara tampak terkekeh. “Iya lah gak bakalan bisa masuk, ini di buka dulu.” Bara tiba-tiba saja sedikit mendekati Desi hingga jarak wajah mereka berdekatan dan hembusan nafas Bara terasa hangat dan segar menerpa wajah Desi. Bara tampak menarik ikatan rambut di kepala Desi. Desi terpaku di tempatnya dengan jantungnya yang berdebar-debar. Pandangannya lurus terus menatap ke wajah Bara.
Sekarang coba pakai topinya,” seru Bara menyadarkan lamunan Desi yang langsung memalingkan wajahnya saat Bara sudah menjauh darinya.
Kemudian Desi memakai topinya dan tampak pas sekali.
“Sudah muat Kak,” seru Desi tersipu saat di beri senyuman Bara yang begitu menawan.
“Sekarang kita  buat yang lainnya,” seru Bara kembali sibuk dengan bahan-bahan di depannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar