Jumat, 02 Agustus 2019

LOVE STORY


Dunia yang semu, tidak ada cinta dan warna dalam hidupku...
*****
Marsya pov
Aku Marsya Bruce Avallone anak kedua dari pasangan Frankie Thomas Avallone dengan Sarah Hambali Avallone. Aku mempunyai seorang kakak kandung bernama Robert van Avallone.
Ayahku adalah seorang Wali kota sekaligus ketua genkster terkejam dikota ini. Para penduduk kota ini sangat segan dan tunduk kepada ayah. Ayah akan kejam kepada siapapun yang dia anggap musuh atau yang tengah mengancamnya. Ayah selalu melindungi dan membantu warganya kalau ada masalah terutama yang bersangkutan dengan musuh-musuhnya.
Dulu hidupku sangatlah bahagia dan berwarna tapi sesuatu terjadi saat aku berumur genap 8 tahun dan sampai saat ini aku masih mengingatnya. Hidupku seakan diikuti oleh maut, banyak orang-orang diluar sana yang menginginkan kematianku. Aku takut mendengar suara tembakan itu, aku takut melihat darah lagi, aku takut melihat benda-benda tajam itu dan aku takut bertemu orang-orang diluar sana, aku takut melihat kejadian naas itu lagi yang merenggut nyawa mama dan disusul kakak tertuaku.
Aku selalu menyendiri dikamar yang luas ini, mengurung diri dan mengasingkan diri dari orang-orang. Selama 13 tahun aku tidak pernah keluar dari gerbang istana ini. Aku hanya akan menghabiskan waktu di dalam kamar dan taman yang berada dibalkon kamarku, sengaja aku membuatnya untuk menghilangkan rasa jenuhku. dan hanya nenekku Hanna Avallone yang selalu setia menemaniku disetiap saat.
Hingga sekarang umurku akan menginjak 21 tahun. Aku tidak ingin bertemu dengan orang-orang.
"Sayang,,, kamu melamun lagi" ucap nenek mengelus rambut panjangku.
Aku menengok kearah nenek yang tengah tersenyum kepadaku. Meskipun usianya sudah melewati setengah abad tetapi dia masih terlihat segar dan cantik, walaupun sudah terlihat banyak kerutan diwajahnya.
"Aku tidak apa-apa nek" ucapku
"Kamu sudah makan?" tanya nenek
"Ya sudah nek," aku memeluk pinggang nenek.
Dor dor dor
Terdengar suara tembakan dari ruang tengah yang tepat dibawah kamarku, membuatku menutup telinga dan menangis histeris.
"Aku gak mau denger suara ini lagi,,, aku gak mau denger suara ini lagi" teriakku membuat nenek memelukku erat dan menenangkanku.
"Tenanglah nak,, suaranya sudah tidak ada lagi" ucap nenek menenangkanku.
"Hikz..... Marsya takut, nek" ucapku terisak
"Ada nenek disini sayang, penjagaan disini juga ketat. Kamu akan aman sayang" ucap nenekku, aku memeluknya erat.
***
Fabian Pov
Namaku Fabian Forte Bonaparte, aku anak kedua di keluarga Bonaparte. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki dan 1 orang adik perempuan.
Papaku bernama williams Delores Bonaparte, ibuku Yasmin Evans Bonaparte. Keluarga sederhana kami penuh dengan canda tawa dan kasih sayang. Kakak laki-lakiku Freddie Fender Bonaparte, dia tengah membantu perusahaan papa. Dan adikku bernama Febria Knowles Bonaparte, kini dia baru kelas 2 SMA. Nah itu tadi perkenalan keluarga sederhanaku.
Dan Aku kuliah disalah satu universitas terbaik dijakarta, mengambil fakultas pertanian jurusan Agroteknologi Faperta semester 7. Dan sekarang sudah 2 bulan aku melakukan kkn ke sebuah daerah terpencit di Lampung bersama keempat sahabatku yaitu David howell, Eric Wright, Ryan Raddon dan Gloria Maria Fajardo. Glori satu-satunya sahabat wanitaku sekaligus pacarnya Ryan Raddon.
Saat ini aku dan teman-temanku masih sibuk dengan pekerjaan kami.
"Ntar pulangnya kita balapan lagi yah" ucap Eric, dia memang sangat menyukai dunia balapan
"Oke, siapa takut" jawab David
"Kalian berdua selalu saja,, gue takut kalau tiap malam kita selalu balapan" ucap Glori
"Ya elah,, loe cemen banget sih Glo" ucap Eric
"Yank,, kamu jangan ikutan balapan yah" ucap Glori manja
"Gak bisa dong sayang, aku harus ikutan. Aku harus sportif" jawab Ryan
"Ya elah,, kalau tiap malem balapan terus. Seminggu lagi gue punya penyakit jantung" gerutu Gloria membuatku terkekeh dan menggelengkan kepala
"Jangan ngomong gitu dong sayang, lagian kan kita selamat" ucap Ryan
"Tetap saja buat aku jantungan !!! Bi,, loe gak ikutan kan? Gue nebeng loe aja deh langsung pulang ke wisma" ucap Glori
"Kayaknya gue ikutan deh" jawabku
"Ck... Kalian sama saja" gerutu Glori kesal.
Hingga malampun tiba, setelah selesai bertugas, Aku dan keempat sahabatku balapan menggunakan motor kami menyusuri jalanan sepi ini.
Hingga sebuah mobil menyalipku dan saat aku menengok, aku melihat seorang bidadari duduk dikursi belakang.
Gadis yang sangat cantik membuatku melupakan balapan ini dan fokus menatap mobil audy hitam yang sudah didepanku.
Terlihat gadis itu tengah menatap keluar jendela yang berlawanan dengan posisiku. Aku terus mengikuti mobil itu meskipun entah kemana mobil itu akan pergi,,
Hingga tiba-tiba saja mobil itu dicegat oleh komplotan 8 motor. Mobil itu tidak berhenti dan terus melaju
Dor
Salah seorang yang berada diatas motor itu menembak sopirnya hingga laju mobil oleng dan akhirnya menabrak pohon besar,,
Orang-orang yang berada dimotor itu turun dan menghampiri mobil,,
Dor dor dor
2 orang yang berada didalam mobil itu menembaki orang-orang yang berniat membegal. Dan bidadari itu,, dia menjerit meminta tolong dan menangis sambil menutup telinganya. Aku harus menolong bidadari itu tapi gimana caranya?
Dor dor
Dua tebakan itu tepat mengenai 2 orang yang berada didalam mobil itu hingga meninggal. Mereka mendekati mobil dimana bidadari itu sedang menangis ketakutan.
Aku menstater motorku dan melaju dengan kencang menabrak orang-orang itu lalu aku segera turun dari motor dan menghampiri bidadari itu.
"Pegang tanganku?" ucapku menyodorkan tanganku dihadapannya membuatnya merenung
"Jangan takut nona, aku akan menolongmu" tambahku dan akhirnya dia memegang tanganku, tanpa menunggu lagi aku langsung menariknya berlari menjauh dari orang-orang jahat itu.
Author prov
Dor
dor
dor
Komplotan orang-orang jahat itu mengejar Bian dan Marsya sambil menembaki mereka. Bian bingung harus bersembunyi kemana lagi, tanpa banyak berpikir Bian menarik Marsya masuk kedalam hutan.
Bian terus menarik tangan Marsya dan terus berlari karena beberapa orang jahat itu masih mengejarnya
"Aku tidak kuat lagi,, kaki aku sakit" ucap Marsya terbata-bata sambil menangis terisak membuat Bian berhenti berlari
"Kita harus cari tempat yang aman,, kamu harus tahan dulu yah" ucap Bian dengan lembut menatap Marsya yang tengah menangis ketakutan dan tak lama Marsyapun mengangguk
Bian dan Marsya kembali berlari menyusuri hutan yang gelap gulita.
"A...aku s..udah tidak kuat lagi" ucap Marsya dan akhirnya Bian menghentikan larinya
"Kita bersembunyi dibalik pohon itu saja" Bian menarik Marsya bersembunyi dibalik pohon.
"Hikz...." Marsya masih sesegukan menangis.
"Ssssstttt... Nanti orang-orang itu tau kita disini" ucap Bian dengan lembut menatap Marsya.
"A...aku ta...kut" ucap Marsya terbata-bata
"Tenanglah,, aku akan melindungimu dari mereka" ucap Bian membuat Marsya memandangnya.
7 orang itu semakin mendekat,, dan saat semakin dekat pohon. Bian keluar dan mengeluarkan jurus taekwondonya melawan ketujuh orang itu, karena Bian adalah seorang master taekwondo dikampusnya. Marsya hanya mengintip dari balik pohon memperhatikan Bian yang sedang berkelahi.
Bug
Bug
Brak
Brug
Saat sedang melawan ke 5 orang itu, satu orang yang tumbang mengeluarkan sebuah pisau lipat dan hendak menyerang Bian dari belakang.
Brug
Marsya memukul pundak penjahat itu dengan kayu balok yang ada disekitar sana hingga orang itu tumbang. Membuat Bian melihat ke arah Marsya yang megang kayu balok dengan gemetaran.
"Awas" teriak Marsya saat melihat seseorang hendak memukul Bian tetapi dengan sigap Bian menghindar, dan tak butuh waktu lama ke 7 orang itu tumbang.
"Ayo kita segera pergi dari sini, keburu datang lagi yang lain" ucap Bian  yang dijawab anggukan oleh Marsya.
Bian mengambil pisau lipat yang jatuh ketanah dan kembali menarik tangan Marsya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Kini mereka hanya berjalan kaki menyusuri hutan yang gelap.
"Kamu tau jalan keluar dari hutan ini?" tanya Bian
"Tidak" jawab Marsya. " aku lelah" tambah Marsya
"Disana ada batu besar,, ayo kita istirahat disana" sahut Bian dan Marsya hanya mengikuti.
"Jadi, kamu kenal dengan mereka yang tadi nyerang kamu?" tanya Bian saat mereka sudah duduk
"Tidak, aku tidak mengenal mereka" ucap Marsya
"Mungkin mereka hanya ingin merampok saja" ucap Bian, Marsya tidak menjawab dan hanya diam saja.
"Kenapa kamu tadi menangis histeris? Apa setakut itu?" tanya Bian penasaran.
"Aku punya trauma dan sangat takut mendengar suara tembakan" ucap Marsya dengan dingin. Ini pertama kalinya Marsya berbicara dengan orang asing.
"Oh ya aku Fabian,, panggil saja Bian" ucap Bian menyodorkan tangannya membuat Marsya mengernyitkan dahinya.
"Aku Marsya" ujar Marsya tanpa menjabat tangan Bian, membuat Bian tersenyum dan menarik kembali tangannya.
"Kamu asli orang sini?" tanya Bian
"Hmmm,, kamu?" tanya Marsya
"Aku dari Jakarta, kebetulan lagi kkn disini" ujar Bian
"Apa itu kkn?" tanya Marsya mengernyitkan dahinya
"Kkn itu kuliah kerja nyata, suatu kegiatan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa dengan pendekatan lintas keilmuan dan sektoral pada waktu dan daerah tertentu. Kebetulan aku kebagian didaerah sini" ucap Bian
"Oh gitu yah,," ucap Marsya
"Kamu masih sekola? Atau kuliah?" tanya Bian
"Aku masih sekola" jawab Marsya
"Oh ya,, kelas berapa?" tanya Bian
"Aku gak tau" jawab Marsya dengan polos. Kali ini giliran Bian yang mengernyitkan dahinya
"Kok gak tau?" tanya Bian
"Aku homeschooling,, jadi aku gak tau sekarang kelas berapa. Dari kecil aku sudah homeschooling. Aku saja gak pernah menginjakkan kaki ke sekola. Aku gak tau gimana rasanya sekola dan punya banyak teman" ucap Marsya memandang lurus kedepan
Bian merasa kalau Marsya tidak baik-baik saja, dia tidak ingin bertanya lagi dan lebih memilih menatap wajah cantik bak bidadari milik Marsya.
"Aku tidak pernah keluar dari rumah, ini pertama kalinya aku keluar rumah. Itu juga karena kerabat mama aku mengadakan acara ulang tahun anaknya, aku disuruh nenek untuk datang kesana. Tau nya malah kayak gini, " Marsya menghembuskan nafasnya kasar. "Aku rasa orang-orang tadi bukan perampok, tapi suruhan dari musuh bebuyutan ayah untuk membunuhku" ucap Marsya
Bian semakin penasaran dengan kehidupan Marsya, tetapi dia tidak ingin banyak bertanya. Ini baru perkenalan, dia tidak ingin tercap ikut campur.
"Maaf aku terlalu banyak bicara" ucap Marsya
"Tidak apa-apa, kamu cantik kalau sedang berbicara" ucap Bian masih menatap Marsya membuat Marsya menengok ke arah Bian. Mata mereka beradu dan terkunci, keduanya saling bertatapan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar