Secret Garden (Fantasi)
Prolog
Seorang pria dengan bola mata
hijau yang indah nan tajam, tampak pakaian mewah dan jubah khas bangsawan
tampak berlari menerobos hutan gelap yang curam dan menakutkan. Lengannya
terluka parah, darah begitu deras mengalir membasahi pakaian mewahnya dan juga
jubahnya. Tangannya yang sebelah lagi memegang pedang tajam dengan pegangan
emas dengan ukiran dua ekor naga dengan butiran batu permata indah di
sekelilingnya. Tampaknya pedang itu begitu berat hingga pria itu mendereknya.
Cukup lama ia berjalan hingga
sampai di sebuah tempat begitu indah di tengah hutan. Tempat itu seperti taman
yang asri dan masih tampak belum terjambah orang. Warna warni bunga memenuhi
area itu dengan sebuah danau kecil dengan air terjun dengan air yang begitu
jernih.
“Tempat apa ini? aku baru
mengetahui ada tempat begitu indah di tengah hutan,” gumamnya.
Pria itu berjalan menuju danau
dengan air terjun itu. Airnya begitu jernih hingga bebatuan yang menjadi
dangkal dari danau itu terlihat jelas. Ia duduk di sisi danau dengan menyimpan
pedangnya. Ia merobek kain dan membasuh lukanya yang cukup dalam. Sekuat tenaga
ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit di lukanya itu. Cukup lama
ia membersihkan lukanya, hingga hari semakin gelap tanda hari akan segera berganti
malam dan hutan ini akan semakin menyeramkan.
Telinganya yang tajam mendengar
langkah kaki kecil berjalan mendekatinya. Ia bergegas berdiri dengan menderek
pedangnya dan bersembunyi di balik pohon besar yang ada di sekitar danau itu.
Tak lama datanglah seorang gadis berkerudung selendang berwarna putih. Gadis
itu mendekati danau dan mengambil air ke dalam ember yang di bawanya. Saat ia
hendak kembali, tatapannya tertuju pada sobekan kain dari pakaian pria tadi. Ia
berjalan mendekati sobekan kain yang terdapat darah dan mengambilnya.
“Ada sobekan kain dan ini darah,
apa ada orang yang datang ke sini?” gumamnya celingak celinguk kesana kemari
mencari sosok itu. “Ini adalah tempat rahasia, bagaimana mungkin ada orang yang
bisa sampai kemari.”
Seketika angin berhembus dan
menerpa kerudungnya hingga kain itu terbang dan jatuh ke dekat seseorang yang
sedang bersembunyi. Pria yang sedang bersembunyi tadi menganga dan melotot saat
gadis itu berbalik dengan rambut panjangnya yang terurai. Gadis dengan bola mata
coklat madu itu begitu cantik, bahkan lebih cantik dari seorang bidadari.
Kulitnya yang seputih kapas dan berseri, rambutnya yang hitam legam begitu
kontras dengan kulit dan bola matanya.
Pria tadi sampai tak berkedip
melihat pemandangan seorang bidadari tak jauh darinya berdiri yang kini
berjalan cepat meninggalkan tempat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar