MARRIAGE WITH MR. OLD
Prolog
“Sah!”
Seruan itu memenuhi
rumah dimana akad nikah pasangan ini di gelar.
Kiara menghela
nafasnya dan menatap Tante yang berada di sisinya dengan sendu.
“Sekarang kamu sudah menjadi
seorang istri dari seorang pria. Tante sangat terharu,” seru wanita itu penuh
ke Ibuan.
Kiara hanya
menampilkan senyuman kecil di bibirnya. Sesungguhnya hatinya tidaklah bahagia.
Bagaimana bisa ia
bahagia, ia di jodohkan begitu saja dengan teman dari Pamannya yang usianya
jauh di atasnya. Dan dirinya masih 18 tahun, baru saja lulus Sekolah Menengah
Atas.
Apa yang akan ia
hadapi kedepannya, sebagai seorang istri dari pria yang ia ketahui begitu
dingin dan jarang sekali berbicara.
Bagaimana nanti
kehidupan rumah tangganya?
Satu
Kiara menatap rumah
besar itu dengan tatapan penuh kekaguman.
Wow...! batinnya.
Ia tidak menyangka
pria yang kini menjadi suaminya begitu kaya raya dan seorang Milyader. Rumahnya
ini bak seperti istana di dalam cerita dongeng.
“Kamar kita di lantai
atas,” seruan itu membuat Kiara menoleh ke sumber suara.
Pria itu tampak dingin
dengan setelan formalnya.
“Kamar kita?” gumam
Kiara sempat bergidik.
Astaga dia lupa
sekarang dia ini siapa. Kenapa harus kaget mendengar kata kamar kita.
“Salah satu pelayan
akan mengantarmu ke kamar, beristirahatlah.” Pria itu berbalik ke arah pintu
meninggalkan Kiara begitu saja dalam kebingungan.
“Tuan!”
Pria tadi menghentikan
langkahnya dan menoleh ke arah Kiara.
“Emm anda mau kemana?”
tanya Kiara entah kenapa menatap tatapan tajam itu membuatnya menjadi gugup.
“Kantor.”
Setelah mengatakan itu, pria itu melanjutkan
langkahnya dengan tenang dan elegant meninggalkan Kiara dalam kedongkolan.
“Mari Nyonya, saya
antar anda ke kamar utama,” seru salah satu pelayan menyadarkan Kiara.
“Panggil Kiara saja,”
jawabnya dan berjalan mengikuti pelayan perempuan itu.
Kiara sampai menganga
melihat situasi sekitar yang sangat luas dan sangat mewah terdapat lorong dan
beberapa ruangan yang membuat Kiara pusing sendiri. Ia bahkan tak yakin akan
mengetahui jalan menuju area lain.
“Ini kamar anda,
Nyonya. Silahkan.”
Kiara masuk ke dalam
kamar yang dua kali lebih luas dari miliknya. Kamar itu berwarna putih dan
sangat membosankan, kontras sekali dengan pemilik kamar ini.
Koper yang di bawa
pelayan tadi, di bawanya dan di rapihkan dalam ruangan walk in closet. Kiara masih mematung menatap sekeliling kamar yang
tak banyak perabotan.
Menurutnya mubajir
sekali memiliki kamar begitu luas dan tidak begitu banyak barang di dalamnya.
“Semua barang telah
saya rapikan, apa masih ada yang anda butuhkan?” tanya pelayan itu.
“Tidak ada, terima
kasih.”
Pelayan itu mengangguk
dan berpamitan pergi.
Kiara berjalan
mendekati sisi ranjang seraya melepaskan tas ransel yang sejak tadi ia gendong.
Ia membuka tas itu dan mengeluarkan pigura kecil dari dalam sana.
“Ma, Pa,” gumamnya
mengusap foto yang ada di dalam pigura itu.
“Kini aku sudah
menikah dengan seorang pria bernama Abian Bima Adirajada. Dia adalah teman dari
Paman,” seru Kiara.
“Aku tidak
mengenalnya, memang sih aku sudah beberapa kali bertemu dengannya saat ia
datang ke rumah menemui Paman. Tetapi kami sama sekali tidak pernah saling
menyapa atau berkomunikasi. Dia juga bahkan tidak melamarku, Paman dan Bibi
menikahkan kami.”
“Apa keputusanku
salah, Ma, Pa? Aku hanya tidak ingin terlalu lama merepotkan Paman dan Bibi.
Mereka masih memiliki anak-anak yang harus mereka perhatikan,” seru Kiara.
“Kini aku juga di bawa
ke Jakarta, kota yang bahkan tak pernah aku datangi sekalipun. Aku tidak tau
rencanaku ke depannya akan bagaimana, dan bagaimana dengan cita-citaku. Aku
sungguh tidak tau.”
“Ma, Pa, sekarang
Kiara sudah menyandang status Nyonya Abian yang sepertinya dia orang penting.
Rumahnya saja sudah seperti istana di kerajaan, begitu besar dan mewah. Aku
sungguh merasa sangat asing di sini.”
Kiara menghela
nafasnya dan kembali menatap sekeliling kamar. Merasa tak ada yang bisa ia
lakukan, ia akhirnya memutuskan untuk mandi dan beristirahat saja.
Abian masuk ke dalam
kamarnya dan mata tajamnya langsung menangkap sosok mungil yang tengah
terlelap, bergelut di balik selimut tebal nan halus.
Ia berjalan mendekati
Kiara dan mengambil duduk di sisi ranjang. Ia menatap wajah imut nan cantik
Kiara, tangannya terulur merapihkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.
Abian menunduk
mendekati Kiara dan mengecup keningnya. Kecupan singkat darinya, tetapi ia
masih menatap wajah Kiara dari dekat tanpa ingin menjauhkan wajahnya.
Tatapan tajamnya kini
turun ke bagian bibir tipis merah milik Kiara yang begitu menggoda. Bibir yang
tampaknya masih begitu ranum dan polos belum di jambah oleh pria lain.
Cukup lama Abian
menatap bibir itu, dan mendekatinya. Ia mengecup pelan bibir itu yang entah
kenapa memberi getaran aneh pada tubuhnya.
Abian melihat ke arah
mata Kiara yang masih terlelap. Entah kenapa ia tak ingin melepaskan dan
mengabaikan bibir ranum itu.
Ia kembali mengecup
bibir Kiara dan sedikit melumat bibir bawahnya membuat Kiara terusik. Abian
menjauhkan wajahnya dari Kiara dan menatap Kiara yang masih terlelap.
Tatapannya kembali ke bagian bibir Kiara yang basah karenanya.
Entah kenapa rasanya
ia ingin mengecupi dan melahap habis bibir ranum itu yang terasa manis dan
berpengaruh kepada tubuhnya.
Abian akhirnya memilih
menghentikan kegiatan mencuri ciuman itu dan masuk ke kamar mandi untuk
membersihkan diri.
~~~
Kiara bangun dari
tidurnya, ia mengucek kedua matanya dan merenggangkan kedua tangannya.
“Jam berapa yah ini,”
gumamnya menutup mulutnya yang menguap.
“Tujuh.”
Jawaban itu langsung
membuat Kiara menoleh ke sumber suara.
“Ah...!” Kiara
menjerit seraya menutup mata dengan kedua tangannya.
“Apa?”
“Ke-kenapa Tuan tidak
memakai baju?” seru Kiara wajahnya terasa memanas.
Abian tampak santai
dengan tubuh polosnya dan hanya menggunakan handuk yang di lilit di
pinggangnya.
“Kenapa? Aku suamimu.”
Jawaban singkat nan
datar itu semakin membuat Kiara malu sekaligus kesal. Ini orang kenapa begitu
irit berbicara, apa kapasitas suara dan katanya terbatas.
Kiara melihat Bian
berjalan menuju walk in closet, dan itu kesempatan Kiara melesat cepat masuk ke
dalam kamar mandi dan menyembunyikan diri dari pemandangan yang Eeerrr...
menggiurkan hasrat.
~~~
Saat ini Kiara dan
Abian sedang menikmati makan malam mereka dalam diam. Tak ada yang bersuara
selain dari suara dentingan sendok dan garpu. Sesekali Kiara melirik ke arah
Bian yang tampak fokus dengan elegant pada makanannya. Cara makan Abian juga
terlihat begitu rapi dan sangat elegant.
Selesai makan, mereka
masih diam dan meneguk minuman dalam gelas.
“Aku akan kembali ke
kamar,” seru Kiara ingin segera melarikan diri dari suasana mencengangkan ini.
“Tunggu!”
Kiara mengernyitkan
dahinya mendengar seruan Abian. Ia kembali duduk di tempatnya dan menatap ke
arah lain tak ingin beradu tatapan dengan Bian.
“Ini handphone
untukmu,” ucap Abian menyerahkan Iphone keluaran terbaru ke arah Kiara. “Cari
tau kampus dan jurusan yang kamu inginkan di kota ini. Nanti akan aku
daftarkan.”
Tumben... ini adalah
kalimat terpanjang yang di ucapkan oleh tuan irit berbicara itu.
“Ini terlalu mahal dan
mewah,” seru Kiara saat melihat Iphone yang sangat mewah dan bagus.
“Kamu harus terbiasa
dengan semua barang ini.” Abian beranjak dari duduknya dan berlalu pergi meninggalkan
Kiara yang hanya menatapnya dongkol.
“Cepat katakan padaku
kalau sudah menentukan pilihan,” serunya dengan nada datar membuat Kiara
semakin dongkol.
Ya Allah, kenapa aku memiliki suami model begini? Tampan sih jangan di
tanya, tetapi kenapa begini? Kiara membatin dalam kedongkolannya.
Ꙭ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar