Jumat, 02 Agustus 2019





DOSEN VS ME



Prolog
          “Kenapa mau menerima perjodohan ini?” tanya wanita yang berdiri di depan meja bersebrangan dengan pria tampan yang duduk angkuh di meja kebesarannya.
          “Karena aku merasa harus menerimanya,” jawabnya dengan enteng.
          “Bisakah memberi alasan yang lebih logis?” tanya wanita itu mendelik tajam.
          “Apa kurang masuk akal alasanku? Aku tidak memiliki alasan apapun, aku hanya ingin saja.”
          “Tapi kenapa?” wanita itu tampak emosi.
          “Karena saya mau.” Jawaban sang pria sudah pastilah membuat sang wanita tersulut emosi hingga ke ubun-ubun.
          “Batalkan perjodohan ini, saya tidak mau menikah dengan Bapak!” desisnya tajam.
          “Saya menolak,” jawabnya enteng.
          “Kau!”
          “Saya senang menghabiskan waktu untuk menjatuhkanmu.” Jawaban itu membuat sang wanita semakin emosi dan menatap tajam pria di depannya.
          “Baiklah, maka aku tidak akan membatalkan perjodohan ini. Aku menerima tantangan anda, Pak Dosen! Kita lihat saja siapa yang akan memenangkan permainan ini.” Wanita itu melemparkan senyuman sinisnya.
           “Kau akan menderita karena menikah denganku!” ucapnya penuh penekanan. Dan seketika pria di depannya terkekeh.
           “Aku sangat menantikan saat itu,” ucapnya seraya mengedipkan sebelah matanya dengan gerakan menggoda membuat sang wanita mendengus sebal.
          Lawan yang sulit, karena dia harus menghadapi seorang Dosen killer yang sebentar lagi akan menikahinya...











Part 1
Stella








“Hooaaammm” rasanya ngantuk sekali.
Aku baru selesai menonton drama korea, tak terasa malam sudah semakin larut. Tetapi aku masih ingin menikmati masa liburku setelah wisuda kemarin, sebelum aku mulai sibuk dan di pusingkan lagi dengan yang namanya Khoas. Aku merenggangkan seluruh kedua tanganku yang terasa kaku karena terlalu lama dalam posisi duduk. Aku melihat jam Doraemonku yang bertengker cantik di meja belajar. Waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Ini benar-benar rekor, seharian ini aku tak beranjak dari depan laptop, sejak pagi hingga hampir pagi lagi ngebut menonton drakor yang sungguh menguras energi dan perasaanku. Air mata dan tissue entah sudah berapa banyak keluar. Aku memang penggemar drama korea dari sejak kecil, ada banyak sekali Oppa Oppa tampan yang aku incar. Berharap salah satu dari mereka melirikku. Jangan Syirik yah kalian!
Setelah menutup laptop dan menyimpannya di atas meja, aku merebahkan tubuhku di atas kasur doraemon kesayanganku. Aku memang maniak doraemon, kucing lucu itu sungguh aku sangat menyukainya. Jadi hampir semua barang yang ada di kamarku itu berbentuk doraemon atau bergambar doraemon. Anggap saja aku ini alay, tetapi kalau sudah maniak yah mau gimana lagi.
Oh iya, namaku Stella Anindita Wiratmaja. Aku baru saja menyelesaikan kuliahku di fakultas kedokteran, dan kemarin baru selesai wisuda. Well, semua perjuangan aku belum selesao, karena koas yang menakutkan sudah menanti di depan gue. Gue harus benar-benar siapkan jiwa raga gue, dan yang paling menyebalkannya pengawas koas nya itu Dosen killer yang sangat sangat sangat gue benci dalam hidup gue.
Baiklah cukup sampai di situ aku memperkenalkan diriku, sekarang rasanya kepalaku berkunang-kunang dan mataku seperti di beri lem hingga sudah tak sanggup lagi untuk terus membuka mata. Sampai besok di pagi hari yang merumitkan.
“Stellaa,,, sayang bangunnn!” teriakan Mama sungguh memekakan telingaku. Ya Tuhan, aku masih sangat mengantuk. Tidak tau apa kalau aku sedang bermimpi bersama pangeranku.
“Stella sayang, ayo bangun. Kamu terlambat ke kampus.” Aku mengintip dari sebelah mataku saat mendengar lagi suara Mama dan kali ini begitu dekat tak seperti tadi berteriak.  Aku akhirnya bangun sambil mengucek kedua mataku dengan malas.
“Aku masih ngantuk,” cicitku terus menguap.
“Pasti kamu begadang lagi karena menonton film,” seru Mamah membuatku hanya bisa membuka sebelah mataku. “Cepat bangun, bukankah hari ini mulai mengurusi koas kamu itu.”
“Jam berapa sekarang Ma?” tanyaku pada Mamaku yang cantik.
“Lihat jam doraemonmu,” ucap Mama yang terlihat sibuk memunguti pakaian dan buku-bukuku yang berserakan di lantai.
Oh Ghost !!!
Sumpah demi apa, kali ini jam becker doraemon lucuku berubah menjadi sosok hantu  menyeramkan di film The Bride yang baru beberapa hari lalu ku tonton. “Aaaa,,, aku terlambat!” aku berteriak dan langsung meloncat ke kamar mandi.
Ah sial, mana pengawasnya si Dosen killer itu lagi, mati gue kali ini. Aku langsung melakukan ritual mandi ular. Kalian pernah dengar ritual mandi ular? Kalau belum pernah, berarti masa kecil kalian kurang bahagia.
5 menit sudah aku melakukan ritual mandi ular, dan langsung memakai pakaian casualku. Aku tidak suka berdandan seperti wanita kebanyakan, aku lebih suka apa adanya. Jadi aku tak perlu berlama-lama lagi, aku langsung mengambil tas selendangku dan sepatu ketsku. Setelahnya aku berlari keluar kamar untuk berangkat. Gila, aku sangat terlambat. Bayangkan saja, jadwal pertemuan jam 7. Dan ini sudah pukul 8 lebih.
Mampus !!
“Sayang, kamu gak nyisir?” tanya Mama saat aku sampai di meja makan untuk pamit.
“Hehe lupa Ma, nanti saja di mobil,” kekehku segera bergegas.
“Ini suapin rotinya dan sarapan di mobil,” ucap Mama.
Aku menggigit roti selai kacang itu dengan gigitan besar  dan mengecup pipi Mama dan Papa.  Aku langsung berlari menuju mobilku dimana mang Kobar, sopir pribadiku sudah membukakan pintu mobil untukku.
“Tancap gas mang Kobar, kebutttt! kalahkan Dominic di fast and farious!”
“Siap Non,” ucap mang Kobar yang sudah duduk di kursi pengemudi dan menginjak gas mobilnya, aku sampai terpental ke belakang karena ulah mang Kobar. Selama perjalanan aku sibuk menyisir rambut panjangku dan memakan roti selai kacang sambil sesekali mencoba menghubungi Lena sahabat baikku.  
“Kenapa gak di angkat angkat sih!”
Hanya butuh 10 menit, aku sudah sampai di gerbang kampus. Aku bergegas menuruni mobil dan berlari menuju kelasku. Aku menekan tombol lift tetapi malah lama sekali tidak terbuka.  Sial…
Aku terpaksa menaiki tangga darurat menuju ruang pertemuan di lantai 3.
Hosh hosh hosh
Aku sampai di depan kelas yang sangat hening dan senyap seakan tak ada kehidupan sama sekali. Aku mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan. Aku mengetuk pintu kelas dan aku mematung menatap siapa yang membuka pintu.
Diaa….????
Sial! double sial gue sekarang!
Dosen killer itu sudah berdiri melipat kedua tangannya di dada, mata elangnya yang tajam jelas tertuju kepadaku penuh intimidasi. Kalau sudah di tatap seperti ini, ciutlah sudah nyaliku.
“Good!” gumamnya seraya menatap jam tangan yang bertengker di pergelangan tangannya. “1 jam 20 menit keterlambatan anda, Nona Stella.”
“Maafkan saya, Pak.”
“Apa karena sudah wisuda kamu menjadi puas dan berbangga hati, begitu?” tanyanya.
“Maaf Pak, jalanan macet.”
“Jalanan macet? alasan klise, Stella. Kau pikir teman-temanmu semua kemari menggunakan pesawat terbang? Mereka semua juga menggunakan kendaraan darat dan melewati jalanan ibu kota, tetapi mereka tak sampai terlambat!” serunya seperti biasa mengomel.
Astaga baru saja telingaku tenang dan hening selama 2 minggu, dan sekarang saat kembali ke kampus kenapa harus rombeng lagi nih telinga. Astaga Dosen TMII ini.
“Tunggu di luar!”
“Apa? tapi Pak?” aku ingin memprotes tetapi tatapannya menyiratkan tak ingin di bantah membuatku menghela nafasku dan berlalu pergi.
“Kau mau kemana?” tanyanya saat aku sudah berjalan menjauhi kelas.
“Ke kantin Pak.”
Dia berjalan mendekatiku dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
“Aku memintamu menunggu di luar bukan pergi!” ucapannya itu sungguh ultimatum yang menakutkan. Astaga kejam sekali sih nih Dosen bikin merinding gue aja.
“Tunggu di sini, sampai pengarahanku selesai di sampaikan!”
“Baik Pak.”
Aku mengangkat kepalan tanganku ke arahnya yang kini sudah berbalik memunggungiku, ingin sekali aku meninjunya.
“Apa?” aku langsung menarik tanganku ke belakang kepalaku dan menggaruk kepalaku berpura-pura kegatalan. “Aduh ini gatal Pak,” kekehku berusaha menampilkan senyuman terbaikku.
Dia kembali berbalik dan meneruskan jalannya memasuki kelas.
Astaga sumpah yah, ini hari tersial untukku. Dan anehnya kenapa aku selalu di takdirkan untuk bertemu dengannya. Padahal dia dosen baru di sini, tetapi sudah di percaya menjadi seorang pengawas karena dia seorang Dosen merangkap Dokter. Ah aku berharap pulang dari sini aku bisa bertemu dengan seorang pangeran tampan dari Negri Jiran.
Hoammm,, astaga aku sangat mengantuk. Ini sudah 2 jam berlalu dan mereka masih pada di dalam kelas. Sebenarnya pengarahan apa sih yang di berikan tuh dosen killer.
Tak lama terdengar suara pintu di buka dan semua teman-teman sekelompokku keluar dari sana.
“Makanya jangan molor aja,” ejek Rijal membuatku kesal. Yang lainnya hanya terkekeh mentertawakanku, apanya yang lucu coba? Dasar para oray kadut alias orang alay kayak badut.
“Heh loe ini kebiasaan deh, gue udah telpon beberapa kali juga masih aja kagak bangun,” tegur sahabat terbaikku Lennong Sabillilah alias Lenna Sabilla.
“Ya habis mau gimana lagi, gue baru tidur jam 2 malam,” ucapku.
“Astaga, ngapain aja? begadang mulu, bukannya puas-puasin tidur, koas bakalan sering begadang.”
“Maka dari itu, gue pengen menikmati masa luang gue buat nonton drama korea. Setelah koas mana bisa gue nonton.”
“Alasan saja,” kekehnya.
“Stella, ikut ke ruangan saya!” seruan itu menghentikan obrolanku dengan Lenna.
“Selamat berjuang,” kekeh Lenna seraya menepuk pundakku dan berlalu pergi.
Aku akhirnya berjalan mengikuti si Dosen killer, entah hukuman apa yang akan dia berikan padaku kali ini. Sesampainya di depan ruangannya, kami masuk ke dalam ruangannya dan dia langsung duduk di kursi kebesarannya seraya mengeluarkan laptop dari dalam tasnya. Aku masih berdiri di hadapan meja kebesarannya, dan dia malah sibuk menyalakan laptopnya. Apa sih maksudnya, dia malah mendiamkanku seperti ini. Dia mau pamer wajah tampannya? Tapi kan dia memang tampan, itu tidak di ragukan lagi, tetapi percuma wajah tampan tetapi sifatnya naudzubillah menyeramkan.
“Maaf Pak, kenapa anda memanggil saya ke sini?” tanyaku setelah 5 menit berlalu dan hanya saling diam. Dia malah sibuk dengan laptop miliknya dan tidak menganggapku ada, dia pikir aku ini hantu apa. Masa ada hantu, secantik aku sih…
“Kamu gak ada jera nya menerima hukuman dariku,” serunya membuatku terdiam. “Saya sampai bingung mau kasih hukuman apalagi untuk kamu!”
“Ya gak usah di hukum saja, Pak.” Aku bergumam dan ternyata terdengar olehnya.
“Apa?”
“Ah tidak Pak,” ucapku.
“Kamu ambil kertas HVS ini.” Dia menyodorkan kertas HVS kosong sebanyak 10 lembar, dan juga menyodorkan balpoinnya. “Kamu tulis dengan rapi, ‘Saya Tidak Akan Terlambat Lagi, Kalau Saya Terlambat. Maka Saya Siap Menerima Hukuman Apapun.’ Kamu tulis kata itu di seluruh HVS ini bolak balik dan nanti di HVS terakhir, kamu tulis yang bertanda tangan di sini, nah kamu tanda tangan dan sertakan nama kamu juga.”
What The Hell?
          “Tapi Pak-“
 “Apa masih kurang? Baiklah akan saya tambah lagi HVSnya.” Dia kembali mengambil beberapa lembar HVS tetapi segera ku tahan.
“Ini cukup!” cegahku dengan segera.
“Baiklah, kau kerjakan di sofa itu. Kamu boleh keluar setelah menyelesaikannya,” ucapannya semakin membuatku terpekik.
Dia gilaaaaaa….
Dasar Dosen bossy
Dosen gila, gak waras
Dosen otoriter
Dosen tua
Aaahhhh menyebalkan…
Hukuman macam apa ini? Di kira aku ini anak SMP. Dan astaga kenapa harus 10 lembar di kali 2 jadi 20 halaman aku menulis. Dasar Dosen TMII, aku sumpahin gak laku deh. Eh, tapi dia belum menikah kan? Kalau begitu aku sumpahin dia akan gagal bersama pasangannya.
“Puas memberikan sumpah serapahmu untuk saya?” Lah? kok dia bisa tau sih?
“Eh tidak Pak, Bapak ke Geeran deh,” aku terkekeh sumbar dan duduk di atas sofa untuk mengejakan hukumanku dan segera pulang.
Baru satu HVS saja, pergelangan tanganku sudah sangat sakit. Bisa patah nih lama-lama tanganku. Dasarr dosen Kejam….
“Sudah selesai?” tanyanya.
Apa-apaan dia, seenaknya saja kalau berbicara. Dia pikir aku ini cat women yang bisa menulis dengan cepat dalam waktu 10 menit.
“Belum,” jawabku dengan singkat.
“Lamban!” ucapnya membuatku mendengus sebal. Sumpah yah hari ini adalah hari yang paling paling menyebalkan dalam kisah hidup Stella Anindita. Seorang putri tunggal dari keluarga Wiratmaja di perlakukan seperti ini oleh dosen gila kejam itu. Ini benar-benar sudah jatuh tertimpa gorilla juga.
Menyebalkan…..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar