DOSEN VS ME
Prolog
“Kenapa
mau menerima perjodohan ini?” tanya wanita yang berdiri di depan meja
bersebrangan dengan pria tampan yang duduk angkuh di meja kebesarannya.
“Karena
aku merasa harus menerimanya,” jawabnya dengan enteng.
“Bisakah
memberi alasan yang lebih logis?” tanya wanita itu mendelik tajam.
“Apa
kurang masuk akal alasanku? Aku tidak memiliki alasan apapun, aku hanya ingin
saja.”
“Tapi
kenapa?” wanita itu tampak emosi.
“Karena
saya mau.” Jawaban sang pria sudah pastilah membuat sang wanita tersulut emosi
hingga ke ubun-ubun.
“Batalkan
perjodohan ini, saya tidak mau menikah dengan Bapak!” desisnya tajam.
“Saya
menolak,” jawabnya enteng.
“Kau!”
“Saya
senang menghabiskan waktu untuk menjatuhkanmu.” Jawaban itu membuat sang wanita
semakin emosi dan menatap tajam pria di depannya.
“Kau akan menderita karena menikah denganku!”
ucapnya penuh penekanan. Dan seketika pria di depannya terkekeh.
Lawan yang sulit, karena dia harus
menghadapi seorang Dosen killer yang sebentar lagi akan menikahinya...
Stella
“Hooaaammm” rasanya
ngantuk sekali.
Aku baru selesai menonton
drama korea, tak terasa malam sudah semakin larut. Tetapi aku masih ingin
menikmati masa liburku setelah wisuda kemarin, sebelum aku mulai sibuk dan di
pusingkan lagi dengan yang namanya Khoas. Aku merenggangkan seluruh kedua
tanganku yang terasa kaku karena terlalu lama dalam posisi duduk. Aku melihat
jam Doraemonku yang bertengker cantik di meja belajar. Waktu sudah menunjukkan
pukul 1 malam. Ini benar-benar rekor, seharian ini aku tak beranjak dari depan
laptop, sejak pagi hingga hampir pagi lagi ngebut menonton drakor yang sungguh
menguras energi dan perasaanku. Air mata dan tissue entah sudah berapa banyak
keluar. Aku memang penggemar drama korea dari sejak kecil, ada banyak sekali
Oppa Oppa tampan yang aku incar. Berharap salah satu dari mereka melirikku.
Jangan Syirik yah kalian!
Setelah menutup
laptop dan menyimpannya di atas meja, aku merebahkan tubuhku di atas kasur
doraemon kesayanganku. Aku memang maniak doraemon, kucing lucu itu sungguh aku
sangat menyukainya. Jadi hampir semua barang yang ada di kamarku itu berbentuk
doraemon atau bergambar doraemon. Anggap saja aku ini alay, tetapi kalau sudah
maniak yah mau gimana lagi.
Oh iya, namaku Stella
Anindita Wiratmaja. Aku baru saja menyelesaikan kuliahku di fakultas
kedokteran, dan kemarin baru selesai wisuda. Well, semua perjuangan aku belum
selesao, karena koas yang menakutkan sudah menanti di depan gue. Gue harus
benar-benar siapkan jiwa raga gue, dan yang paling menyebalkannya pengawas koas
nya itu Dosen killer yang sangat sangat sangat gue benci dalam hidup gue.
Baiklah cukup sampai
di situ aku memperkenalkan diriku, sekarang rasanya kepalaku berkunang-kunang
dan mataku seperti di beri lem hingga sudah tak sanggup lagi untuk terus membuka
mata. Sampai besok di pagi hari yang merumitkan.
∞
“Stellaa,,, sayang
bangunnn!” teriakan Mama sungguh memekakan telingaku. Ya Tuhan, aku masih
sangat mengantuk. Tidak tau apa kalau aku sedang bermimpi bersama pangeranku.
“Stella sayang, ayo
bangun. Kamu terlambat ke kampus.” Aku mengintip dari sebelah mataku saat mendengar
lagi suara Mama dan kali ini begitu dekat tak seperti tadi berteriak. Aku akhirnya bangun sambil mengucek kedua
mataku dengan malas.
“Aku masih ngantuk,”
cicitku terus menguap.
“Pasti kamu begadang
lagi karena menonton film,” seru Mamah membuatku hanya bisa membuka sebelah
mataku. “Cepat bangun, bukankah hari ini mulai mengurusi koas kamu itu.”
“Jam berapa sekarang
Ma?” tanyaku pada Mamaku yang cantik.
“Lihat jam doraemonmu,”
ucap Mama yang terlihat sibuk memunguti pakaian dan buku-bukuku yang berserakan
di lantai.
“Oh Ghost !!!”
Sumpah demi apa, kali
ini jam becker doraemon lucuku berubah menjadi sosok hantu menyeramkan di film The Bride yang baru beberapa hari lalu ku tonton. “Aaaa,,, aku
terlambat!” aku berteriak dan langsung meloncat ke kamar mandi.
Ah sial, mana
pengawasnya si Dosen killer itu lagi, mati gue kali ini. Aku langsung melakukan
ritual mandi ular. Kalian pernah dengar ritual mandi ular? Kalau belum pernah,
berarti masa kecil kalian kurang bahagia.
5 menit sudah aku
melakukan ritual mandi ular, dan langsung memakai pakaian casualku. Aku tidak suka berdandan seperti wanita kebanyakan, aku
lebih suka apa adanya. Jadi aku tak perlu berlama-lama lagi, aku langsung
mengambil tas selendangku dan sepatu ketsku.
Setelahnya aku berlari keluar kamar untuk berangkat. Gila, aku sangat
terlambat. Bayangkan saja, jadwal pertemuan jam 7. Dan ini sudah pukul 8 lebih.
Mampus !!
“Sayang, kamu gak
nyisir?” tanya Mama saat aku sampai di meja makan untuk pamit.
“Hehe lupa Ma, nanti
saja di mobil,” kekehku segera bergegas.
“Ini suapin rotinya
dan sarapan di mobil,” ucap Mama.
Aku menggigit roti
selai kacang itu dengan gigitan besar dan
mengecup pipi Mama dan Papa. Aku
langsung berlari menuju mobilku dimana mang Kobar, sopir pribadiku sudah
membukakan pintu mobil untukku.
“Tancap gas mang Kobar,
kebutttt! kalahkan Dominic di fast and farious!”
“Siap Non,” ucap mang
Kobar yang sudah duduk di kursi pengemudi dan menginjak gas mobilnya, aku
sampai terpental ke belakang karena ulah mang Kobar. Selama perjalanan aku
sibuk menyisir rambut panjangku dan memakan roti selai kacang sambil sesekali
mencoba menghubungi Lena sahabat baikku.
“Kenapa gak di angkat
angkat sih!”
Hanya butuh 10 menit,
aku sudah sampai di gerbang kampus. Aku bergegas menuruni mobil dan berlari
menuju kelasku. Aku menekan tombol lift
tetapi malah lama sekali tidak terbuka. Sial…
Aku terpaksa menaiki
tangga darurat menuju ruang pertemuan di lantai 3.
Hosh hosh hosh
Aku sampai di depan
kelas yang sangat hening dan senyap seakan tak ada kehidupan sama sekali. Aku
mencoba mengatur nafasku yang tak beraturan. Aku mengetuk pintu kelas dan aku
mematung menatap siapa yang membuka pintu.
Diaa….????
Sial! double sial gue sekarang!
Dosen killer itu
sudah berdiri melipat kedua tangannya di dada, mata elangnya yang tajam jelas
tertuju kepadaku penuh intimidasi. Kalau sudah di tatap seperti ini, ciutlah
sudah nyaliku.
“Good!” gumamnya
seraya menatap jam tangan yang bertengker di pergelangan tangannya. “1 jam 20
menit keterlambatan anda, Nona Stella.”
“Maafkan saya, Pak.”
“Apa karena sudah
wisuda kamu menjadi puas dan berbangga hati, begitu?” tanyanya.
“Maaf Pak, jalanan
macet.”
“Jalanan macet?
alasan klise, Stella. Kau pikir teman-temanmu semua kemari menggunakan pesawat
terbang? Mereka semua juga menggunakan kendaraan darat dan melewati jalanan ibu
kota, tetapi mereka tak sampai terlambat!” serunya seperti biasa mengomel.
Astaga baru saja
telingaku tenang dan hening selama 2 minggu, dan sekarang saat kembali ke
kampus kenapa harus rombeng lagi nih telinga. Astaga Dosen TMII ini.
“Tunggu di luar!”
“Apa? tapi Pak?” aku
ingin memprotes tetapi tatapannya menyiratkan tak ingin di bantah membuatku
menghela nafasku dan berlalu pergi.
“Kau mau kemana?”
tanyanya saat aku sudah berjalan menjauhi kelas.
“Ke kantin Pak.”
Dia berjalan
mendekatiku dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
“Aku memintamu
menunggu di luar bukan pergi!” ucapannya itu sungguh ultimatum yang menakutkan.
Astaga kejam sekali sih nih Dosen bikin merinding gue aja.
“Tunggu di sini,
sampai pengarahanku selesai di sampaikan!”
“Baik Pak.”
Aku mengangkat
kepalan tanganku ke arahnya yang kini sudah berbalik memunggungiku, ingin
sekali aku meninjunya.
“Apa?” aku langsung
menarik tanganku ke belakang kepalaku dan menggaruk kepalaku berpura-pura
kegatalan. “Aduh ini gatal Pak,” kekehku berusaha menampilkan senyuman
terbaikku.
Dia kembali berbalik
dan meneruskan jalannya memasuki kelas.
Astaga sumpah yah,
ini hari tersial untukku. Dan anehnya kenapa aku selalu di takdirkan untuk
bertemu dengannya. Padahal dia dosen baru di sini, tetapi sudah di percaya
menjadi seorang pengawas karena dia seorang Dosen merangkap Dokter. Ah aku
berharap pulang dari sini aku bisa bertemu dengan seorang pangeran tampan dari
Negri Jiran.
∞
Hoammm,, astaga aku
sangat mengantuk. Ini sudah 2 jam berlalu dan mereka masih pada di dalam kelas.
Sebenarnya pengarahan apa sih yang di berikan tuh dosen killer.
Tak lama terdengar
suara pintu di buka dan semua teman-teman sekelompokku keluar dari sana.
“Makanya jangan molor
aja,” ejek Rijal membuatku kesal. Yang lainnya hanya terkekeh mentertawakanku,
apanya yang lucu coba? Dasar para oray kadut alias orang alay kayak badut.
“Heh loe ini
kebiasaan deh, gue udah telpon beberapa kali juga masih aja kagak bangun,”
tegur sahabat terbaikku Lennong Sabillilah alias Lenna Sabilla.
“Ya habis mau gimana
lagi, gue baru tidur jam 2 malam,” ucapku.
“Astaga, ngapain aja?
begadang mulu, bukannya puas-puasin tidur, koas bakalan sering begadang.”
“Maka dari itu, gue
pengen menikmati masa luang gue buat nonton drama korea. Setelah koas mana bisa
gue nonton.”
“Alasan saja,”
kekehnya.
“Stella, ikut ke
ruangan saya!” seruan itu menghentikan obrolanku dengan Lenna.
“Selamat berjuang,”
kekeh Lenna seraya menepuk pundakku dan berlalu pergi.
Aku akhirnya berjalan
mengikuti si Dosen killer, entah hukuman apa yang akan dia berikan padaku kali
ini. Sesampainya di depan ruangannya, kami masuk ke dalam ruangannya dan dia
langsung duduk di kursi kebesarannya seraya mengeluarkan laptop dari dalam
tasnya. Aku masih berdiri di hadapan meja kebesarannya, dan dia malah sibuk menyalakan
laptopnya. Apa sih maksudnya, dia malah mendiamkanku seperti ini. Dia mau pamer
wajah tampannya? Tapi kan dia memang tampan, itu tidak di ragukan lagi, tetapi
percuma wajah tampan tetapi sifatnya naudzubillah menyeramkan.
“Maaf Pak, kenapa
anda memanggil saya ke sini?” tanyaku setelah 5 menit berlalu dan hanya saling
diam. Dia malah sibuk dengan laptop miliknya dan tidak menganggapku ada, dia
pikir aku ini hantu apa. Masa ada hantu, secantik aku sih…
“Kamu gak ada jera
nya menerima hukuman dariku,” serunya membuatku terdiam. “Saya sampai bingung
mau kasih hukuman apalagi untuk kamu!”
“Ya gak usah di hukum
saja, Pak.” Aku bergumam dan ternyata terdengar olehnya.
“Apa?”
“Ah tidak Pak,”
ucapku.
“Kamu ambil kertas
HVS ini.” Dia menyodorkan kertas HVS kosong sebanyak 10 lembar, dan juga
menyodorkan balpoinnya. “Kamu tulis dengan rapi, ‘Saya Tidak Akan Terlambat Lagi, Kalau Saya Terlambat. Maka Saya Siap Menerima Hukuman Apapun.’ Kamu
tulis kata itu di seluruh HVS ini bolak balik dan nanti di HVS terakhir, kamu
tulis yang bertanda tangan di sini, nah kamu tanda tangan dan sertakan nama
kamu juga.”
What The Hell?
“Tapi
Pak-“
“Apa masih kurang? Baiklah akan saya tambah
lagi HVSnya.” Dia kembali mengambil beberapa lembar HVS tetapi segera ku tahan.
“Ini cukup!” cegahku
dengan segera.
“Baiklah, kau
kerjakan di sofa itu. Kamu boleh keluar setelah menyelesaikannya,” ucapannya
semakin membuatku terpekik.
Dia gilaaaaaa….
Dasar Dosen bossy
Dosen gila, gak waras
Dosen otoriter
Dosen tua
Aaahhhh menyebalkan…
Hukuman macam apa
ini? Di kira aku ini anak SMP. Dan astaga kenapa harus 10 lembar di kali 2 jadi
20 halaman aku menulis. Dasar Dosen TMII, aku sumpahin gak laku deh. Eh, tapi
dia belum menikah kan? Kalau begitu aku sumpahin dia akan gagal bersama
pasangannya.
“Puas memberikan
sumpah serapahmu untuk saya?” Lah? kok dia bisa tau sih?
“Eh tidak Pak, Bapak
ke Geeran deh,” aku terkekeh sumbar dan duduk di atas sofa untuk mengejakan
hukumanku dan segera pulang.
Baru satu HVS saja,
pergelangan tanganku sudah sangat sakit. Bisa patah nih lama-lama tanganku. Dasarr
dosen Kejam….
“Sudah selesai?”
tanyanya.
Apa-apaan dia,
seenaknya saja kalau berbicara. Dia pikir aku ini cat women yang bisa menulis
dengan cepat dalam waktu 10 menit.
“Belum,” jawabku
dengan singkat.
“Lamban!” ucapnya
membuatku mendengus sebal. Sumpah yah hari ini adalah hari yang paling paling
menyebalkan dalam kisah hidup Stella Anindita. Seorang putri tunggal dari
keluarga Wiratmaja di perlakukan seperti ini oleh dosen gila kejam itu. Ini
benar-benar sudah jatuh tertimpa gorilla juga.
Menyebalkan…..
∞
Tidak ada komentar:
Posting Komentar