Jumat, 02 Agustus 2019



TRAPPED WITH A BASTARD


Prolog
            Kehidupan Alexandra berubah dratis setelah ia bertemu dengan bajingan arogant bernama James Harold. Awalnya ia ingin segera melunasi semua hutang ayahnya kepada seorang wanita pemilik rumah bordir. Tetapi ia malah semakin terjebak dan tak bisa keluar dari cengkraman seorang Billioner tampan itu.
            James merasa dirinya telah di kutuk oleh seorang pelacur. Ia yang saat itu meminta asistennya untuk mencarikan seorang wanita karena ia begitu kalut. Dan sialnya ia di pertemukan dengan wanita bernama Alexandra, dan entah apa yang telah wanita pelacur itu lakukan sampai James sampai tak bisa melupakannya dan ia bahkan tak bisa lagi bercinta dengan wanita lain karena tubuh wanita itu bagaikan morfin untuknya.











Part 1
            Alexandra mengetukkan ujung jarinya ke kursi yang sedang ia duduki. Ini sudah satu jam lamanya ia menunggu. Andai ia bisa, ia ingin kabur dan melarikan diri dari situasi ini. Tetapi sayangnya ia tak bisa melakukan itu. Ini semua karena Ayahnya yang begitu gemar berjudi dan bermain wanita. Dan sialnya ia bersama Ibunya harus menjadi korban untuk selalu membayar hutang-hutang Ayahnya itu.
            Awalnya seperti biasa Alexandra tengah menjalani kesibukan sehari-harinya bekerja di salah satu kedai kopi sebagai Barista. Dan beberapa orang berbadan besar dan menyeramkan mencegahnya dan menculiknya hingga Alexandra terjebak di rumah bordir ini. Sialnya ia harus melunasi hutang Ayahnya yang mencapai 500 ribu dollar. Dan itu membuat Alexandra kesusahan, ia tidak tau harus mencari uang dari mana untuk melunasi semua itu.
            Dan dengan kejamnya, Ayahnya menjual dirinya ke rumah bordir ini untuk melunasi hutang-hutangnya.
            Saat ini ia tengah menunggu tamunya yang pertama. Sesungguhnya ia ingin sekali kabur dari kamar sialan ini, tetapi ia tidak mendapatkan celah untuk kabur. Ia sungguh tidak rela kalau orang pertama yang menjamahnya adalah pria hidung belang yang bahkan tidak ia kenal.
            Ia ingin menyerahkan semuanya kepada seseorang yang begitu ia cintai. David mungkin yang saat ini sedang dekat dengannya. Tetapi itu hanya akan menjadi mimpi tidurnya saja, karena sekarang ia berada di sini dan terjebak.
            Lamunan Alexandra buyar saat mendengar suara pintu di buka dan derap langkah seseorang. Dengan sigap, ia berdiri dengan waspada.
            Tatapannya langsung bertemu dengan tatapan tajam dengan matanya berwarna abu nan tajam dan pekat. Bukan hanya itu yang membuatnya mematung, tetapi wajah tampan nan berkarisma membuatnya lupa untuk berkedip.
            Pria di depannya itu tersenyum mencela, ia memang terbiasa mendapatkan tatapan penuh kekaguman dari semua wanita yang bertemu dengannya.
            “Mandilah, aku tidak suka melakukannya dengan seseorang tanpa bersih,” serunya dengan nada tajam membuat Alexandra tersadar dari lamunannya.
            “Eh...?”
            “Kenapa? Kau tidak paham perkataanku?” tanyanya kembali dengan suara yang berat nan seksi.
            “Aku sudah mandi,” gumam Alexandra segera memalingkan wajahnya.
            “Mandi kembali, aku akan mandi terlebih dulu. Lalu kau langsung mandi,” serunya beranjak pergi menuju kamar mandi.
            Alexandra menghela nafasnya berat. Bagaimana nasibnya malam ini. Bisakah ia menyelamatkan dirinya sendiri?
            >>>
            Pria tadi keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang di lilitkan ke bawah pinggangnya, bahkan bulu-bulu halus di bawah udelnya terlihat jelas dan nampak begitu seksi.
            Alexandra langsung memalingkan wajahnya untuk menghindari pemandangan yang Eeerrr... membuat bulu kuduknya bergidik.
            “Cepat mandi!” perintah pria itu membuat Alexandra bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
            Alexandra menatap wajahnya yang penuh dengan makeup di depan wastafel. Ini sungguh bukanlah dirinya, kini ia terlihat seperti jalang, pelacur. Berbeda dengan kepribadiannya sehari-hari.
            Tanpa sadar air matanya luruh membasahi pipi, ia ingin segera pergi dan menghindari malam ini. Ia tidak ingin dan belum siap melakukannya. Bahkan dengan pria asing untuknya.
            Alexandra membasuh wajahnya berkali-kali dan menghapus semua makeup di wajahnya hingga bersih. Ia tidak ingin melihat wajah itu, wajah yang menampakan dirinya seorang pelacur.
            “Apa kau berniat tidur di dalam kamar mandi? Cepatlah keluar dan jangan membuatku kesal karena menunggumu!”
            Pria di luar sana sungguhlah tidak sabaran, itu membuat Alexandra semakin bingung dan dilema. Jantungnya berdebar kencang, haruskah malam ini ia kehilangan kesuciannya. Sesuatu yang ia jaga untuk pria yang berharga dalam hidupnya dan begitu ia cintai.
            Alexandra sudah melepaskan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam walk in shower dan memutar kran hingga air hangat jatuh menghujani tubuhnya.
            >>>
            Alexandra keluar dari kamar mandi dengan menggunakan jubah handuk seatas lutut dengan rambutnya yang basah. Ia melihat pria tadi hanya memakai celana piyama berwarna putih dan bertelanjang dada. Tengah duduk bersandar di atas ranjang king size.
            Alexandra menundukkan kepalanya tanpa berani melihat ke arah pria di depannya. Ia berdiri di depan pintu kamar mandi yang berada tepat di sisi ranjang.
            Alexandra memeluk dirinya sendiri saat ia merasakan tatapan tajam tengah meneliti tubuhnya seakan menelanjanginya.
            Pria itu beranjak dari atas ranjang dan berjalan tanpa suara mendekati Alexandra yang masih menundukkan kepalanya.
            Alexandra tersentak saat sentuhan tangan hangat menyentuh dagunya dan mendorongnya hingga mau tak mau ia menengadahkan kepalanya dan matanya kembali bersiborok dengan mata abu tajam yang mempesona itu.
            “Cantik,” pujinya saat melihat wajah polos Alexandra tanpa makeup.
            Tanpa aba-aba pria tadi mendekatkan kepalanya ke sisi wajah Alexandra dan menghirup aroma segar nan harum dari tubuh Alexandra.
            “Hanya mencium aroma tubuhmu saja, aku sudah begitu tergoda,” bisiknya mencium ujung telinga Alexandra membuatnya tersentak dan seperti tersengat sesuatu.
            Pria tadi kembali mengendus dan menghirup aroma tubuh Alexandra ke area lehernya. Tubuhnya semakin menempel tetapi Alexandra menahan dada pria itu secara spontan dengan mata terpejam ketakutan.
            Pria tadi menghentikan gerakannya dan menarik kembali kepalanya dari sisi wajah Alexandra dan menatap Alexandra yang memejam ketakutan.
            “Kau tampak tidak berpengalaman,” serunya dengan nada sarkasis.
            “Maaf Tuan, bi-bisakah anda memberi saya waktu,” gumam Alexandra sedikit ketakutan dengan bibir bergetar.
            “Waktu? Time is life dan aku tidak ingin menyia-nyiakan nyawaku untuk membuang-buang waktu.”
            Alexandra kembali menunduk dengan ketakutan.
            “Dengar Nona, aku telah membayarmu dengan harga yang sangat mahal. Apa ini pelayanan yang kau berikan?”
            Alexandra masih terdiam membisu.
            “Aku akan menghubungi Madam Melissa,” seru pria itu membuat Alexandra semakin bergidik.
            Ia telah di ancam oleh Madam sialan itu, kalau dia tidak melakukan pelayanan dengan baik, maka Ibu nya yang akan menanggung akibatnya.
            “Tunggu!”
            Pria itu tersentak kaget saat Alexandra menarik lengannya yang hendak berpaling, dan ia langsung mencium bibir pria tadi dengan kaki berjinjit.
            Pria tadi menyeringai dalam ciumannya dan menatap wajah Alexandra yang terpejam dan begitu dekat dengannya. Terasa jelas ciuman Alexandra begitu tak handal dan sangat berantakan. Pria itu dapat mengetahui kalau ini pengalaman pertama untuk wanita di depannya.
            Pria itu langsung menekan kepala Alexandra dan memeluk pinggangnya, ia mengambil alih ciuman itu membuat Alexandra semakin gugup dan takut tetapi ia tak bisa menghindar dan mengelak lagi.
            Alexandra membuka mulutnya saat ia merasakan lidah pria itu menerobos paksa masuk ke dalam area mulutnya dan bermain di sana, menggoda lidahnya dan mengabsen akses giginya dengan penuh dalam. Tubuh Alexandra terasa panas dan lemas, ia merasa begitu gerah.
            Tangan pria tadi berpindah dari pinggang Alexandra kini mulai meremas bagian dada Alexandra dari balik jubah.
            “Euhh...” Alexandra tanpa sadar mengeluarkan desahannya saat darahnya berdesir hebat dan seakan terbakar.
            Ciuman mereka terlepas hingga tatapan mereka kembali beradu dengan tatapan sayu.
            “Manis,” gumam pria itu dan memangku tubuh Alexandra.
            Ia merebahkan tubuh Alexandra ke atas ranjang dan tanpa menunggu lama menindih tubuh Alexandra dengan bertompang pada kedua sikunya. Ia melepaskan tali jubah handuk Alexandra dan langsung melakukan aksinya dengan menciumi dan menjamah bagian dada Alexandra.
            Rasanya terasa sakit dan geli, ini pertama kalinya tubuhnya di sentuh oleh tangan lain selain tangannya sendiri. Ada rasa sakit, perih dan geli yang seakan menyiksa dan membakar tubuhnya.
            Alexandra tak bisa berontak lagi, ia kini hanya pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Semua ia lakukan demi kedua orangtuanya.
            “Kau membuatku gila,” gumam pria itu masih menciumi, menghisap dan memelintir bagian puting berwarna pink muda Alexandra yang mengencang.
            “Ah....!” jerit Alexandra saat tangan hangat itu mengusap bagian sensitive nya. Ia berusaha merapatkan kedua pahanya tetapi sayang, kekuatan tangan pria itu begitu kuat.
            Pria tadi langsung membenamkan wajahnya di area kewanitaan Alexandra dan itu membuat Alexandra semakin terasa terbakar.
            Ia tidak paham dengan apa yang terjadi dengan tubuhnya, rasanya tubuhnya berkhianat dengan pikirannya.
            “Bersiaplah, ini akan sedikit sakit.” Pria tadi kembali mencium bibir Alexandra yang terbuka dan dengan gerakan cepat ia meluncurkan kepemilikannya yang gagah dan telah tegak sempurna.
            Pria itu melepaskan ciumannya dan memposisikan miliknya supaya melesat dengan pas pada Alexandra. Dengan gerakan cepat ia pun mulai menerobos penghalang di dalam sana.
            “Ah Tuan...!” jerit Alexandra yang kesakitan.
            “Panggil aku James.”
¤¤¤

Tidak ada komentar:

Posting Komentar