Kamis, 01 Agustus 2019


SURAT CINTA UNTUK IMAMKU


EPISODE 1


Jakarta

Rima Inaz Imtiyas yang berarti Perempuan cantik yang hatinya mulia bercahaya dan senantiasa menjaga kesucian diri. Rima, wanita berusia 26 tahun ini memiliki kepribadian yang kalem, pendiam dan selalu tertutup kepada siapapun.
Lima tahun lalu dia telah menikah dengan seorang pria baik hati, tampan, bertanggung jawab dan hangat. Rima sungguh bahagia hidup bersama pria bernama Akbar ini, putra pertama dari Kapten Djavier dan Amierra yang terkenal sebagai penceramah di setiap pengajian.
Rima sangat mengenal keluarga Akbar, karena sejak dulu ia selalu ikut pengajian Amierra hingga takdir mempertemukan dirinya dengan Akbar yang kini menjadi suaminya.
Masih tak pernah menyangka dan terpikirkan oleh Rima kalau dia akan menikah dengan Akbar dan menjadi menantu dari pasangan yang sungguh baik hati dan terpuji di kalangan masyarakat.
          Mereka sudah menikah selama lima tahun, dan telah memiliki seorang buah hati bernama Hulya Al Zahra.
Lengkap sudah kebahagiaan yang di dapatkan Rima dengan kehadiran kedua orang yang begitu ia sayangi dan cintai sepenuh hatinya. Rumah tangga mereka begitu harmonis, mesra, dan bahagia. Rima seakan di buat bahagia dan di manja oleh Akbar. Akbar memang sosok yang tidak romantis tetapi terkadang sikapnya membuat Rima melayang-layang ke angkasa.
          “Selamat pagi suamiku yang tampan,” sapaan hangat itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Akbar.
          “Yuk solat berjamaah dulu, kamu masih lelah yah karena semalam pulangnya malam sekali,” seru Rima mengusap kepala suaminya yang kini tersenyum manis kepadanya.
          “Tidak terlalu, ayo kita berjamaah, Sayang.” Akbar bangun dari rebahannya dan mereka bergilir mengambil wudhu di kamar mandi. Setelahnya mereka melakukan solat subuh berjamaah.
          Akbar memang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai Polisi Intel yang bertugas dalam satuan Reskrim di tingkat Kepolisian Resort di Kapolda.
Di usianya yang tepat 33 tahun, Akbar sudah menjadi seorang perwira. Tak butuh waktu lama untuk Akbar di angkat dari Bintara menjadi Perwira setelah melakukan pendidikan SIP atau Sekolah Inspektur Polisi.
Walaupun ia sibuk dan sering lembur, tetapi ia tak pernah melewatkan kewajibannya sebagai seorang suami yang selalu membimbing istrinya dan membuatnya selalu bahagia.
          Selama 2 tahun berumah tanggapun, Rima merasa menjadi seorang wanita paling bahagia. Akbar sosok pria yang sopan, baik juga bijaksana. Dia tidak pernah menyinggung perasaan Rima sama sekali, baik dari tutur katanya. Rima sungguh menganggap Akbar adalah sosok malaikat tanpa sayap untuk dirinya. Dia suami yang sempurna dan begitu bertanggung jawab.
Walau begitu, Rima selalu berusaha untuk menyeimbangkan sikapnya dengan Akbar hingga Akbar merasa nyaman dan semakin mencintainya. Bukankah Istri itu adalah tulang rusuk suami, maka posisinya berada di samping suaminya, dekat dengan jantung dari suaminya. Menjadi pelindung dan pakaian bagi suaminya, begitupun sebaliknya.
~♥~
          “Ini sarapannya, Kapten Akbar,” seru Rima membawakan nasi goreng ke hadapan Akbar.
          “Harum sekali,” seru Akbar diiringi senyumannya. “Astagfirulloh!”
          “Ck, kamu ini kebiasaan yah Abi. Jangan langsung di makan, kan masih panas. Sini aku lihat bibirnya,” ucap Rima memperhatikan bibir Akbar. “Aku tiupin yah.”
          Rima meniup sudut bibir Akbar perlahan. “Kecup saja tidak perlu malu, sama suami sendiri ini,” goda Akbar membuat wajah Rima merona.
          Dengan malu-malu Rima mengecup singkat sudut bibir Akbar.
          “Assalamu’alaikum Umi, Abi,” suara pelan dan serak itu membuat Rima dan Akbar menoleh ke sumber suara.
          “Hulya sayang, kamu sudah bangun?” tanya Rima yang berjalan mendekati Hulya yang terlihat baru bangun tidur dengan rambut panjangnya yang acak-acakan.
          “Sudah Umi, Hulya lapel,” serunya.
          “Ya sudah kita cuci muka dan gosok gigi dulu yah.” Rima menggendong Hulya dan membawanya pergi.

~♥~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar